Alze adalah seorang seorang suami yang berprofesi sebagai pemanen sawit, ia bekerja demi kebutuhan sang istri, karena istrinya bergaya elit, karena istrinya adalah wanita sosialita, jadi uang yang ia cari habis untuk kebutuhan gaya elit sang istri.
Tapi balasan apa yang ia dapat? Istrinya malah selingkuh dan mendapatkan pria lain yang lebih kaya dengan terang-terangan meminta cerai di depan Alze yang baru saja pulang bekerja.
Alze frustasi, dan ia pun duduk termenung di depan rumahnya, siapa sangka tengah malam, ada cahaya menghampiri dan ia pun mendapatkan sistem.
Sistem itu menawarkan misi dan hadiahnya ada di pikiran Alze, apa yang di hayalkan Alze dan mengubah hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
...☘️❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹...
...Happy Reading...
...☘️❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹☘️❤🩹...
"Alze!" panggil Mandor Jio, berjalan mendekati Alze dengan langkah yang cepat. "Eh Mandor Jio, ada apa?" tanya Alze, berbalik badan melihat kedatangan Mandor Jio dengan rasa penasaran.
"Kamu ini ya, dari tadi ditungguin di ruang psikolog, tapi enggak muncul-muncul," kata Mandor Jio dengan nada yang sedikit menegur. "Jangan-jangan kamu mau kabur ya?" ucap Mandor Jio, langsung menarik tangan Alze dengan kuat.
Alze merasa seperti sedang terkejut dengan tindakan Mandor Jio. "Apa maksudnya?" tanya Alze, mencoba untuk melepaskan tangannya dari genggaman Mandor Jio. Tapi Mandor Jio tidak melepaskannya, malah menarik Alze lebih dekat ke dirinya.
"Ikut aku!" kata Mandor Jio dengan tegas. Alze merasa seperti sedang tidak punya pilihan lain, kecuali mengikuti Mandor Jio.
Mereka pun berjalan masuk ke ruang psikolog, dan Alze langsung tertegun melihat kecantikan dokter psikolog itu. Wajahnya cantik, rambutnya tergerai lurus, putih, bersih, dan senyumnya sangat menyenangkan. Alze merasa seperti sedang terpaku oleh kecantikan dokter psikolog itu, tidak bisa mengalihkan pandangannya.
"Buk dokter, ini anak buah saya, tolong diperiksa," ucap Mandor Jio, tersenyum kepada buk dokter itu. "Saya khawatir ada sesuatu yang tidak beres dengan dirinya," tambahnya, memberikan isyarat kepada Alze untuk mendekat.
"Mari silakan duduk, saya periksa dulu," kata buk dokter itu, mempersilakan Alze dengan senyum yang hangat. Alze merasa seperti sedang terhipnotis oleh suara dan senyum dokter psikolog itu, dan tanpa sadar ia duduk di kursi yang disediakan.
Buk dokter itu memandang Alze dengan mata yang tajam, seperti sedang mencoba untuk memahami apa yang ada di dalam pikiran Alze. "Baiklah, mari kita mulai," kata buk dokter itu, mengambil pena dan buku catatan.
Setelah dites dengan pertanyaan-pertanyaan dan sebuah alat tes, Buk Dokter Rani itu pun berkata, "Setelah saya tes, tidak ada tanda-tanda jika dia mengalami gangguan jiwa. Semuanya baik-baik saja untuk saat ini ya," kata Buk Rani dengan senyum yang menenangkan.
"Oh, tidak ada ya Dok? Syukurlah kalau begitu," ucap Mandor Jio merasa lega. "Saya takut saja jika dia tiba-tiba bunuh diri setelah bercerai dengan istrinya," tambahnya, menghela napas dengan rasa kelegaan.
Alze yang mendengar percakapan itu langsung bereaksi. "Apaan sih Mandor, aku baik-baik aja kok, nggak kepikiran dia lagi, toh dia sudah bahagia dengan pria pilihannya itu," kata Alze terlihat manyun, dengan nada yang sedikit kesal.
Mandor Jio memandang Alze dengan mata yang tajam. "Kamu memang baik-baik saja, tapi aku tetap khawatir tentangmu," kata Mandor Jio dengan nada yang penuh perhatian. Alze merasa sedikit tersinggung, tapi ia mencoba untuk tidak mempermasalahkan.
Buk Dokter Rani memandang keduanya dengan mata yang tajam. "Semuanya baik-baik saja untuk saat ini, tapi saya sarankan untuk terus memantau kondisi mentalnya," kata Buk Dokter Rani dengan nada yang profesional.
"Ya sudah, minta nomor telepon Buk Dokter Rani, biar kalau ada apa-apa bisa langsung hubungi Dokter Rani," kata Mandor Jio kepada Alze. Sebenarnya Alze tidak mau, tapi karena terus didesak oleh Mandor Jio, akhirnya Alze pun menyimpan nomor Buk Dokter Rani dengan rasa tidak terlalu rela.
"Baiklah, silakan simpan nomor saya," kata Buk Dokter Rani dengan senyum yang ramah. Alze memasukkan nomor telepon Buk Dokter Rani ke dalam ponselnya, sambil berpikir bahwa mungkin tidak akan pernah membutuhkannya.
"Terima kasih banyak Dokter Rani, kapan-kapan kami main ke sini lagi," kata Mandor Jio tersenyum sebelum mereka benar-benar berpisah. Buk Dokter Rani membalas senyum Mandor Jio dengan senyum yang hangat. "Silakan, saya tunggu kedatangan kalian," kata Buk Dokter Rani.
Setelah berpamitan, Alze dan Mandor Jio meninggalkan ruang psikolog. Alze merasa sedikit lega karena proses tes sudah selesai, tapi ia masih merasa tidak nyaman dengan kehadiran Mandor Jio yang terus-menerus mengawasinya.
...❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹...