Vira, seorang anak perempuan yang polos dan cantik selalu dikurung oleh ayahnya untuk menghasilkan uang dengan menjual tubuhnya.
Hingga suatu malam itu Vira mendapatkan pelanggan yang sangat berbeda dan cukup unik, berbicara lembut padanya dan bahkan memakaikan baju untuknya.
Namun, Vira tidak menduga bahwa pertemuannya itu justru mengubah nasibnya di masa depan nanti.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? dan takdir nasib apa yang tengah menunggunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sofiatun anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Setelah tangisannya itu mulai berhenti, anak itu pun melepas pelukannya dan menghapus air matanya dengan lengan bajunya, lalu menatap Vira masih dengan raut wajah yang sedih.
"Nak... Apa kau tahu dimana ibumu?" tanya Sen sambil berjongkok menjajarkan tinggi di samping Vira.
Anak itu mengangguk lalu menunjuk ke arah berlawanan. Lalu menarik tangan Vira untuk mengikutinya.
Sen melihat orang-orang disekitarnya yang masih diam tanpa peduli, membuat Sen semakin bingung ada apa dengan mereka.
"Kau ingin kami mengikuti mu?" tanya Sen yang diangguki anak itu.
Tanpa meminta jawaban dari Sen seperti biasanya Vira mulai berjalan dengan dituntun oleh anak itu ke tempat yang ia maksud. Tidak pikir panjang lagi Sen pun hanya bisa mengikuti mereka.
Dan disinilah mereka berada, sebuah rumah kecil yang terbuat dari kayu seperti rumah-rumah lainnya, terlihat sedikit kotor seperti tak berpenghuni, dengan pintu yang habis tergores sana sini dan kaca jendela yang beberapa sudah pecah dengan pecahan kaca yang masih belum dibersihkan.
Sen, Vira, dan anak itu kini masuk ke halaman rumahnya yang juga sangat berantakan. Sementara orang-orang yang mengikuti mereka tanpa mengatakan apapun hanya menonton dari luar pagar halaman.
Tak lama terdengar suara jeritan dan barang pecah dari dalam rumah, hal itu pun membuat anak kecil itu kini meringkuk ketakutan di bawah kaki Vira.
Dan membuat Sen semakin penasaran, ia masuk ke dalam rumah dengan di tatap oleh orang-orang yang masih menonton di luar tanpa niat menjelaskan tau membantu.
Ketika Sen membuka pintu rumah tiba-tiba saja angin kencang berhembus dari dalam melemparkan debu dan kertas ke luar pintu.
Melihat hal itu orang-orang itu mulai mundur ketakutan masih tanpa penjelasan. Sen melihat di dalam rumah itu seorang wanita paruh baya dengan seluruh tangan dan kaki yang di rantai tengah meronta-ronta penuh amarah. Ditambah dengan semua luka di tubuhnya yang seperti bekas cakaran kini mulai membusuk karena tidak diobati.
Wajahnya pun juga dipenuhi oleh darah kering hingga tidak bisa dikenali.
"Mama..." gumam anak kecil itu di balik kaki Vira mengintip wanita itu dengan wajah sedih dan sedikit takut.
Saat itulah Sen menyadari bahwa wanita itu adalah ibu dari anak kecil itu, tapi bagaimana bisa ibunya jadi seperti ini? Itu bukan penyakit dan juga tidak ada wabah di kota ini, tapi kondisinya justru lebih seperti orang yang kerasukan, dan itu bisa ia rasakan walau samar, ada sesuatu yang jahat mengganggu kesadarannya dan membuatnya tidak terkendali dan mungkin juga melukai dirinya sendiri tanpa sadar.
Selama ini tidak pernah ia temukan kejadian seperti ini sebelumnya, segel kerajaan masih aman dan putri Rina semakin membaik, tapi sepertinya sesuatu yang jahat itu mulai masuk sedikit demi sedikit tanpa disadari. Mengganggu dan merasuki jiwa para penduduk dengan sihir jahat.
Vira pun ikut mendekat dan masuk kedalam rumah untuk melihat lebih dekat, dan diikuti oleh anak kecil itu yang masih menggenggam baju belakangnya.
"Vira... Anda tidak perlu mendekat, masalah ini cukup sulit untuk ditangani" ucap Sen melihat wanita itu masih berteriak meronta-ronta tidak peduli seberapa banyak luka di tubuhnya saat ini.
Vira menatap Sen lalu beralih ke anak kecil yang ada di belakangnya tanpa mengatakan sepatah katapun, Vira melepaskan genggaman anak itu agar ia bisa maju lebih dekat lagi.
"Vira..." Sen yang mencoba menghentikan Vira pun kini dihadang oleh para peri yang sudah tahu apa yang akan Vira lakukan.
Melihat hal itu orang-orang yang ada di luar kini mulai penasaran dan saling mendongak, mengintip apa yang terjadi di dalam sana.
Terpaut beberapa langkah saja dari wanita itu ia berdiri, menatap wanita itu tanpa ekspresi apapun. Namun, walau tidak dengan mimik wajahnya, matanya lah yang kini menunjukan banyak ekspresi dan perasaan yang tak bisa di jelaskan.
Antara sedih, marah, bahagia, kecewa, dan takut. Bercampur aduk dalam satu tatapan mata yang kini tertuju pada satu orang yang tidak ia lihat sebagaimana orang lain melihat.
Vira pun berjongkok lalu menyentuh lantai kayu rumah dengan kedua tangan, sambil berkonsentrasi, kini ia bahkan bisa mendengar suara tanah yang tengah digali oleh para semut, cacing yang menggeliat di dalam tanah mencari tempat aman, dan bagaimana akar-akar tanaman menyerap setiap air yang merembes ke tanah.
Seketika itu cahaya hijau mulai menyelimuti tubuhnya dengan indah, angin berhembus lembut di sekitarnya, memainkan rambut panjang gelombangnya yang seperti ombak laut, wajahnya bersinar diterpa cahaya hijau semakin menambah kesan cantik dan anggun bak putri bangsawan.
Semua orang termasuk Sen yang melihat itu pun langsung terpukau olehnya, tanpa sekalipun berkedip melihat pemandangan menakjubkan dari seorang anak yang selama ini mereka harapkan kehadiran dan pertolongannya.
Tak lama cahaya hijau itu mengelilingi seluruh ruangan kini tampak dari lantai kayu yang sebagian sudah retak dan hancur mulai tumbuh sulur tanaman yang terus tumbuh ke atas, seakan hidup dan tengah dikendalikan, sulur-sulur itu mulai berbunga dan tumbuh perlahan mengarah ke wanita itu.
Vira terus berkonsentrasi dan tidak bergerak sedikitpun, sambil terus mengendalikan sihir yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Walau dirinya tidak mengerti bagaimana bisa ia melakukan semua ini, tapi kata hatinya mendominasi untuk melakukannya tanpa ia sadari.
"Vira..." Sen yang hendak memanggilnya dan berharap bisa sedikit membantu, ia menarik tangannya dan kembali mundur selangkah, karena ia seharusnya sudah menyadarinya dari awal, bahwa yang kini ada di depannya bukan lagi Vira yang ia temukan di kamar hotel saat itu, melainkan anak dalam ramalan yang tak seharusnya ia ikut campur jika hanya membuatnya terganggu.
Sulur-sulur itu pun kini mulai menyelimuti tubuh wanita itu dari ujung kaki sampai ujung kepala, hingga tak terdengar lagi jeritannya lagi. Vira semakin menguatkan sihirnya dan cahaya hijau itu pun semakin bersinar terang diiringi dengan angin yang mulai berhembus kencang.
Terlihat sulur-sulur yang melilit di tubuh wanita itu kini mulai menyatu dan menempel seperti tanah liat yang tengah di bentuk sesuatu. Terus memanjang hingga menembus atap rumah, hingga akhirnya terlihat jelaslah bentuk apa yang tengah dibuatnya.
Itu adalah sebuah batang pohon terus membentuk sempurna dari akar batang, dahan, ranting, hingga daunnya, bahkan sampai berbunga lebat dengan indahnya, barulah Vira membuka matanya dan melepaskan tangannya dari lantai, melihat sebuah pohon setinggi 3 meter berdiri kokoh di depannya.
Semua orang pun benar-benar takjub dengan apa yang baru saja mereka saksikan, dan mulai mendekat untuk melihat lebih jelas lagi. Sambil bergumam memuji anak yang mereka anggap penyelamat mereka.
Begitupula dengan Sen yang merasa sangat senang dan sedikit tenang setelah menyaksikan kejadian yang selalu dimimpikannya itu menjadi kenyataan. Ia melihat Vira yang masih melihat ke arah pohon itu dengan serius seperti tengah menunggu sesuatu.
Dan saat Sen kembali melihat pohon itu untuk melihat apa yang tengah Vira tunggu, tiba-tiba batang pohon itu mulai merekah dan memperlihatkan seorang wanita yang sama muncul dengan sosok yang berbeda dari saat mereka menemukannya.
Sen juga tidak lagi merasakan energi jahat dan kebencian dari wanita itu, dan bahkan luka-luka nya pun sembuh tanpa bekas.
***