NovelToon NovelToon
Rojali Dan Ratih

Rojali Dan Ratih

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Ilmu Kanuragan
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

"kamu pembawa sial tidak pantas menikah dengan anakku" ucap Romlah
"aku sudah mempersiapkan pernikahan ini selama 5 tahun, Bagaimana dengan kluargaku" jawab Ratih
"tenang saja Ratih aku sudah mempersiapkan jodohmu" ucap Narti
dan kemudian munculah seorang pria berambut gondrong seperti orang gila
"diakan orang gila yang suka aku kasih makan, masa aku harus menikah dengan dia" jawab Ratih kesal
dan tanpa Ratih tahu kalau Rojali adalah pendekar no 1 di gunung Galunggung

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RR 8

Asap putih perlahan menghilang, menyisakan sosok pendek misterius berdiri di tengah halaman. Tubuhnya kecil, kurus, kulitnya pucat seperti belum pernah kena matahari. Ia tidak memakai baju, hanya celana pendek lusuh. Matanya kosong dan wajahnya kaku seperti boneka tua yang hidup kembali.

“Ada apa kau memanggilku?” suara makhluk itu serak dan dalam, menciptakan hawa dingin yang menyusup ke sela-sela tulang.

Ratih langsung ketakutan dan memegang erat tangan Rojali dari belakang. “Bang… kok ada tuyul pagi-pagi begini?” bisiknya dengan wajah pucat.

Rojali melirik makhluk itu, lalu menoleh ke Ratih sambil tersenyum tipis. “Dia bukan tuyul… dia bintang iklan Pampers.”

Ratih menahan tawa, tapi tak sanggup menyembunyikan geli yang bercampur takut. Ia bersembunyi di balik tubuh Rojali, hanya mengintip sedikit dari balik punggung suaminya.

“Ini... makhluk yang selama ini menentukan nasibku?” batin Ratih penuh waswas, tubuhnya bergetar.

Makhluk yang disebut Guru Agung itu menatap mereka lekat-lekat. “Ada apa memanggilku?” ulangnya, suara seraknya memantul di dinding rumah seperti gema dari kuburan tua.

Sinta maju beberapa langkah. “Ibuku… tiba-tiba lumpuh. Apakah Guru bisa menyembuhkannya?”

Makhluk itu tersenyum aneh. “Tentu saja. Itu hal mudah bagiku.”

“Kalau begitu, tolong sembuhkan ibuku,” pinta Sinta cepat.

“Enak saja. Semua ada bayarannya,” sahut Guru Agung, menatapnya tajam.

“Aku... aku pasti membayarnya,” timpal Narti dengan semangat. Wajahnya penuh harap.

“Tapi aku sedang tidak ingin uang... atau kemenyan,” katanya pelan, namun membuat jantung semua orang berdegup cepat.

“Lalu... apa yang kau inginkan?” tanya Narti cemas.

Guru Agung menunjuk dengan jarinya yang kecil ke arah Ratih. “Aku ingin dia.”

Semua terdiam. Ratih gemetar hebat, wajahnya pucat pasi. Sosok kecil itu menatapnya seperti hewan lapar yang menemukan mangsa.

“Ambil saja kalau kamu mau, asal aku sembuh!” teriak Narti tanpa pikir panjang.

“Ibu!” Ratih menatap dengan mata berkaca-kaca. “Ibu tega...?”

“Diam kamu! Guru Agung memilihmu itu artinya kamu beruntung!” bentak Narti kasar.

Rojali maju satu langkah, wajahnya berubah dingin. “Dia istriku. Hanya aku yang berhak atasnya.”

Guru Agung menatapnya tajam. “Siapa kamu, ha? Gembel tak tahu diri! Berani-beraninya bicara padaku seperti itu! Aku bisa menghancurkan kepalamu sekarang juga!”

Rojali tetap tenang. “Jangan banyak omong. Mari kita bertaruh.”

“Berani-beraninya kamu menantangku!” suara Guru Agung meninggi, tubuh kecilnya tampak bergetar marah. “Di desa ini, tak ada yang berani menyinggungku!”

“Aku meramalkan kau tidak akan bisa menyembuhkan ibu mertuaku,” ucap Rojali tajam.

“Lumpuh begini? Huh, bahkan aku bisa membangkitkan orang sekarat!” bentaknya sombong.

“Kalau begitu, kalau ramalanku benar, kau harus menggonggong seratus kali di depan kami semua.”

“Awas mulutmu, gembel sialan!” Narti marah besar. “Itu Guru Agung, jangan seenaknya bicara!”

“Sudahlah, Bu. Kita buktikan saja. Lihat siapa yang benar,” ucap Rojali enteng, seolah ini cuma permainan.

Guru Agung mendekat ke arah Narti. “Kalau ramalanmu salah, kau jadi budakku seumur hidup!” balasnya, suaranya menggema seperti sumpah dari neraka.

Ratih menggenggam tangan Rojali erat. “Bang... mending jangan. Dia sakti. Aku takut kehilanganmu.”

Rojali menoleh, mengusap kepala Ratih. “Tenang, sayang. Pertunjukan baru saja dimulai.”

Sinta yang berdiri di dekat mereka tiba-tiba merasa kesal. Entah kenapa, melihat Ratih yang memegang tangan Rojali membuat hatinya panas.

Guru Agung mendekat. Ia jongkok di depan Narti, lalu mulai mengusap kaki wanita itu dari telapak hingga lutut. Tangannya kecil, tapi gerakannya pasti.

“Hmmm… tidak ada urat yang salah. Tidak ada kelainan,” gumamnya pelan.

Ia mulai membaca mantra dalam bahasa aneh, suaranya seperti bisikan angin kuburan.

Kemudian… “Plak!”

Tangannya menepuk lutut Narti keras. “Sembuh!” teriaknya lantang.

“Lihat, gembel! Saksikan kesaktianku!”

Ratih menahan napas. Perasaannya tidak tenang. Walau baru sehari mengenal Rojali, ia tahu… pria itu membawa harapan. Dan ia tak ingin kehilangan harapan itu.

“Berdirilah,” ucap Guru Agung penuh keyakinan.

Narti tersenyum lega, lalu perlahan-lahan mencoba bangkit.

Namun baru saja tubuhnya terangkat sedikit, “Brukk!” ia terjatuh lagi ke lantai.

“Aaakh!” jeritnya panik.

Sinta bergegas memapah. “Bu! Hati-hati!”

“A... apa yang terjadi?” Narti mencoba berdiri lagi. Tapi lututnya lemas. Tidak bisa menopang tubuh.

Guru Agung melongo. “Tunggu... ini tak mungkin...”

Rojali menyilangkan tangan, senyumnya muncul kembali. “Bagaimana? Ramalanku benar, kan?”

“Kau... kau pasti mengutukku!” teriak Guru Agung, bingung.

"Kalau aku bisa mengutuk kamu, berarti aku lebih sakti dari kamu. Dan ramalan kamu mengenai kesialan istriku itu hanya omong kosong, bukan?" ucap Rojali sambil menatap tajam, suaranya penuh Dengan ejekan semut seperti guru agung berani menghina pendekar tingkat Karuhun pendekar nomor satu dari Galunggung.

"Apa yang aku ramalkan adalah rahasia langit. Aku tidak sembarang meramal," jawab guru agung dengan nada berat, matanya menyipit menatap Rojali. Napasnya mulai memburu, diam-diam rasa takut melanda baru kali ini dia gagal dalam mengelabui orang.

"Sudahlah, kamu hanya pecundang!" bentak Rojali sambil menunjuk. "Kalian saksikan sendiri, ramalanku selalu benar! Aku meramalkan Ratih akan bahagia denganku! Dan hidup kalian akan bahagia jika mengikuti Ratih! Ini adalah ramalanku!" katanya lantang, suaranya mengguncang ruangan.

"Ini pasti trik kamu, kan?" tanya guru agung mencurigai, suaranya penuh amarah.

"Kalau ini trik aku, berarti kamu kalah cerdas dariku! Sekarang cepat mengonggong seratus kali!" teriak Rojali, berdiri tegak penuh tantangan.

"Aku tidak mau! Aku Guru Agung, tidak layak merendahkan diriku di depan gembel seperti kamu!" ucap guru agung, nadanya meledak-ledak.

"Guru Agung? Sekarang aku akan juluki kamu tuyul sialan," ucap Rojali penuh hinaan, matanya menyala.

"Dasar! Awas kamu!" bentak guru agung.

Dia melesat ke arah Rojali—cepat, nyaris tak terlihat.

"Pendekar Daun Tapak aja belagu," gumam Rojali sambil menahan tawa dan menggeleng pelan. Bagi orang biasa, mungkin sosok itu luar biasa. Tapi bagi Rojali, tidak lebih dari badut berbaju jubah.

Dengan gerakan santai, Rojali mengangkat satu tangannya. Seketika, tubuh guru agung terpental jauh ke belakang, menghantam pohon dengan keras. Cahaya tak kasat mata seperti kilatan angin tajam menembus titik-titik otot vital sang guru agung. Tubuhnya menegang. Ia terjatuh, tapi tidak bisa bergerak sama sekali.

"A-Apa... kenapa aku ga bisa bergerak!" desis guru agung ketakutan, matanya membelalak, napasnya memburu, kedua tangannya bergetar mencoba melawan.

Rojali mendekat perlahan, tatapannya tajam penuh ejekan. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyum sinis.

"Heran," ucapnya dingin sambil melirik ke bawah, lalu membalikkan badan seolah sudah bosan, "orang seperti ini bisa-bisanya disebut guru agung..."

Ia mengangkat bahu, menepuk celananya perlahan, seperti baru saja menyingkirkan seekor serangga.

"Cepat lepaskan aku!" bentak guru agung kesal, matanya melotot, tubuhnya masih kaku tak berdaya.

Rojali berbalik pelan, lalu menatapnya tajam. "Bilang dulu, 'aku adalah anjing bodoh', baru aku lepaskan."

"Wan... jangan keterlaluan kamu! Aku kutuk istrimu jadi pelacur!" teriak guru agung penuh amarah dan dendam.

Sekejap hawa di sekeliling berubah dingin. Daun-daun bergetar seperti diterpa angin dari alam lain. Sorot mata Rojali berubah. Amarahnya meledak. Baginya, tidak ada yang boleh menghina Ratih—istrinya, kehormatannya.

Tanpa sepatah kata, Rojali berjalan cepat ke arah guru agung. Ia menginjak tangan guru agung dengan kekuatan penuh.

"Krekk!"

Suara tulang retak memecah udara.

"Aaaarghhh!" jerit guru agung menahan sakit, wajahnya memucat.

"Jangan pernah hina istriku... kamu cuma semut," desis Rojali dengan suara datar namun menusuk seperti belati es.

"Ya... ya ampun... ampun..." ucap guru agung ketakutan, tubuhnya menggeliat tak karuan.

"Bang... tolong... kasihanin dia, Bang..." ucap Ratih lirih dari kejauhan, menatap dengan wajah cemas dan air mata tertahan.

Rojali menghela napas panjang. Emosinya masih bergemuruh, tapi suara istrinya menyentuh sisi lembutnya. Dengan satu hentakan kaki, ia menendang guru agung hingga tubuhnya terpelanting jauh dan menghantam batang pohon.

"Untung saja istriku masih punya hati untuk memaafkan," gumam Rojali dingin, memalingkan wajah.

Guru agung tergeletak lemah. Tubuhnya remuk redam, tapi entah bagaimana, dengan tubuh gemetar, ia mampu berdiri tertatih. Saat mata mereka kembali bertemu, sorot tajam Rojali membuat jantungnya mencelos.

Tanpa pikir panjang, guru agung langsung berlari terbirit-birit meninggalkan tempat itu.

Rojali menatap ke arah Sinta dan yang lainnya.

"Lihat sendiri... bahkan kalian lebih percaya pada omongan pecundang daripada anak sendiri," ucapnya tajam, matanya menyapu mereka satu per satu.

1
Purnama Pasedu
kerenkan ratih
saljutantaloe
lagi up nya thor
Ninik
kupikir lsg double up gitu biar gregetnya emosinya lsg dapet
Ibrahim Efendi
lanjutkan!!! 😍😍😍
Ranti Calvin
👍
Purnama Pasedu
salah itu
Purnama Pasedu
sok si kamu sardi
Ibrahim Efendi
makin seru!! 😍😍
Purnama Pasedu
pada pamer,tapi jelek
Purnama Pasedu
nah loh
Ninik
edaaannn....kehidupan macam apa ini
saljutantaloe
nah loh pusing si Narti jdinya
ditagih hutang siapin Paramex lah hehe
saljutantaloe
nah gtu dong ratih lawan jgn diem aja skrg kan udh ada bg jali yg sllu siap membela mu
up lg thor masih kurang ini
Purnama Pasedu
telak menghantam hati
Purnama Pasedu
jurus apa lagi rojali
Purnama Pasedu
tapi kosong ucapannya
Purnama Pasedu
kayak pendekar ya
saljutantaloe
widih bg jali sakti bener dah
bg jali bg jali orangnya bikin happy
Sri Rahayu
mantap thor..
sehat selalu
saljutantaloe
seru thor ceritanya up banyak" thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!