Ini kisah remaja SMA yang bernama Zo Paksa, putra bungsu dari pasangan Victor dan Sera Paksa. Dia dijodohkan dengan anak sahabat Papanya yang bernama Bintang Armada hanya demi sebuah nilai.
lucu, bukan?
Nah, ini hanya cerita karangan belaka untuk sekedar menghibur di waktu luang. semoga bermanfaaat. penasaran? baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PBS 32
Kasih like sama komen ya biar author seneng dan semangat double update. ^^
...----------------...
Zo baru saja selesai mengisi bahan bakar dipengisian terdekat. Dia menstandarkan motornya dipinggir jalan, dibawah pohon kalbi. Dengan lelah yang masih tersisa, Zo mengelap keringat dikening dengan lengannya, karena tadi dia terpaksa harus mendorong motornya hingga ke pengisian BBM. Jaraknya lumayan jauh dan membuatnya tak ingin lagi mengulangi hal yang sama.
Zo mengambil ponsel, dia menatap ponsel ingin menghubungi Bintang. Tetapi Zo baru tersadar jika dia belum bertukar nomor dengan Bintang. Zo mendesah pelan, pernikahannya cukup diluar dugaan makanya dia tak kepikiran untuk saling bertukar nomor.
Zo bingung, apakah dia harus menjemput Bintang atau tidak. Takutnya Bintang menunggu disana. Zo menyalakan motor setelah memasukan ponsel disaku celana. Tetapi belum sempat memutar ruas gas ponselnya berdenting.
Zo kembali mengambil ponsel dan membuka pesan yang masuk. Wisata peje disana ada kejutan untukmu. Itu lah isi pesan dari nomor yang tak dikenal. Zo terdiam, mengira-ngira siapa pemilik nomor tesebut.
"Siapa sih?" Zo sampai pusing karena beberapa lama berpikir keras tetap tak menemukan siapa kira-kira pengirimnya. Dengan rasa penasaran yang menggebu, Zo pun menuju lokasi yang tertulis dipesan.
"Pertunjukan apa? Sepi gini," Zo membatin saat sudah sampai dilokasi. Karena penasaran dan perut mulai lapar dia masuk salah satu warung dan memesan gorengan beserta segelas es teh. Siapa tahu sebentar lagi pertunjukan itu akan terlihat.
Tepat setelah Zo menghabiskan sepiring gorengan, kedua matanya tak sengaja menangkap seseorang yang dia kenal memberhentikan maticnya didekat pohon kepala, tepat dihadapan cowok yang pernah Zo lihat.
Zo memperhatikan gerak-gerik mereka berdua, dan emosi Zo terpancing kala melihat Bintang dan Farel berpelukan. Zo merasa aneh dengan respon hatinya. Tapi, Zo tidak bisa berbohong dia tidak terima Bintang menghianati keprcayaan Mama dan Papa. Yah, mungkin itu alasan hatinya terbakar melihat Bintang berpelukan dengan Farel.
Saking emosinya giginya mengerat, tangannya terkepal otomatis, dan reflek tangannya mengambil kerikil. Melemparnya tanpa beban kearah motor Farel.
Prakkk !
Farel terlonjak dan melepas pelukannya pada Bintang. Dia menatap bokong motornya yang hancur. Farel mengepalkan kedua tangan, siap menghajar pelaku.
"Woi! Siapa yang melempar, hah! Sini maju!" Farel berteriak, mengundang atensi semua pengunjung wisata peje.
Bintang mengerut kening, dia juga tidak tahu siapa orang yang merusak motor Farel. Bintang mundur perlahan karena tak ingin Farel menahannya lagi.
"Kenapa!? Apa kau tidak terima!?"
Bintang, dia menghentikan langkah. Suara itu seperti tidak asing. Bintang menatap sumber suara, dan kedua matanya melebar melihat Zo berjalan mendekati Farel dengan wajah marah.
"Zo? Mengapa dia berada disini?" Bintang membatin. Bingung tentunya. "Kebetulan sekali," pikirnya.
"Rupanya kau mencari masalah denganku, hah!" Begitu Zo dihadapannya, Farel mencengkram kaos bagian dada yang Zo kenakan dengan kencang. "Lihatlah! Motorku hancur karena ulahmu bang.sat!" Tatapan permusuhan tercetak jelas dikedua mata Farel.
Zo tersenyum miring, dengan mudahnya dia menarik cengkraman Farel dikaosnya, lalu mendorong dada Farel, disusul satu pukulan keras mendarat tepat dipipi Farel.
Bug
"Arghhh!"
Farel mengerang dan jatuh terpelanting keatas paving sambil memegangi sebelah pipinya yang terkena pukulan. "Baji.ngan!" umpatnya dengan dada naik turun.
Zo meludah kesamping, menatap Farel sinis, Zo jongkok dihadapan Farel yang masih berusaha mengatur nafasnya yang tersengal. "Ini baru peringatan," Zo berseru lirih, penuh penekanan. "Jangan mengganggu Bintang, dia milikku, apa kau amnesia? Kau termasuk saksi perjodohanku dengan Bintang, bukan?"
Mendengar kata perjodohan, Farel mengeratkan giginya, tangannya mengepal, dan satu sama. Farel berhasil meninju Zo tepat dihidungnya.
Bug
"Arghhh..!"
"Farel!"
Bintang memekik melihat Zo yang hidungnya langsung mengeluarkan darah. Dia berlari dan jongkok disamping Zo yang jatuh terjengkang dipaving.
"Zo, kau tidak apa-apa, kan?" Bintang panik melihat darah Zo dari hidung mengucur, tanpa berpikir panjang Bintang melepas jaket rajut yang dia kenakan untuk menutup hidung Zo agar darah tak keluar lebih banyak lagi.
Mendapat perhatian kecil dari Bintang, entah mengapa hati Zo terasa menghangat. Terasa ada kupu-kupu beterbangan didalam perutnya membuatnya tergelitik geli. Zo mencoba menahan bibir untuk tak tersenyum. Melihat wajah Bintang yang khawatir padanya membuatnya yakin jika Bintang mungkin memiliki perasaan padanya.
Berbeda dengan Zo, Farel justru semakin terbakar melihat Bintang perhatian dengan Zo. Farel tak terima. Farel yakin jika Bintang hanya mencintainya. Farel menarik lengan Bintang membuat Bintang berdiri dan menatapnya.
"Bin, buktikan pada semua orang bahwa kau hanya mencintaiku. Dan kau tidak menerima perjodohanmu dengan Zo,"
Bintang tercenung mendengar permintaan Farel. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Bintang hanya bisa terdiam.
"Bintang, sudah menikah denganku,"
"Apa?!"
Farel dan orang-orang yang mendengar perkataan Zo terkejut. Dan bisik-bisik tak mengenakan hati mulai terdengar.
Jantung Bintang berdebar hebat. Kedua matanya mengembun. Dia tidak pernah menyangka akan dihadapkan dengan kenyataan ini. Kenapa Zo membeberkan semuanya? Apa dia tidak memikirkan sekolahnya? Bibir Bintang melengkung kebawah. Air mata siap jatuh.
"Zo berbohong!"
Dengan mengusap air mata, Bintang menyangkal apa yang dikatakan oleh Zo. Dia tidak ingin sekolahnya terganggu. Bisa jadi Farel akan melaporkan tentang pernikahannya kesekolah dan Bintang berakhir dikeluarkan. Bintang tidak mau!
Zo membeku, hatinya yang baru saja menghangat kembali dingin. Entah mengapa hatinya berdenyut nyeri mendengar kata penyangkalan dari Bintang. Apa dia benar tidak menerima pernikahan ini? Zo... kecewa.
Sedangkan Farel, dia tersenyum penuh kemenangan. Semakin percaya diri jika Bintang masih mencintainya. "Aku bilang apa? Bintang tidak bisa move on dari aku." Farel bangga.
"A-aku dan Zo t-tidak..."
"Cukup!"
Bintang tersentak, karena Zo menyela perkataannya. Dia menatap Zo, entah mengapa Bintang merasa ada yang berbeda dari tatapan Zo saat ini.
"Tidak perlu diperjelas. Aku tahu kau akan menyangkalnya." Perih, hati Zo sangat perih. Entah, Zo juga tidak tahu mengapa bisa sesakit ini rasanya. Zo mengedikan bahu, berdiri dan menatap Bintang intens. "Maaf, telah merusak momen romantis kalian," tak perlu lagi ada yang dibicarakan, Zo pergi meninggalkan lokasi dengan luka yang entah berasal dari apa. Zo pun tak tahu, dia bingung.
Bintang meneguk ludah. Hatinya terasa mencelos melihat punggung Zo menjauh. Tak terasa air matanya jatuh begitu saja. Dia merasa kehilangan.
"Hiks..." Bintang menangis menutup wajah dengan kedua tangannya.
"Mengapa menangis, hm?" Farel menarik Bintang dalam pelukan tapi Bintang menolak dan berlari, pergi dari wisata peje dengan motornya.
"Arghhh...!" Farel menendang motor dengan kesal dan malu. Didepan banyak orang Bintang menolaknya.