Bagai mimpi buruk yang nyata. Anna, seorang gadis cantik yang baru menginjak umur 20 tahun itu di ketahui hamil di luar nikah.
Gayanya yang anggun dan polos membuat semua orang tidak menduga ketika Anna diketahui sedang berbadan dua.
Semua orang tidak tahu siapa ayah dari anak dikandungan Anna. Namun sebuah sapu tangan yang di temukan di kamar Anna membuat semua orang percaya bahwa pelaku yang telah menghamili Anna adalah Andreas, majikannya sendiri.
Andreas pun dipaksa menikahi pembantunya sendiri, sementara dia masih memiliki istri yang sangat dia cintai.
Akankah pernikahan Andreas dan Anna akan bertahan lama? Lantas, bagaimana dengan Rayana, istri pertamanya?
follow Instagram: @rafizqi0202
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rafizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
...🍀🍀🍀...
Tidak lama setelah Abi keluar dari ruangan. Rayana nampak sudah masuk ke dalam mobil dan mulai melajukan Mobilnya meninggalkan tempat.
Sementara, Abi baru sampai di parkiran mobil, terlihat mempercepat langkahnya setelah melihat mobil Rayana.
"Rayana! Rayana! Tunggu!" Teriaknya dengan suara yang menggema. Namun teriakan itu tidak berhasil menyadarkan Rayana yang sedang Fokus menyetir.
"Ahhh sial!" Abi menghentikan langkahnya yang berlari setelah mobil Rayana berhasil pergi. Dia terlihat mendecah sambil membanting tangannya kedepan dengan wajah yang kesal.
"Aku harus mengikutinya!" Tak ingin kehilangan kesempatan, Abi pun pergi menuju mobil miliknya dan segera mengejar Rayana.
Sementara itu. Ditempat lain, Dokter Wira nampak menatap kepergian Abi yang tergesa-gesa dengan kening yang mengkerut.
"Kemana dia?" Gumam Dokter Wira heran.
Tidak biasanya seorang Abi akan pergi dengan keadaan seperti itu. Namun, dia tidak begitu peduli, dia pun melangkah pergi untuk memeriksa pasien di ruang rawat.
Ditengah Dokter Wira ingin memasuki sebuah kamar pasiennya, sebuah dering handphone menghentikan langkahnya.
Dokter Wira pun mengurungkan langkahnya untuk masuk dan mengangkat telepon itu terlebih dahulu sebelum memeriksa pasien.
Setelah melihat siapa yang menelponnya, Dokter Wira nampak sangat antusias mengangkatnya.
"Hallo tuan!"
"Apa kamu sudah menemukan Anna?" Tanya Wira segera dengan nada penuh harap akan mendapatkan kabar baik dari orang suruhannya.
"Sudah tuan. Kami sudah melacak keberadaan Nona Anna. Dia ada di Desa Xx bersama pembantu dan anaknya." Jelas seseorang dari balik telepon yang membuat senyum Dokter Wira langsung merekah sempurna.
"Syukurlah. Apa dia baik-baik saja?" Tanya Dokter Wira lagi. Dia sangat senang, hingga tidak menghiraukan lagi tatapan semua orang dan perawatan yang menemaninya untuk memeriksa pasien.
"Nona Anna baik-baik saja tuan. Tuan jangan khawatir!" Ujarnya yang begitu mengerti bahwa Wira saat ini begitu mengkhawatirkan Anna.
"Baiklah. Saya akan segera menemui mu. Kita pergi sekarang!" Jawab Wira. Lalu dia pun mematikan teleponnya untuk mengakhiri pembicaraan.
Setelah selesai menelpon, Wira menoleh kepada asisten perawatnya, "Suster, hari ini tolong periksa semua pasien dan kirim laporannya ke Email saya. Saya ada urusan mendadak, jadi saya harus pergi!"
"Baik Dok!" Jawab Perawat itu.
Wira pun tidak menunda waktu dan pergi dari rumah sakit untuk menemui orang kepercayaannya yang dia tugaskan untuk mencari keberadaan Anna.
Setelah mendengar kabar kehilangan Anna di surat kabar, Wira langsung memerintahkan orang kepercayaannya untuk melacak keberadaan Anna. Sejak awal dia sudah curiga sejak Anna datang kerumahnya dan berpamitan kepadanya. Wira pun sangat siaga dan memerintahkan seseorang untuk selalu mengawasi keadaan rumah Andreas.
Setelah kepergian Dokter Wira. Andreas dan mama Sinta pun datang. Lelaki tampan dengan setelan kemeja putih yang di padu dengan celana hitam dan sepatu pantofel itu pun nampak menjadi pusat perhatian semua orang. Andreas memang memiliki wajah yang sangat tampan. Bahkan bisa di katakan nyaris sempurna seperti seorang pangeran.
Karakter tuan muda yang melekat pada dirinya, membuat semua orang bisa menebak bahwa seorang pemuda yang sedang berjalan berdampingan bersama wanita paruh baya tersebut adalah seseorang yang sangat kaya. Maka tak jarang, wanita mana pun akan mudah terpikat oleh pesona Andreas.
"Sus. Dimana ruang rawat pasien bernama Inah Astuty." Tanya Andreas setelah sampai di meja informasi.
"Di lantai 3 dengan kamar nomor 129!" Jawab perawat itu sambil menatap kagum wajah pemuda yang ada di depannya.
"Seandainya saja suamiku suatu saat seperti dia." Gumam perawat itu di dalam hatinya penuh harap.
Dia langsung terpesona setelah melihat Andreas, namun harus tetap bekerja dengan profesional.
Andreas dan ibunya pun segera menuju ruang rawat yang diberitahu oleh perawat tersebut.
"Bik. Bibik gak apa-apa? Kenapa sampai begini?" Tanya Mama Sinta setelah berhasil menemui ruangan rawat Bik Inah.
"Maaf membuat Nyonya khawatir. Bibik kurang hati-hati saat menyebrang, jadinya di tabrak oleh mobil!" Jawab Bik Inah.
"Terus siapa yang nabrak? Apa dia sudah tanggung jawab?" Tanya Andreas.
Bik Inah menoleh kesisi Andreas, "Sudah tuan. Sebenarnya, nona Rayana yang menabrak. Dia sepertinya juga tidak sengaja. Dia juga yang membawa bibik kerumah sakit dan membiayai semua biaya berobatnya" jelas Bik Inah.
"Lalu dimana dia sekarang?" Tanya Mama Sinta.
"Dia pergi Nyonya. Tapi sebelum itu dia meminta alamat rumah Anna di kampung." Jawab Bik Inah.
Andreas dan Mama Sinta saling melempar tatapan terkejut, "Bibik memberikan alamatnya? Lalu kenapa bibik tidak bilang kalau bibik tau alamat rumah Anna?" Tanya Andreas yang merasa khawatir, cemas, dan senang yang bercampur menjadi satu. Membuatnya begitu bersemangat.
"Saya memberikan alamat itu. Katanya dia akan memberitahu nyonya karena nyonya sangat khawatir."
"Berikan alamat nya segera!" Perintah Andreas.
Bik Inah pun segera menuliskan alamat lengkap rumah Anna, dan memberikannya kepada Andreas.
"Tuan. Maaf, Alasan kenapa saya tidak memberikan informasi alamat Anna, sebab, saya pikir tuan tidak akan mencari Anna. Maaf tuan, bukankah tuan tidak peduli kepada Anna? Jadi saya pikir tau atau tidaknya itu tidak akan berpengaruh kepada tuan!" Jawab Bik Inah dengan sangat ragu.
Andreas tidak menjawabnya. Dia hanya menampilkan wajah dingin dengan tatapan tajamnya, lalu tidak lama, langkahnya pergi begitu saja dari sana tanpa mengatakan apapun.
.
.
.
Bersambung.
Jangan lupa untuk memberikan like dan komen ya ☺️