Ketika mimpi tidak sesuai dengan realita!
Kaira, seorang gadis sederhana, tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis ketika dinikahi oleh pria kaya keturunan bangsawan terhormat, Kairo Archipelago Attar. Pria yang selama ini tampak ramah dan penuh pesona justru menunjukkan wajah aslinya setelah mereka menikah.
Bagi Kairo, Kaira bukanlah istri—melainkan pion. Tujuannya hanya satu: membuka kedok para pengkhianat dalam keluarga bangsawan Archipelago Attar, meski harus mempertaruhkan nyawanya sendiri.
Namun, pernikahan itu menyeret Kaira ke dalam pusaran intrik, politik, dan dendam. Ia menerima penghinaan dan perlakuan kasar dari keluarga bangsawan yang membencinya. Di tengah kekacauan itu, hanya satu pertanyaan yang terus menghantui:
Apakah Kairo akhirnya akan membuka mata dan melindungi istrinya?
Atau tetap memilih mengorbankannya demi rencana yang sudah ia bangun?
“Aku menikahi mu untuk menghancurkan mereka… tapi justru aku yang hancur karena mencinta mu.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Royals — BAB 32
PAHLAWAN DARI BELAKANG
“Omong kosong apa ini. Apa kau pikir kecelakaan yang terjadi itu karena campur tangan seseorang?” tegas Caesar yang menatap ke Kaira.
Wanita itu hanya diam karena dia tahu, menjelaskannya pun percuma.
Kalindi yang mendengar keluhan Kaira, dia menyeringai kecil. “Cih, sebelum kau menuduh seseorang, sebaiknya lihat ke dalam dirimu sendiri. Kecelakaan terjadi tanpa diduga, kau mengatakan nya tanpa bukti dan menuduh sembarang orang.”
“Aku tidak perlu bukti, aku tidak perlu siapapun untuk membuktikan bahwa aku tidak bersalah. Perlahan semuanya akan terbongkar, tunggu dan lihat saja.” Kesal Kaira yang bergegas pergi bahkan melewati Kairo.
“Astaga... Astaga... Wanita itu benar-benar.” Kalindi menyeringai tak percaya hingga menatap tajam ke arah perginya Kaira.
“Lihat! Bagaimana orang luar jika menjadi anggota keluarga. Istrimu benar-benar bersikap sangat baik!“ kata Kalindi kepada Kairo.
“Kebaikan nya belum seberapa, Bibi.” Balas Kairo menatap santai namun ucapannya penuh arti yang membuat Kalindi berkernyit kening penuh tanya.
Cukup lama Kairo memperhatikan kedua orang tua di sana, lalu ia pergi, namun sebelum itu. Kairo kembali berbalik menatap ke arah Kalindi dan Raziq sembari memasukkan kedua tangannya di saku celana.
“Aku lupa mengatakan sesuatu. Soal surat warisan... Aku akan memutuskannya setelah pesta perayaan Archipelago Attar. Sekalian, ada yang harus kita bicarakan, paman. Tapi tidak sekarang.” Ucap Kairo tersenyum 2 detik lalu menatap datar dan tajam lalu melenggang pergi.
Kalindi tak bisa berkata-kata, begitu juga dengan Raziq yang mulai waspada.
“Bullshitt! (omong kosong)!” gerutu Caesar ang langsung pergi dengan kesal sehingga Kalindi hanya bisa menatapnya saja.
“Sayang... Tunggu aku!!” teriak Yoona sembari berlari mengejar suaminya.
Sementara Lela masih diam dan sesekali menatap ke ibunya dengan penuh tanya. Sungguh! Dia mulai kembali ingat akan ucapan antara Kalindi dan Raziq.
“Apa yang kau lihat?” tegas Kalindi kepada putrinya itu.
Lela menggeleng kecil dan pergi begitu saja. Kini hanya ada Kalindi dan Raziq.
Wanita dengan kebaya merah itu langsung mendudukkan dirinya di sofa sambil memegang keningnya yang mulai pusing kepala. “Astaga.... Wanita itu benar-benar membuatku emosi, Raziq!”
“Apa semua itu perbuatan mu?” tanya Raziq yang masih berdiri dengan kedua tangan kebelakang.
Mendengar itu, Kalindi langsung duduk tegap dan menatap sedikit gugup. “Ti-tidak juga. Maksudku... Aku hanya mengujinya, hanya kecelakaan kecil.” Kata Kalindi dengan seribu kebohongan nya. Padahal dia benar-benar ingin menyingkirkan Kaira.
Raziq meraih botol kaca dan hampir membantingnya ke kepala Kalindi sampai wanita itu terkejut bukan main.
Pyarrrr!!! Seketika botol dibanting ke lantai, saat Raziq mencoba tidak lepas kendali. Tentu saja Kalindi memegang dadanya yang berdegup kencang.
“Sudah berapa kali aku bilang, kenapa kau tidak mengerti huh?”
“Dia membuatku kesal Raziq. Dan kau tahu.. Perlahan-lahan Kaira mulai menemukan kejahatan kita.”
“Bukan kita, tapi hanya kejahatan mu. Jangan membawa kata <
Tak sempat membalas, Raziq pergi meninggalkan Kalindi yang menggerutu hingga menatap sinis.
“Kaira sialan... Kau ingin bukti, akan aku buat kau tidak betah di sini, atau akan aku singkirkan dirimu dari kehidupan ku.” Kesal Kalindi yang bergegas pergi ke kamarnya.
...***...
Sementara di kamar. Kaira berdiri di bawah shower menyala, memejamkan mata sembari bertelanjang bulat.
“Sshhh— ” tak sesekali dia meringis sakit saat mengusap tubuhnya. Terlihat beberapa memar di pundaknya yang terkena benturan keras di dalam mobil.
Cklek! Mendengar pintu terbuka, seketika Kaira langsung menoleh kaget saat melihat Kairo masuk dengan santai dan berjalan melewatinya tanpa menoleh.
“Ke-kenapa kau tidak menunggu di luar?” tegas Kaira yang segera meraih handuk dan melilitkan ke tubuhnya.
Kairo menoleh seraya membuka tali bathrobe putih nya. “Pintunya tidak terkunci, itu artinya siapapun boleh masuk.” Jawab pria itu yang segera masuk ke bathtub saat membuka bathrobe nya.
Tentu Kaira berpaling malu dan tergagap. Ia segera pergi menuju pintu dan keluar tanpa mengatakan sesuatu lagi. Dan Kairo hanya diam saat mendengar pintu terbuka dan tertutup. Pria itu menyeringai kecil tanpa menoleh dan masih fokus berendam.
Selang beberapa menit, Kaira masih duduk di kursi rias, menatap lekat wajahnya tanpa memberikan olesan salep atau obat lainnya. Ia beranjak dari kursi menuju ke kasur, bersamaan dengan Kairo yang juga baru selesai berganti pakaian.
“Kenapa tidak mengobati lukamu?” tanya pria itu yang masih terdengar dingin tanpa menoleh ke Kaira dan sibuk menuju ke meja bar.
“Supaya aku bisa mengingat semua ini. Aku hampir mati tapi tidak ada yang percaya, bahkan suamiku juga hanya diam.” Sindir Kaira menatap sinis ke Kairo yang masih berdiri menyamping seraya meneguk santai wiski nya.
Pria itu tidak menjawab apapun, hingga istrinya mulai membaringkan tubuhnya dan menutupinya dengan selimut. Sadar akan sesuatu, Kaira menoleh ke Kairo. “Jangan mengobati luka ku. Aku tidak butuh.” Kesalnya yang ternyata dia sudah tahu bahwa orang yang memberikan salep ke pipinya malam itu adalah Kairo. Jika tidak, lalu siapa lagi?
“Cek cctv jalanan, mungkin itu juga bisa membantumu. Jika kau mau melawan orang yang lebih berkuasa, maka lebih cepatlah dari mereka.” Kata Kairo yang selalu memberikan dorongan seperti itu.
Mendengar nya, Kaira berkerut alis dan kembali duduk menatap suaminya.
“Semua penjaga di sini patuh kepada nyonya Kalindi. Apa mereka juga akan patuh kepadamu?” tanya Kaira yang kini ditatap lekat oleh pria tampan dengan kaos putih polos dan celana hitam panjang.
“Kenapa kau bertanya?” tanya balik Kairo yang berbalik badan menuangkan lagi wiski ke gelas kosongnya.
“Karena aku tidak bisa mempercayai orang-orang di sini. Dan aku tidak tahu siapa saja yang terlibat menjadikan ku sebagai kambing hitam dan mencoba mencelakai ku.” Kata Kaira yang kini menatap sendu.
Kairo terdiam, meneguk habis minumannya dan berbalik menatap istrinya yang kini juga menatapnya tegang saat pria itu berjalan mendekat.
“Terkadang yang dekat adalah musuh dan yang jauh adalah kawan. Tidurlah dan kembalilah bereaksi besok.” Kata Kairo yang entah itu sindiran atau apa, namun yang pasti Kaira benar-benar kesal kepada sikap suaminya itu.
Ia segera tidur saat Kairo keluar dari kamar. Dan benar saja, dari balik tembok yang berkelok, Kalindi mengintip kepergian Kairo dari kamarnya dan masuk ke kamar lainnya yang tak jauh dari kamarnya sendiri.
“Ternyata Raka tidak salah! Apa yang mereka rencanakan sebenarnya? Kenapa Kairo ke kamar lain?” gumam Kalindi berkerut alis penuh tanya.
kita lihat reaksi rasiq & kalindi selanjut nya & tindakan apa yg kairo akan lakukan buat para penghianat2 itu..