Kehidupan Elena awalnya baik-baik saja, tapi semuanya berubah saat dia melihat adiknya--Sophia berselingkuh dengan kekasihnya.
Tak hanya itu, Sophia juga memfitnahnya dengan tuduhan pembunuhan terhadap Kakek mereka. Hal itu membuat Elena harus mendekam di dalam penjara selama 5 tahun. Dia kehilangan semuanya dalam sekejap mata.
Elena akhirnya menyadari bahwa Sophia telah merencanakan semuanya sedari awal. Sang adik menggunakan kepribadian yang manis untuk menjebaknya dan mengambil alih harta keluarga mereka.
Setelah keluar dari penjara, dia bertemu dengan seorang pria yang membawa perubahan besar dalam hidupnya. Apakah Elena bisa memulihkan namanya dan membalaskan dendamnya pada sang adik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 - Inilah Andreas Brown yang sebenarnya
"Cukup!" ucap Andreas. "Kalau kau membunuh "tamu" ku, itu akan merepotkan. Aku warga negara yang taat hukum, aku tidak bisa melakukan kejahatan," lanjutnya yang ditujukan pada anak buahnya.
Andreas kembali menatap pria yang berlutut tak berdaya di depannya. "Apakah kamu sudah memikirnya dengan baik? Siapa yang menyuruhmu untuk menabrak seseorang dengan mobilmu."
"Sepertinya ada yang salah dengan isi otakmu. Aku tidak menabrak siapapun!" jawab pria itu dengan napas memburu.
"Aku sudah mengatakannya berulang kali tapi kau tidak mempercayaiku! Apakah kamu tidak mengerti bahasa manusia?!"
Andreas terkekeh, "Ternyata kau pria yang cukup tangguh. Jika begitu, aku akan menunjukkan sesuatu yang menyenangkan. Aku yakin kamu akan menyukainya."
Johnny mengeluarkan beberapa lembar foto dan melemparkannya ke wajah pria itu.
"Sepertinya kamu memiliki kehidupan yang baik, kamu memiliki istri yang cantik dan juga anak yang lucu," ucap Andreas.
"Tetapi anakmu terlihat kurus, dengan satu kali cekikan saja dia akan langsung mati," lanjutnya.
Lembaran foto itu mendarat di atas tanah, foto seorang wanita dan juga anak laki-laki berusia 3 tahun. Pria itu melebarkan kedua matanya, itu memang anak dan istrinya.
"Oh iya, beberapa saudaraku sudah menahan diri terlalu lama. Bagaimana kalau kau biarkan istrimu menemani mereka sebentar? Anggap saja itu sebagai salah satu karma untukmu," ujar Andreas.
"Bajingan! Kamu bukan manusia! Anakku baru berusia 3 tahun! Jika kamu berani menyentuhnya aku tidak akan segan untuk membunuhmu!" teriak pria itu.
Andreas tertawa, "Apa itu, kata-katamu terdengar sangat lucu."
Dia berdiri dan menendang kepala pria itu, "Kau tau jika dia masih kecil, tapi kenapa kau tidak mempertimbangkan bahwa ada seseorang yang sedang menggendong seorang anak ketika kau mencoba menabraknya?"
"Uhuk! Uhuk!"
Pria itu tersungkur dan muntah darah, dua gigi bagian depannya patah akibat tendangan Andreas.
Andreas berjongkok dan mencengkeram dagu pria itu, "Apa kau sudah mengingatnya? Siapa yang mengirimmu? Siapa bosmu?"
"Aku akan memberimu waktu 3 detik. Jika waktumu habis, seseorang akan akan langsung memukul anakmu menjadi bubur."
"Dan jika kau masih tidak mau mengatakannya, istrimu harus melayani semua saudara-saudaraku!" kata Andreas dengan penuh intimidasi.
"Aku.... aku...."
Pria itu menggertakkan giginya, "Apa kau punya bukti jika aku yang melakukannya?! Aku bahkan tidak tau apa yang sedang kau bicarakan, aku juga tidak tau siapa bos yang kau ucapkan itu!"
Andreas menaikkan sudut bibirnya, setelah pukulan dan tendangan yang anak buahnya berikan ternyata pria di depannya itu masih tidak mau membuka mulut.
"John, bawa ke sini!"
Johnny segera memberikan sebuah dokumen pada bosnya, "BimBim. Nama asli, Bima Arya. Anak ketiga dari keluarga Arya, memiliki satu istri dan juga satu orang anak, serta tinggal di kota B."
"Bergabung dengan geng Black Snake 3 tahun yang lalu, dikirim ke kota S satu tahun yang lalu untuk menjadi mata-mata. Kau juga beberapa kali melakukan transaksi ilegal, benarkan?" jelas Andreas.
"Black Snake? Aku tidak tau apa yang kau ocehkan itu!"
Andreas berdiri dan menghisap rokoknya, "Masih tidak ingin mengatakannya? Sepertinya bosmu memberikan banyak hal hingga kau sangat setia padanya."
Dugh! Andreas kembali menendang pria itu, "Baiklah jika itu pilihanmu. John, telpon mereka dan suruh bergerak sekarang," perintahnya.
"Baik, Bos!" Johnny mengeluarkan ponselnya dan menekan panggil salah satu nomor.
"Tunggu! Aku akan mengatakannya!" teriak Bima.
"Aku hanya bawahan rendahan, bos tidak tau apa yang kami lakukan! Demi uang, aku setuju untuk membantu seseorang untuk melakukan kejahatan ini. Aku tidak akan melakukannya lagi! Tolong lepaskan aku!"
Andreas kembali berjongkok dan tersenyum, "Kalau begitu, katakan padaku siapa yang
menyuruhmu melakukan kejahatan ini," ujarnya.
"Di--dia... Dia tidak menunjukkan wajahnya, dia hanya menyuruhku untuk membuat seseorang bernama Matthew Anderson menghilang. Dia memberiku 5 juta, selain itu dia tidak mengatakan yang lainnya," jelasnya.
Crash!
Andreas menusukkan sebuah belati ke tulang selangka Bima, "Aku punya batas kesabaran! Ceritakan lebih banyak!" ujarnya.
"AGHRGHH!"
Pria itu langsung mengerang kesakitan, "Baiklah, baiklah. Aku mengingat sesuatu!" ujarnya sembari menahan rasa sakit.
"Dia seorang wanita dan tidak keluar dari dalam mobil. Mobilnya berwarna hitam dan memiliki logo huruf A di depannya."
"Kamu yakin ada logo huruf A?" tanya Andreas memastikan.
Bima mengangguk dengan keras. "Sangat yakin! Aku masih mengingatnya dengan jelas, aku bisa menggambarkannya untukmu. Tolong biarkan aku pergi!" ucap Bima dengan wajah memohon.
"Ughhh."
Bima kembali mengerang saat Andreas mencabut belatinya. "Jaga dia, tapi jangan membunuhnya," ucapnya pada anak buahnya.
Dia mengelap tangannya yang terkena cipratan darah, dan tak lama kemudian ponselnya berbunyi. Dia melihat si penelepon dan langsung menjauh.
"Halo, Profesor Sam?"
Di seberang sana, Profesor Sam tersenyum senang. "Halo, An. Ternyata kamu benar-benar ingin menyembunyikan ini dengan rapat ya!"
"Sample rambut yang kau kirimkan padaku sudah ku uji dengan DNA anak itu, aku juga melakukan tes menggunakan sample darah milikmu. Anak itu 99.99% adalah anakmu, kamu harus mengirimkanku hadiah! Ha ha ha!" sambungnya.
Tidak salah jika Profesor Sam ingin meminta hadiah, karena dialah yang menyarankan untuk melakukan tes DNA.
Andreas yang mendengar berita itu mematung di tempat. Ponselnya lepas dari genggaman tangannya dan jatuh ke atas tanah.
"Halo! An! Apa yang terjadi!"
"Halo!"
"Halo, Andreas!!"
Profesor Sam berteriak-teriak di ujung telepon, tapi seseorang yang dia telepon masih tidak bergerak untuk mengambil ponselnya.
Antara terkejut dan tidak terkejut, Andreas bingung mengekspresikan perasaannya. Ada rasa senang, kecewa, dan juga marah, semuanya berkumpul campur aduk di hati dan pikirannya.
Bersambung
Seperti kata Author kemarin, hari ini update 2 Bab. Terima kasih sudah membaca 🤗