Ini bukan cerita seorang CEO yang kejam, dingin, dan pemaksa. Giovani adalah seorang CEO yang baik hati, ramah, dan tampan. Namun selalu memiliki nasib buruk dalam kehidupan asmara. Berkali-kali dia gagal dalam menjalin hubungan percintaan dengan perempuan.
Hingga akhirnya dia jatuh cinta kepada sosok Sofia, seorang model cantik yang angkuh namun baik hati, yang berhasil mencuri hati seorang Gio. Bahkan Gio rela menyamar menjadi seorang bodyguard agar bisa mendekati Sofia. Mampukah Gio mendapatkan cinta Sofia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nolasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Pagi yang cerah dengan cuaca yang cerah pula. Hari ini matahari bersinar terang. Cukup panas cuaca Jakarta hari ini. Tapi jauh lebih baik daripada harus hujan deras dan akhirnya banjir pun datang.
Sofia mengulet perlahan, meregangkan seluruh otot tubuhnya yang terasa kaku. Menguap selebar-lebarnya hingga mulutnya membentuk bulat sempurna. Matanya membuka perlahan dan berkedip beberapa kali karena silauan sinar matahari yang masuk melalui celah tirai kamarnya.
Sofia memposisikan tubuhnya untuk duduk. Menyenderkan punggungnya pada sandaran kasur. Jangan ditanya seperti apa wajah cantik Sofia ketika bangun tidur. Sofia sadar bahwa dia masih tidur di kamar bawah.
Sofia turun dari tempat tidur dan melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Setelah selesai menggosok gigi dan cuci muka, tak lupa dia melakukan morning skincare routine seperti biasa. Sofia keluar dari kamar mandi dan diraihnya HP di atas meja nakas. Barulah dia keluar dari kamar.
Sofia langsung berjalan menuju ruang makan. Dan betapa terkejutnya dia, saat melihat kedua orang tuanya sudah duduk manis di kursi masing-masing.
"Pagi sayang" sapa Astrid dan Bastian bersamaan dengan senyum bahagianya.
"Pagi, Mah, Pah" sahut Sofia dengan nada lemah karena masih linglung.
"Kumpulin nyawa dulu" tegur Astrid sambil cengengesan.
Sofia duduk di kursi miliknya dan sesekali dia menatap kedua orang tuanya secara bergantian, "Sejak kapan papah sama mamah ada di rumah?" tanya Sofia.
"Kita udah sampai di rumah ketika kita melihat Danar membawa kamu yang sedang tertidur dalam gendongannya" jawab Bastian.
"Hah?" Sofia masih belum mengerti arah pembicaraan kedua orang tuanya.
"Semalam Danar membawa kamu pulang ke rumah dengan menggendong kamu yang sedang dalam keadaan tertidur pulas" sambung Astrid.
"Omong-omong gimana caranya kamu bisa ketiduran kayak gitu. Mana gaun yang kamu pakai rusak lagi. Kamu itu datang ke pesta atau habis tanding karate sih?" celoteh Bastian.
"Aku bisanya ketiduran ya karena merem, Pah. Nggak mungkin aku masih melek" ujar Sofia santai sambil meneguk segelas susu.
Setelah Sofia meminum susu, Bastian langsung mencubit ujung hidung mancung anaknya dan berkata, "Nyaman banget digendong Danar. Sampai pules banget kamu tidurnya," goda Bastian sambil memainkan kedua alisnya.
"Apaan sih, Pah? Nggak usah mulai deh" elak Sofia dengan wajah cemberutnya.
Astrid terkekeh pelan melihat ekspresi malu-malu dari Sofia, "Kamu belum jawab pertanyaan mamah. Kenapa gaun kamu bisa rusak kayak kain lap dapur?" kata Astrid.
Sofia mendenguskan napas karena dia masih merasa kesal dengan ulah Karina, "Biasa Mah, ada setan yang syirik sama anak mamah yang cantiknya kayaknya bidadari dari kahyangan ini," ujar Sofia.
"Ya udah, kamu habisin sarapan kamu" tutur Astrid menunjuk beberapa menu sarapan yang sudah terhidang.
Sofia menyiduk nasi, sayur, dan lauk. Lalu diletakkannya di atas piringnya. Sofia makan cukup lahap hingga aktivitasnya makannya terganggung karena suara dering dari HP-nya. Sofia harus menghentikan aktivitas makannya dan melihat hal apa yang dia dapatkan.
Sofia menyentuh layar HP-nya dan mencari informasi apa yang dia dapatkan. Hingga kemudian Sofia terbatuk-batuk karena dia terkejut dengan apa yang dia lihat, "Uhukk."
"Kamu kenapa sih? Minum dulu nih" tegur Astrid memberikan segelas air putih kepada Sofia agar putrinya itu bisa menghentikan batuknya.
"Ini...demi apa? Kenapa semua berita isinya..." Sofia membelalakkan matanya saat meng-scrol seluruh platfrom media sosial yang dia punya.
"Sofia udah kenyang" celetuk Sofia smabil beranjak dari kursinya.
"Ini makanan kamu belum habis sayang" tegur Bastian.
"Udah kenyang papah" teriak Sofia yang sudah berjalan meninggalkan ruang makan.
Bastian dan Astrid hanya bisa saling menatap kebingungan melihat perubahan sikap Sofia yang mendadak.
Sofia berjalan cepat menuju ke kamar. Entah apa yang dipikirkan Sofia, dia langsung berhambur ke kamar mandi untuk mandi tentunya.
Setelah sepuluh menit, dia keluar dari kamar mandi. Buru-buru memakai baju. Sofia mengambil baju sekenanya saja dan untung yang dia ambil mini dress bermotif bunga. Sofia hanya memoles make up tipis di wajahnya. Lalu dengan cepat diraihnya tas yang berjejer di dalam lemari.
Sofia langsung berlari keluar kamar. Dia mencoba menghubungi Alin. Namun wanita itu tidak menjawab teleponnya. Sofia pun bergegas keluar rumah.
"Pagi Nona Sofia" tegur Gio tiba- tiba muncul di hadapan Sofia.
Sofia terperanjat kaget saat pria tampan itu muncul secara tiba-tiba seperti angin. Gio memperlihatkan wajah polos dengan senyum sumringah. Walaupun Sofia mempelototinya.
"Kamu ini kenapa muncul tiba-tiba kayak kuyang sih? Bikin kaget aja" protes Sofia sambil mengelus dadanya.
"Nona saja yang tidak menyadari keberadaan saya" ucap Gio santai.
Sofia melangkah mendekati Gio. Bahkan jarak mereka hanya sepuluh sentimeter saja. Antara ruang tamu dan teras rumah yang dibatasi oleh pintu rumah.
Sofia mengangkat HP-nya dan menunjukkan layar HP kepada Gio. Gio melihat apa yang ditunjukkan Sofia kepadanya.
"Seorang model bernama Karina ternyata terlibat dalam prostitusi online. Dan dia adalah wanita simpanan seorang anggota dewan" ujar Gio membaca sebuah artikel yang diperlihatkan Sofia.
Sofia mengerutkan keningnya hingga alisnya menyatu lalu berkata, "Ini pasti perbuatan kamu kan?" tuduh Sofia.
"Bukannya nona yang menyuruh saya melakukan sesuatu terhadap Karina?" balas Gio.
Sofia menepuk jidatnya sambil mendengus kesal, "Tapi, gimana caranya kamu tahu kalau dia terlibat prostitusi? Karena selama ini tidak ada yang tahu kecuali aku dan Alin," tegas Sofia.
"Itu mudah. Bukankah sepandai-pandainya kita menyembunyikan bangkai, akan tercium juga baunya. Anda tidak perlu memikirkan bagaimana hal ini terjadi. Seharusnya anda senang, karena sekarang Karina sudah mendapat balasan atas apa yang dia perbuat kepada anda" ujar Gio.
Sofia melipat kedua tangannya di depan dada lalu berkata, "Ternyata kamu arogan juga ya? Apa CEO perusahaan Herm's Group juga begitu?" timpal Sofia dengan tatapan penuh selidik.
Gio langsung terdiam saat Sofia menyinggung soal CEO. Awalnya Gio sudah mengetahui semua tentang Karina. Dia hanya menunggu waktu yang tepat hingga dia bisa menghancurkan model wanita itu.
"Ke mana anda akan pergi hari ini, Nona?" tanya Gio mengalihkan pembicaraan.
"Antar aku ke kantor DC Models" ujar Sofia melangkah melewati Gio dan menuju mobil.
"Baik" sahut Gio mengikuti langkah Sofia.
Seperti biasa, Gio akan membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Sofia masuk mobil terlebih dahulu. Sebelum akhirnya mereka kedua meninggalkan kediaman Sofia.
Di sepanjang perjalanan, Sofia terus fokus dengan HP-nya. Hampir semua artikel yang memberitakan Karina, dia baca. Dia tak habis pikir ternyata skandal yang dilakukan Karina cukup banyak.
"Bagaimana keadaan Karina ya?" celetuk Sofia tiba-tiba.
"Kenapa anda tiba-tiba menanyakan keadaan Karina?" tanya Gio.
"Ya aku masih ada rasa peduli dengan dia. Aku harap dia tidak nekat berniat melakukan bunuh diri karena semua skandalnya sudah mencuak ke media" kata Sofia.
"Sepertinya belum ada niat, tapi mungkin dia sekilas sedang memikirkan untuk melakukan bunuh diri" sela Gio.
"Tidak lucu, Danar" seru Sofia dengan nada terdengar kesal dengan jawaban sarkas dari Gio namun dengan tampang yang super datar.