Kanza Odelia terpaksa meninggalkan kekasihnya Adrian Miguel di altar sebab sehari sebelum pernikahan Kanza kehilangan kesuciannya karena jebakan dari kakak tirinya.
Bukan hanya itu, buah dari jebakan kakak tirinya itu Kanza akhirnya hamil, lalu terusir dari keluarganya sebab telah membuat malu karena hamil di luar nikah.
Kanza kira penderitaannya akan berakhir saat dia keluar dari rumah dan tak berurusan lagi dengan kakak tirinya. Namun sekali lagi Kanza harus berjuang demi bayi yang dia lahirkan yang ternyata tak sempurna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mirip Denganmu
"Maafkan saya, Nona. Saya kira begitu, Tuan Bill sedikit mirip dengan Tuan Daegan."
Kanza menipiskan bibirnya. "Banyak orang yang mirip, Olga. Bukan berarti mereka juga memiliki hubungan." Kanza menghela nafasnya agar sedikit lebih tenang.
Olga mengangguk. "Saya salah kalau begitu, Nona. Maafkan kelancangan saya."
Kanza mengambil Bill dan memeluknya. "Kau bisa pergi, dan kembali besok." insting takut kehilangan Kanza bekerja. Olga saja sudah curiga dengan wajah Bill yang mirip Daegan, bagaimana jika Daegan melihat sendiri. Bill yang semakin hari semakin mirip dengan dirinya.
"Kalau begitu saya pergi, Nona." Olga mengangguk dan segera pergi.
Kanza memejamkan matanya dengan memeluk Bill dengan erat. Tidak ada satu orang pun yang tahu jika Bill anak Daegan. Dia harus bertahan sedikit lagi, sebelum Bill benar-benar tumbuh semakin besar dan semakin mirip Daegan dia harus pergi dari sana.
....
Kanza baru saja meletakan Bill di ranjangnya saat terdengar langkah kaki memasuki kamarnya. Melihat itu Daegan, Kanza segera menutup kelambu untuk menutupi Bill, lalu segera menghampiri Daegan.
"Kau sudah pulang?"
Daegan mengangguk lalu duduk di tepi ranjang. "Kau sendiri kenapa pulang sebelum pesta selesai?"
"Aku hanya datang untuk kesopanan." Melihat Daegan yang acuh dan duduk semakin santai Kanza kembali berucap. "Kau membutuhkan 'Itu'? Jika ya, kau bisa menunggu di kamarmu aku akan datang." Kanza menoleh pada kamar Bill berharap bayi itu tidak terbangun tiba-tiba.
Daegan yang melihat gerak- gerik Kanza menaikan alisnya. "Dimana pun melakukan 'itu' harusnya menjadi urusanku, bukan?"
Kanza terkekeh salah tingkah. "Aku hanya takut kau tidak nyaman." Kanza mendudukan dirinya di sebelah Daegan.
Kanza terus menerus melihat ke arah kamar Bill, perasaan gelisah itu dia tahan. Biasanya Bill akan tidur lelap tanpa bangun untuk beberapa jam kedepan, harusnya dia tak perlu khawatir, kan?
"Bagaimana perasaanmu melihat mantan kekasihmu menikah?" Kanza tertegun dan menolehkan kepalanya pada Daegan.
"Aku lebih tidak menyangka kau adalah pamannya Adrian."
"Terkejut?"
"Ya, tapi tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini."
Termasuk kenyataan jika Bill adalah anak Daegan.
"Tapi, aku tidak melihat keterkejutan di wajahmu. Jadi, aku yakin kau memang sudah tahu tentang aku dan Adrian, kan?"
"Aku kira kau akan menangis karena pria yang kau cintai menikah dengan kakak tirimu sendiri."
Kanza menghela nafasnya. "Untuk apa menangis, lagi pula sudah bukan urusanku."
"Kau yakin? Tapi keponakanku baru saja menikah dengan parasit yang selalu menyakitimu, kau merugikannya."
Kanza menyipitkan matanya. "Sebenarnya kenapa kau menanyakan ini, Tuan? Kau seperti sedang mengintrogasiku, tahu?"
"Aku hanya heran kenapa kau tetap diam saat mereka menyakitimu."
Kanza berdecak. "Fokusku sekarang adalah Bill. Bagaimana aku bisa membahagiakannya dan merawatnya. Awalnya aku ingin membalas mereka, membuktikan jika aku tidak bersalah. Tapi, aku rasa itu tidak ada gunanya. Sekarang aku tidak peduli masa lalu ku." Mendengar itu Daegan merasa kagum, ternyata Kanza lebih dewasa dari yang dia kira. Apa ini pengaruh memiliki anak.
"Lagi pula, Adrian tidak mencintai Olivia. Bukankah itu adalah siksaan yang paling menyedihkan untuk Olivia? Hidup dengan pria yang tidak mencintainya." Kanza tertawa seolah merasa puas.
Daegan menaikan alisnya. "Itu yang Adrian katakan saat dia mengejarmu?"
Kanza mengangguk, namun sesaat kemudian anggukannya terhenti. "Kau tahu?"
"Semua orang tahu dan melihatnya. Aku rasa Si Olivia itu juga melihatnya."
Kanza kembali terkekeh. "Bagus kalau begitu. Aku berhasil menyulut api."
"Jadi kau ingin membuat mereka bertengkar? Bukankah itu terlihat seperti kau sedang cemburu?"
Kanza menggeleng cepat. "Tidak! Aku bahkan tak tahu jika Adrian akan mengejarku. Tapi jika dengan begitu aku bisa membuat Olivia sakit hati, itu bonus untukku. Kau tahu Tuan, Olivia dulu ..."
Daegan menarik bibirnya saat mendengar ocehan Kanza yang menceritakan semua kelicikan Olivia, bagaimana dia selalu melempar kesalahan padanya bahkan mencelakainya.
Daegan tak tahu jika mendengar orang bicara semenyenangkan ini. Tidak, dia yakin jika itu orang lain mungkin tidak akan semenyenangkan ini. Dia yang jarang bicara pun sekarang justru bicara lebih banyak hanya karena ingin tahu tentang Kanza.
"Aku dengar kau juga di jebak oleh Olivia hingga kau memiliki Bill?" Tubuh Kanza menegang, bisa Daegan lihat wajah Kanza berubah pucat, dan menoleh padanya.
"Bagaimana dia melakukan itu?" Kanza melipat bibirnya tubuhnya tiba-tiba bergetar.
Apa Daegan tahu sesuatu? Pria itu suka sekali memancingnya dengan pertanyaan. Jika dia menjawab salah sedikit saja dia bisa curiga bahkan mencari tahu semuanya. Bagaiamana jika Daegan tahu dirinya sendirilah yang menghabiskan malam dengannya?
"A-aku tidak ingat. Aku tidak sadar, aku hanya ingat Olivia mengajakku ke kafe untuk menemui seseorang, setelah aku minum aku tidak tahu apa yang terjadi setelahnya." Saat ini tangisan Bill terdengar, jadi Kanza bangkit dengan segera.
"Tuan, kau bisa menungguku di kamarmu. Aku akan datang setelah menyusui Bill." Kanza berjalan ke arah kamar Bill. Namun bukannya pergi Daegan justru mengikuti Kanza dan berdiri di depannya.
Kanza yang terkejut segera menutupi wajah Bill dan membelakangi Daegan. "Kau masih disini? Aku akan menyusui Bill dulu."
"Aku akan menunggu disini." Daegan merasa Kanza menyembunyikan sesuatu. Gadis itu terus menghindarinya saat dia ingin melihat Bill.
"Aku tidak nyaman kamu melihatku seperti itu, Tuan." Daegan menghela nafasnya.
"Baiklah, aku pergi." Kanza menghela nafasnya saat mendengar langkah Daegan semakin jauh, lalu terdengar pintu tertutup.
Daegan memasuki rumah masih dengan dahi mengeryit dalam, melihat seorang pelayan melewatinya dia segera menghentikannya.
"Panggilkan Olga," ucapnya, dan langsung di angguki si pelayan.
Tak berapa lama Olga muncul dengan terpogoh- pogoh menghampiri Daegan yang duduk di sofa tunggal dengan secangkir kopi di tangannya.
"Katakan apa saja yang Kanza lakukan?"
"Tidak ada yang aneh, Tuan. Hanya saja Nona bilang besok dia akan mulai mencari pekerjaan, Tuan." Daegan mengerutkan keningnya.
"Nona juga bilang dia tidak akan selamanya tinggal disini."
"Jadi, sudah bersiap-siap untuk pergi." Daegan tersenyum miring.
"Ada lagi?" Olga menggeleng. "Benarkah?" mata Daegan memicing tajam.
Olga nampak berpikir apakah dia perlu mengatakannya atau tidak, namun melihat Tuannya menatap dengan serius tentu saja dia juga harus mengatakannya.
"Maafkan saya jika saya lancang, Tuan. Saya tidak tahu harus mengatakannya atau tidak."
Daegan berdecak. "Katakanlah!"
"Awalnya saya kira Tuan Bill adalah putra anda." Kepala Olga menunduk semakin dalam.
"Apa maksudmu!"
"Maafkan saya, Tuan. Saya benar-benar tidak tahu." Olga bahkan berlutut sebab takut Daegan marah. "Wajah Tuan Bill mirip dengan anda, saya pikir dia benar-benar putra anda."
Daegan tertegun. "Bagaimana bisa?" Itukah alasan Kanza menutupi wajah Bill darinya?
"Maafkan kelancangan saya, Tuan. Saya tidak berani."
Daegan menghela nafasnya. "Jangan katakan pada Kanza kalau aku bertanya padamu."
Olga mengangguk cepat. "Kau boleh pergi."
Setelah Olga pergi Daegan membuka ponselnya untuk menghubungi Tarran.
Tak terlalu lama Daegan menunggu hingga suara Tarran benar-benar terdengar, dan Daegan pun mengatakan maksudnya menghubungi Tarran.
"Bantu aku memastikan sesuatu."
ternyata Hary hanya anak adopsi, pantesan daegan nampak lebih berkuasa dan keturunan darinya sangat dinantikan oleh ayahnya.
jarak umur daegan dan hary juga sangat jauh, daegan malah hampir seumuran Adrian.
aq kan pengen liat Daegan nangis2 dulu...🤭
Makin seru aja nih
tinggalkan mereka, jangan mau status mu hanya simpanan bayaran daegan,dia masihlah lelaki beristri.siapa tau istrinya berbuat nekad padamu dan bill.
Adrian pula, tinggal kan dia dengan segunung penyesalan karena kebodohannya.