NovelToon NovelToon
Identitas Suami Miskin

Identitas Suami Miskin

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pernikahan Kilat / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Kaya Raya
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: Pena Halu

Anesha dan Anisha adalah kakak beradik yang terpaut usia tiga tahun. Hidup bersama dan tumbuh bersama dalam keluarga yang sama. Namun mereka berdua dibesarkan dengan kasih sayang yang berbeda. Sebagai kakak, Nesha harus bekerja keras untuk membahagiakan keluarganya. Sedangkan Nisha hidup dalam kemanjaan.

Suatu hari saat mereka sekeluarga mendapat undangan di sebuah gedung, terjadi kesalah pahaman antara Nesha dengan seorang pria yang tak dikenalnya. Hal itu membuat perubahan besar dalam kehidupan Nesha.

Bagaimanakah kehidupan Nesha selanjutnya? Akankah dia bahagia dengan perubahan hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sikap Santai Garvi

Nesha masih tak percaya dengan situasinya sekarang ini. Ia masih memegang ponsel berlambang apel tersebut dengan tangan gemetar. Ia tak menyangka kalau suaminya bukanlah orang sembarangan atau orang biasa. Bodohnya ia yang terus percaya pada kebohongan suaminya, padahal selama ini sudah banyak kejanggalan yang ia rasakan.

Nesha meletakkan ponsel tersebut di sampingnya. Ia kembali tertunduk mengingat bahwa ia hanya 'orang kecil' jika dibandingkan dengan Garvi.

"Maafkan saya nggak nggak tahu apapun tentang kamu, Mas. Seharusnya saat itu aku mencari tahu dulu siapa kamu", ucap Nesha lirih dengan nada lesu.

"Maafkan aku juga Nes. Aku yang sedari awal nggak jujur sama kamu", ucap Garvi seraya meraih tangan Nesha dalam genggamannya.

Keduanya pun terdiam dan suasana pagi dini hari pun semakin terasa hening. Hanya angin dingin yang terasa menerobos dari kisi-kisi dinding yang sudah lapuk.

"Bagaimana dengan pernikahan kita, Mas?" Nesha memalingkan wajah, takut jika Garvi tahu bahwa kini matanya sudah tergenang oleh bulir bening yang siap jatuh kapan saja.

"Maksud kamu apa, Nes?"

Nesha pun terdiam dengan pertanyaan Garvi. Ingin sekali ia mengatakan kalau dirinya tak pantas untuk Garvi yang seorang berada jauh level diatasnya. Namun lidahnya terasa kaku untuk mengungkap kalimat tersebut.

"Saya pengen ketemu sama ibumu, Mas", ucap Nesha.

"Baiklah. Nanti aku akan mengajakmu bertemu dengan Mamaku." Nesha mengangguk pelan.

"Sekarang ayo kita tidur lagi", sambung Garvi seraya mengusap surai Nesha.

Mereka berdua pun kembali berbaring. Nesha memilih memunggungi Garvi karena ia merasa sedikit kecewa.

***

Pagi ini semua orang berkumpul diruang makan setelah sarapan. Nisha sudah tidak bekerja sedangkan Fandi memilih menutup sementara bengkel dan distronya karena tak ada pemasukan untuk membayar karyawan. Showroom masih ia buka dan dijaganya sendiri tanpa karyawan.

"Nis kamu jual aja motormu, nanti uangnya buat bayar kompensasi. Nanti sisanya kita cari sama-sama", ucap Pak Edi seraya menyesap kopi hitamnya.

"Nggak mau, Pak!" pekik Nisha seraya meletakkan ponselnya diatas meja dengan kasar.

"Bapak ini gimana, sih. Nanti Nisha kemana-mana pakai apa?!" Bu Rumi tutut membela anak kesayangannya.

"Nisha kan nggak kemana-mana, Bu." Pak Edi mencoba membujuk Bu Rumi dan Nisha.

"Pokoknya Nisha nggak mau, Pak!" rengek Nisha seraya bersedekap tangan dan memasang wajah cemberut.

Pak Edi mengusap wajahnya dengan kasar, bingung mau mencari uang darimana. Sedangkan yang punya tanggung jawab tak peduli sekalipun. Fandi sebagai suaminya pun tak bisa membantu apa-apa bahkan mencari solusi pun tampaknya ia enggan.

"Mas, kamu bilang sama Mama pinjem duit, dong", rengek Nisha seraya menggoyang-goyangkan lengan Fandi dengan manja.

Fandi hanya terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu. Bukannya Mamanya tak punya uang segitu, tapi Bu Reni pun pasti enggan mengeluarkan uang lagi jika berhubungan dengan istrinya. Apalagi sekarang Fandi memilih menutup dua usahanya, pasti akan membuat Bu Reni sangat murka.

Nisha masih merengek pada Fandi. Bu Rumi dan Pak Edi hanya menghela nafas kasar karena belum menemukan jalan keluar. Sedangkan Nisha diberikan batas waktu dua minggu untuk melunasi uang kompensasi tersebut dan sekarang tinggal satu minggu lagi.

Saat mereka sedang merenungkan jalan keluar, Nesha dan Garvi baru keluar kamar.

Nesha berjalan menuju dapur, sedangkan Garvi hendak ke kamar mandi. Saat melewati ruang makan, mereka melirik kearah semua orang yang sedang terdiam.

"Punya mantu dua sama-sama nggak berguna!" pekik Bu Rumi tiba-tiba saat Nesha dan Garvi berjalan melewatinya.

"Saya, Bu?" Tanya Garvi seraya menghentikan langkahnya.

"Ya dua-duanya, berarti termasuk kamu juga!" sentak Bu Rumi dengan nada sewot.

"Hentikan, Bu!" Sentak Pak Edi yang kesal melihat sikap istrinya yang tidak sopan pada kedua menantunya.

"Emang bener kok, Pak!" balas Bu Rumi tak terima dibentak oleh Pak Edi.

"Bu, jangan memperkeruh suasana. Ini masalah Nisha, kita yang harus cari solusinya. Tidak ada sangkut-paut dengan Nak Fandi dan Nak Garvi, Bu". Pak Edi mencoba menenangkan sikap arogan Bu Rumi.

"Ya ada, Pak. Fandi itu suaminya Nisha, harusnya dia bisa bantu Nisha. Tapi apa nyatanya? Dia cuma bisa bengong dan numpang makan di sini. Sedangkan Garvi pun nggak bisa bantu apa-apa dan sama-sama numpang makan tidur aja!" pekik Bu Rumi sangat kesal.

"Bu, Mas Garvi nggak ada kewajiban apapun untuk membantu masalah Nisha." Nesha membela Garvi seraya tangannya terkepal erat, rahangnya gemerutuk menahan emosi.

"Bilang aja nggak mampu bantu, kan?" sinis Bu Rumi.

Mendengar ocehan Bu Rumi yang nggak karuan, Pak Edi segera berdiri dan menyeret lengan Bu Rumi untuk masuk ke dalam kamar.

"Siapa bilang saya nggak bisa bantu? Uang kompensasi Nisha dipotong setengahnya itu karena usaha saya yang membujuk pemilik perusahaan itu!" ucap Garvi dengan santai dan tenang namun suaranya sangat tegas.

Mendengar ucapan Garvi, Pak Edi yang sedang menyeret Bu Rumi pun tercengang dan melepaskan cekalan tangannya. Sedangkan Nesha terbelalak sambil menatap intens kearah Garvi, seolah meminta penjelasan.

Namun Bu Rumi beserta dua sejoli itu seakan tak percaya dengan apa yang diucapkan Garvi dan memandang remeh. Ketiganya pun tertawa kencang seolah menghina.

"Hahahaha", suara lantang tawa ibu mertua dan adik iparnya menggema dalam ruang makan.

"Kalau nggak percaya ya udah", ucap Garvi mengangkat bahunya. Bahkan ia terlihat cuek dan santai dengan cemoohan mereka.

Lalu ia melingkarkan handuk di lehernya dan melenggang masuk ke kamar mandi.

Pak Edi dan Nesha masih tercekat melihat sikap Garvi yang terlalu santai. Apalagi bapak dan anak tersebut terlihat seperti memendam banyak pertanyaan untuk Garvi.

"Ah saya mau buat sarapan dulu, Pak", pamit Nesha yang menghambur pergi ke dapur.

Pak Edi sudah berhasil menyeret Bu Rumi masuk kembali ke dalam kamar. Sedangkan Nisha dan Fandi masih setia duduk di ruang makan menunggu Garvi. Mereka sudah tak sabar ingin mengolok-olok kakak iparnya itu.

Tak lama kemudian, Garvi sudah keluar dengan tampilan fresh setelah mandi. Rambut basahnya yang terlihat acak-acakan justru membuat wajahnya semakin tampan. Nisha yang melihatnya pun tak bisa lepas memandangnya.

Fandi yang melihat istrinya terpesona dengan kakak iparnya, segera menyenggol lengan Nisha dengan kasar. Membuat Nisha berdecak kesal karena tak bisa lama-lama menikmati pemandangan indah.

"Ini nih si miskin yang belagu", sindir Fandi seraya tersenyum seringai kearah Garvi.

Namun sindiran itu tak mempan sama sekali. Garvi hanya berlalu masuk ke dalam kamar tak menggubris omongan yang menurutnya tak penting.

Mendengar suaminya diolok-olok oleh Fandi, Nesha segera mematikan kompor dan menghampiri Fandi dan Nisha yang masih duduk di ruang makan.

"Jaga mulutmu Fandi!" sentak Nesha yang masih memegang sutil ditangan kanannya.

"Kenapa nggak terima? Kenyataannya kan begitu", ujar Nisha dengan senyum miring penuh ejekan.

Nesha mengeratkan genggaman sutilnya. Ingin sekali ia menoyor bibir mereka dengan sutil panas ditangannya.

"Astaghfirullah hal adzim", sebut Nesha dalam hati berkali-kali untuk meredam emosinya.

"Jangan sembarangan bicara kalau kalian nggak tahu faktanya!" Setelah berbicara lantang, Nesha balik lagi ke dapur menyelesaikan menggoreng tempe yang tertunda dengan perasaan kesal.

"Seandainya Mas Garvi mau jujur, pasti dia nggak akan diremehkan dan dihina seperti ini. Ini semua salahku. Jika saja Mas Garvi tak menikahiku, pasti dia nggak akan mendapat perlakuan seperti ini ", batin Nesha. Matanya sudah tak sanggup membendung air mata yang meleleh di pipinya.

1
na Nina
lamaaa bgt ga up
na Nina
lanjut kak
Yogya Sasmito
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!