Serra gadis 24 tahun harus menerima takdirnya menikah dengan seorang pria yang bernama Damar. Tetapi tidak pernah di anggap sebagai istri. Tinggal bersama mertua dan juga adik ipar yang ternyata selama pernikahan Serra hanya dimanfaatkan untuk menjadi pelayan di rumah itu.
Hatinya semakin hancur mengetahui perselingkuhan suaminya dengan sepupu sang suami yang juga tinggal di rumah yang sama dengannya. Segala usaha telah dia lakukan agar keluarga suaminya bisa berpihak kepadanya. Tetapi di saat membongkar hubungan itu dan justru dia yang disalahkan.
Serra merasa sudah cukup dengan semua penderitaan yang dia dapatkan selama pernikahan, Akhirnya memutuskan untuk membalas secara impas semuanya dengan menggunakan Askara paman dari suaminya yang bersedia membantunya memberi pelajaran kepada orang-orang yang hanya memanfaatkannya.
Jangan lupa untuk terus baca dari bab 1 sampai akhir agar mengetahui ceritanya.
follow ainuncefeniss.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32 Perlakuan Baik
Askara menepati janjinya kepada Serra yang mana dia memasuki kamar kembali dengan membawa nampan. Serra yang bersandar di kepala ranjang tersenyum melihat kedatangan pria tampan itu yang melangkah menghampirinya yang membuat hatinya begitu tenang.
"Kamu sarapan dulu!" ucap Askara.
"Bagaimana bisa membawakan makanan ke kamarku dan apa orang-orang tidak bertanya?" tanya Serra.
"Aku tidak peduli dengan apapun yang dipikiran mereka dan jika mereka curiga ada orang lain di kamar ini maka itu jauh lebih baik," jawab Askara yang terdengar begitu santai berbicara.
"Kenapa mengatakan hal itu jauh lebih baik dan bukankah itu akan menjadi masalah untukku?" tanya Serra.
"Bukankah Damar akan menceraikanmu jika dia mengetahui bahwa kita berdua ada hubungan?" tanya Askara yang membuat Serra terdiam.
"Hubungan, jadi kita berdua ada hubungan?" ucapan Askara sesungguhnya adalah jebakan untuknya yang mana seperti biasa sifat wanita memang sama saja yang pasti ingin meminta kepastian dalam kedekatan mereka berdua dan meski Serra sudah memiliki suami.
"Aku tidak tahu bagaimana tanggapanmu tentang hubungan kita. Jika kita sudah seperti ini yang artinya kita berdua memang memiliki hubungan," jawab Askara.
"Lalu apa itu perselingkuhan?" tanya Serra.
"Aku tidak peduli hubungan itu dikatakan seperti apa yang terpenting sekarang aku dan kamu sama-sama memiliki hubungan. Jika kamu membutuhkanku dan aku juga membutuhkan kamu. Aku mencemaskanmu dan aku rasa kamu juga mencemaskanku, menurut orang dewasa itu sudah dinamakan dengan hubungan," jawab Askara.
Serra terdiam yang sebenarnya juga bingung harus menanggapi Seperti apa kalimat itu.
"Bagaimana dengan kamu apakah sama sepertiku?" tanya Askara.
"Aku merasa lebih berharga jika di samping kamu dan merasa sangat nyaman, artinya aku merasakan hal yang sama," jawab Serra yang membuat Askara mengusap pucuk kepala Serra.
"Mulai sekarang jangan pernah takut akan apapun. Aku tidak akan membiarkan hal ini terulang lagi," ucap Askara yang membuat Serra menganggukkan kepala.
"Baiklah! Kalau begitu aku harus ke kantor dulu. Kamu istirahat yang cukup," ucap Askara yang membuat Serra kembali menganggukkan kepala.
Askara yang mencium lembut keningnya dan kemudian dia keluar dari kamar tersebut.
"Mau ini perselingkuhan atau tidak semua itu sudah tidak berarti lagi. Karena pernikahan kami juga bukanlah pernikahan yang sebenarnya, pernikahan yang dipenuhi dengan penderitaan, hanya memanfaatkanku dan terlebih lagi berselingkuh secara terang-terangan di depanku dan jika aku melakukan hal yang sama itu bukanlah kesalahanku," batin Serra yang tidak peduli sama sekali mau dia berselingkuh dengan Askara atau tidak yang terpenting bagi Serra dia sangat nyaman dengan Askara.
******
Serra merasa tidak mungkin berada di dalam Askara terus, menerus yang mana dia keluar kamar setelah merasa enakan. Serra yang bahkan sudah bersih-bersih di dalam kamarnya dan mengganti pakaiannya.
Sebelumnya Serra juga membersihkan kamarnya yang pasti berantakan akibat apa yang terjadi dengan suaminya yang kemungkinan besar Damar tidak juga tidur di kamar itu semalaman dan entahlah ke mana Serra juga tidak peduli.
"Kamu seharian di dalam kamar?" tanya Niken yang kebetulan lewat dari kamar Serra dan Sera juga membuka pintu kamar.
"Iya," jawabnya.
"Kamu sekarang benar-benar sudah menjadi nyonya yang bangun siang seperti ini. Kamu bahkan tidak kemana-mana dan juga tidak kekantor, tetapi malah berleha-leha!" sindir Niken.
"Serra sedang beristirahat di kamar Karena kelelahan," ucapnya.
"Apa yang membuat kamu kelelahan yang pekerjaan kamu semakin hari hanya santai-santai saja hah! kamu lelah karena tubuh kamu tidak digerakkan dan makanya kamu itu bergerak bekerja," ucap Niken.
Serra memilih untuk diam daripada harus merespon pernyataan dari ibu mertuanya yang menurutnya hanya membuat kepalanya semakin sakit saja.
"Kenapa hah!"
"Heh Serra! kamu itu jadi istri benar-benar sangat malas ya. Kamu itu jadi istri tidak becus. Saya juga mendapatkan laporan dari Maya kalau kamu mengganggu diri Perusahaan," ucap Niken.
"Saya sama sekali tidak pernah mengganggu dia dan justru dia yang memfitnah saya dan membuat saya di marahi Mas Damar. Maya itu playvictim yang sama saja dengan Mas Damar. Mereka berdua berselingkuh secara terang-terangan di depanku dan aku harus menerima semuanya karena fitnah yang diberikan Maya yang sama sekali tidak aku lakukan!" tegas Serra yang mencoba untuk mencari pembelaan walau dia tahu ibu mertuanya itu tidak akan berpihak padanya.
"Telinga saya sudah capek mendengar kamu yang mengatakan mereka berdua berselingkuh dan saya sudah mengatakan kepada kamu mereka hanya sepupu dan tidak mungkin memiliki hubungan apapun. Sangat wajar sekali jika Damar membela Maya karena kamu mendzolimi dia di Perusahaan yang awalnya dia baik-baik saja bekerja di sana!"
"Semenjak kedatangan kamu yang baru saja satu hari sudah membuat kekacauan. Kamu masih saja menyalahkan wanita yang sudah membantu suami kamu hah!" tegas Niken menyalahkan Maya.
"Makanya kamu jadi istri berpenampilan menarik sedikit agar pikiran kamu tidak dipenuhi rasa curiga. Saya memang menjodohkan kamu dengan Damar tetapi jika kamu tidak bisa intropeksi diri dan membuat diri kamu menarik Damar tidak akan pernah mungkin suka pada kamu. Jadi istri harus bisa menarik!" tegas Niken yang sekarang jelas-jelas sudah menyalahkannya.
"Saya udah pernah katakan kepada kamu untuk melihat contoh dalam pernikahan saya. Lihatlah bagaimana pernikahan saya dan suami saya yang sudah puluhan tahun, itu karena apa, saya dapat memposisikan diri sebagai istri sehingga suami saya tidak pernah macam-macam dan saya juga memberikan kepercayaan. Kamu seharusnya melakukan hal seperti itu yang memberi kepercayaan kepada suami kamu agar pikiran kamu bersih!" Niken sekarang malah sibuk membandingkan dirinya dengan Serra.
"Mungkin bener apa yang dikatakan Maya jika sebenarnya kamu hanya ingin mencari perhatian saja dan mencoba untuk mengasingkan Maya dengan cara kamu masuk ke dalam Perusahaan yang mengawasi suamimu dan Maya!" ucap Niken dengan semua pemikirannya.
"Huhhhhh, tidak ada gunanya bicara dengan wanita keras kepala seperti kamu yang otaknya tidak pernah berkembang, jadi Mama tidak akan heran jika suamimu tertarik pada wanita lain," ucapnya geleng-geleng kepala yang terlihat mengejek Serra meremehkan menantunya itu dan langsung berlalu dari hadapan Serra.
Serra mencoba untuk menahan air matanya yang mana dirinya sebelumnya sudah berjanji akan lebih kuat lagi dan tidak terus mengeluarkan air mata hanya untuk kata-kata seperti itu.
Dratt-drattt-drattt.
Ponsel yang di tangannya bergetar membuatnya melihat panggilan masuk itu yang ternyata dari Askara.
"Hallo!" Serra mengangkat telepon tersebut.
"Apa kamu sudah baik-baik saja?" tanya Askara yang membuat Serra tersenyum ternyata memang masih ada laki-laki yang memberikan perhatian kepadanya.
"Iya aku sudah jauh lebih enakan dan aku juga sudah kembali ke kamarku," jawab Serra.
"Syukurlah kalau begitu? lalu kamu sudah makan siang?" tanya Askara.
"Aku nanti akan makan siang di rumah sakit. Aku ingin ke rumah sakit untuk mengurus kepulangan Mama," jawabnya.
"Kamu yakin sudah bisa ke rumah sakit?" tanya Askara.
"Iya. Aku yakin akan bisa kerumah sakit," jawab Serra.
"Kalau begitu hati-hati," ucap Askara.
"Iya," jawab Serra tersenyum yang mengakhiri panggilan telepon tersebut.
Askara seakan tahu jika hatinya sedang tidak enak yang membuatnya sekarang jauh lebih tenang karena sudah dihubungi.
Bersambung......