Mafia adalah dunia nya, separuh hidupnya ia habiskan dalam kegelapan dan separuh lainnya dalam bayang-bayang kematian yang selalu mengintai nya. Hingga seorang wanita cantik yang membawa cahaya muncul dan mengubah arah hidup nya, membuatnya mempertanyakan hal-hal apa yang berharga dalam hidupnya.
Mampukah dia mengubah dirinya sendiri, ataukah bayang-bayang masa lalunya akan terus menghantuinya dan membuat wanita cantik itu memilih untuk menjauh darinya?
~ Klan Keluarga Morrigan S2~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 32
Setelah menyelesaikan serangkaian fisioterapi yang melelahkan selama tiga minggu lamanya, akhirnya Rakhes merasakan perbaikan pada kondisi kakinya. Ia sudah bisa berjalan dengan normal kembali, dan rasa sakit yang selama ini mengganggu gerak dan aktifitas nya kini mulai berkurang. Bahkan, sudah tak ia rasakan lagi.
Dengan ditemani Jelita, Rakhes kini ia berada diruang praktik Dottor Marcello untuk menunggu hasil akhir dari fisioterapi yang selama ini ia jalani.
"Tuan, saya senang melihat kemajuan anda yang sangat baik. Anda sudah berhasil menyelesaikan seluruh sesi fisioterapi dan kondisi anda juga sudah membaik secara signifikan. Namun, perlu diingat bahwa proses pemulihan masih berlangsung". Kata Dottor Marcello pada Rakhes yang duduk bersebrangan dengannya.
"Hm.. aku akan mengingat nya ", sahut Rakhes datar
Kemudian, Dottor Marcello beralih menatap Jelita yang duduk disamping Rakhes..
"Nyonya Jelita.. " panggilnya
"Ya Dottor Marcello ?", sahut Jelita
"Mohon anda juga harus terus memantau tuan Rakhes untuk tetap hati-hati dan tidak melakukan aktivitas terlalu berat untuk beberapa minggu kedepan, demi memastikan tulang kaki nya benar-benar pulih total". Ucap nya pada Jelita
Mendengar itu, Jelita menganggukkan kepala nya paham. "Saya paham Dottor Marcello ".
"Baiklah nyonya, ini surat keterangan selesai fisioterapi tuan Rakhes. Semoga proses pemulihannya tidak berlangsung lama dan tuan Rakhes bisa melakukan aktivitas dengan normal". Dottor Marcello menyodorkan surat keterangan itu pada Jelita.
Dan, perempuan itu menerima nya dan membaca nya sekilas lalu segera menyimpannya kedalam tas nya.
"Baiklah Dottor Marcello, kami pamit undur diri". Ucap Jelita dengan sopan, kemudian ia membantu Rakhes berdiri dari duduknya lalu memapah nya keluar dari ruang praktik Dottor Marcello
Dottor Marcello menganggukkan kepala kemudian berdiri dan mengantarkan Rakhes juga Jelita sampai didepan pintu.
.
.
Rakhes berjalan pelan menyusuri koridor rumah sakit menuju tempat parkir. Dengan dipapah oleh Jelita dan juga dibantu dengan tongkat, langkah kakinya sudah bisa berjalan dengan normal kembali, hanya sesekali masih limbung.
Jelita dengan sabar memapah Rakhes sampai ditempat parkir. Melihat kedatangannya tuan nya, Han yang berdiri bersandar dibadan pintu mobil dan tengah menyulut rokoknya seketika langsung membuang puntung rokok itu dan menginjak ujungnya dengan sepatu pantofelnya. Kemudian, ia bergegas menghampiri Rakhes dan Jelita.
"Biar saya saja yang memapah tuan, nona". Kata Han dan segera mengambil alih posisi Jelita.
Jelita mengangguk lalu bergeser membiarkan Han membantunya. Kemudian, Han memapah Rakhes menuju mobil.
"Nona, bisa tolong bukakan pintunya ?" pinta Han
"Sebentar". Jelita segera membuka pintu mobil bagian belakang penumpang.
Lalu, Han segera membantu Rakhes masuk kedalam. Setelah memastikan tuannya itu duduk dengan nyaman barulah, ia meminta Jelita untuk masuk dan duduk disebelah Rakhes.
Kemudian, Han segera menutup pintunya dan bergegas ia berlari mengitari setengah badan mobil lalu masuk dan duduk dibalik kemudi.
Han mulai menyalakan mesinnya menginjak pedal gas dan rem nya, perlahan mobil yang ia kendarai melaju pelan meninggalkan area pelataran rumah sakit.
Perjalanan menuju mansion membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Selama dalam perjalanan itu hening tak ada yang bersuara. Rakhes mulai sibuk mengecek email masuk lewat ipad yang ia genggam dan Han fokus mengemudi. Sedangkan, Jelita juga sibuk dengan ponsel nya seperti tengah berbalas pesan dengan seseorang.
Sesekali, perempuan itu tersenyum saat membaca pesan membuat Rakhes melirik curiga kearah nya.
"Ekhemm.. " Rakhes berdehem keras
Mendengarv deheman itu, sontak saja Jelita menoleh sekilas pada Rakhes kemudian kembali mengalihkan pandangannya menatap ponsel nya.
"Apa ponsel nya lebih menyenangkan daripada mengobrol dengan ku ?", ucap Rakhes sedikit menyindir
"Ha?", cicit Jelita. Ia membalas pesan itu dan segera mengirimnya, setelah itu, ia menyimpan ponsel nya kedalam tas.
"Maaf, tapi bukankah kamu juga sibuk mengecek email masuk?', balas Jelita
Kini hubungan dia dan Rakhes semakin dekat. Tidak ada lagi jarak antara bawahan dan atasan semenjak Rakhes meminta nya untuk memanggil nya dengan sebutan nama tanpa embel-embel tuan didepannya. Tapi, meskipun begitu Jelita tetap menjaga batasannya.
Mendengar itu, Rakhes seketika terdiam seribu bahasa. Ini adalah kali pertama nya ada yang berani membalikkan ucapannya, terlebih dia seorang wanita.
Oh astaga! Malu sekali rasanya. Apalagi didepan sana Han melipat bibirnya menahan tawanya.
"Jadi, apa yang akan diobrolkan jika sama-sama sibuk dengan gawai nya ?" sambung Jelita lagi
"Ah baiklah, terserah mu saja". Ujar Rakhes dengan nada pasrah nya.
Kemudian, mobil yang dikemudikan Han berbelok masuk melewati pintu gerbang yang menjulang tinggi itu dan berhenti tepat didepan pintu masuk mansion.
Sebelum Jelita turun, ia menoleh menatap Rakhes. "Apa kamu butuh bantuan ?" ujarnya menawarkan diri
"Tidak perlu, kau keluarlah dulu dan tunggu aku diruang kerja. Ada yang ingin aku bicarakan dengan mu". Kata Rakhes
Jelita mengangguk,"Baiklah". Kemudian, ia bergegas turun.
Didalam mobil itu, tinggallah Han dan Rakhes.
Rakhes menatap asisten pribadinya itu dengan mata yang mendelik tajam.
"Han.."
"Ya tuan ?" sahut Han pelan, ia mulai merasakan suasana didalam mobil itu mulai mencekam.
Ia memutar sedikit tubuhnya menghadap kearah Rakhes sambil menundukkan kepalanya.
"Apa kau sudah bosan hidup atau bosan menjadi asisten ku?" ujar Rakhes dengan suara yang terdengar datar namun penuh penekanan.
"Maaf tuan, saya masih ingin hidup dan juga masih membutuhkan pekerjaan ini". Jawab Han sopan
"Berani sekali kau menertawakan ku tadi, mau ku potong urat nadi mu sekarang ?!" Ancam nya
"Maaf tuan, saya tidak akan mengulangi nya lagi". Janji Han
"CK!" Rakhes berdecak kesal
"Bulan ini gaji mu, ku potong dan jangan harap mendapatkan bonus".
Setelah mengatakan itu, Rakhes langsung membuka pintu mobil lalu turun, kemudian melangkahkan kakinya masuk kedalam mansion.
Han yang melihat kepergian tuannya itu hanya bisa menghela nafas panjang sambil bibir nya terus menggerutu.
"Astaga, semenjak calon nyonya ditemukan. Tuan Rakhes menjadi semakin sensitif..."
.
Rakhes melangkahkan kakinya menuju ruang kerja. Hampir 3 bulan ini ia tidak menginjakkan kaki dan membuka ruangan itu.
Dan kini Rakhes masuk dan pertama kali tempat yang tuju adalah jendela. Tangannya terangkat segera membuka tirai gorden yang menjulang tinggi itu agar cahaya matahari bisa masuk dan memberikan penerangan didalam ruang kerja nya.
Kemudian, Rakhes berbalik badan melangkah menuju ruang kerja nya. Ia duduk dikursi kebesarannya itu dan menyandarkan punggung lebarnya dengan nyaman disandaran kursi.
Tak berselang lama, terdengar pintu ruang kerja nya diketuk dari luar. Rakhes berseru mempersilahkan orang yang mengetuk pintu itu untuk masuk kedalam.
Tok..
Tok..
Tok...
"Masuk!"
Ceklek!
"Rakhes..." panggil Jelita
Mendengar suara yang lembut dan menenangkan itu Rakhes menoleh dan menatap kearah perempuan itu sambil melempar senyum tipis.
"Masuk dan duduklah".
Jelita mengangguk dan segera melangkahkan kakinya masuk lalu duduk dikursi sofa yang ada didalam ruang kerja Rakhes.
Kemudian, Rakhes beranjak dari duduknya lalu berjalan mendekati Jelita. Tak lupa tangannya menyambar sebuah dokumen diatas meja kerja nya.
Rakhes duduk dikursi single sofa bersebrangan dengan Jelita. Kemudian, ia menyodorkan dokumen itu pada Jelita.
"Ini Apa ?" tanya Jelita sambil mengernyitkan dahinya
"Bacalah". Kata Rakhes
Jelita membuka dokumen itu dan mulai membaca nya. Mata nya seketika membulat saat membaca dengan teliti satu persatu kalimat yang tertulis didalam dokumen tersebut.
"Surat pengalihan ?"
.
.
.
Haii, jangan lupa tinggalkan jejak like, vote dan komen. Jangan lupa subscribe agar gak ketinggalan update.an nya, makasih 🙏🏻🥰
huh klo sudah begini apa mau dikata,
katanya bersyukur hidupnya ditolong Rain
eeh sekaranv dah dipercaya malah membelot
itulah manusia penuh dgn khilaf
dan kesalapahaman itu segera terurai
jelita
dia pasti Akan meuruti perintahmu
lalu bagaimana bisa bilang putri sulung
jasy Kan bukan putri sulung
lalu bagaimana dengan Jerry. apa dia berhianat
semua.cakep.