NovelToon NovelToon
Naik Ranjang

Naik Ranjang

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Tamat
Popularitas:8.5M
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

ADRIAN PRATAMA. Itu nama guru di sekolah gue yang paling gue benci. Karena apa? Karena dia udah membuka aib yang hampir tiga tahun ini gue tutup mati-matian.

“Dewi Mantili. Mulai sekarang kamu saya panggil Tili.”

Nyebelin banget kan tuh orang😠 Aaarrrrggghhh.. Rasanya pengen gue sumpel mulutnya pake popok bekas. Dan yang lebih nyebelin lagi, ternyata sekarang dia dosen di kampus gue😭

ADITYA BRAMASTA. Cowok ganteng, tetangga depan rumah gue yang bikin gue klepek-klepek lewat wajah ganteng plus suara merdunya.

“Wi.. kita nikah yuk.”

Akhirnya kebahagiaan mampir juga di kehidupan gue. Tapi lagi-lagi gue mendapati kenyataan yang membagongkan. Ternyata guru plus dosen nyebelin itu calon kakak ipar gue😱

Gue mesti gimana gaaeeesss???

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aditya's Style

Studio music One Feel milik salah seorang teman Adrian sudah didatangi oleh Anto, Deski, Mufid dan Roxas. Adrian yang baru datang segera melangkahkan kakinya menapaki anak tangga yang membawanya ke lantai dua, tempat di mana studio latihan berada. Pria itu membuka pintu yang dilapisi peredam suara.

“Sudah kumpul semua?” tanya Adrian.

“Tinggal Dewi, pak.”

“Dewi belum datang? Memangnya ngga bareng sama kamu?” Adrian melihat pada Roxas.

“Ngga, pak. Dia nyuruh duluan. Dewi masih bantuin ibunya nganter pesanan.”

“Oh..”

Hanya itu saja jawaban yang keluar dari mulut Adrian. Tangan pria itu merogoh saku celananya, saat merasakan ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Aditya masuk. Adiknya itu mengabarkan kalau sudah berada di depan studio. Adrian bergegas keluar untuk menemui Aditya.

Sesampainya di lantai bawah, nampak Aditya sudah datang dengan kedua temannya, yang juga personil bandnya. Rangga dan Rivan menyalami Adrian bergantian. Jika Rivan, Adrian sudah mengenalnya, namun Rangga baru pertama kali bertemu.

“Ini Rangga, personil baru, bang.”

“Berarti kamu udah punya bassis?”

“Belum, bang. Rangga megang gitar. Dia jadi lead gitar,” jelas Aditya dan Adrian hanya manggut-manggut saja.

“Ayo ke atas. Anak-anak udah pada ngumpul.”

Adrian mengajak Aditya dan kedua temannya naik ke lantai dua. Dia membuka pintu yang ada di samping studio. Keempat pria itu masuk ke ruangan yang terdapat peralatan untuk merekam. Di sana terdapat kaca besar yang memungkinkan mereka melihat keadaan dalam studio.

“Orang yang abang rekomendasiin yang mana?” tanya Aditya sambil matanya menatap satu per satu empat pemuda dari balik kaca.

“Yang bule. Namanya Roxas, dia pemain bass nya.”

“Wah cocok tuh kalo dia jadi bassisnya. Secara mukanya udah menunjang,” timpal Rivan seraya terkekeh.

Band mereka yang diberi nama The Soul digawangi oleh Aditya dan Rivan dan Anto sudah berdiri sejak dua tahun lalu. Mereka sering mendapat tawaran manggung di berbagai tempat. Namun tiga bulan terakhir mereka tak menerima tawaran manggung karena salah satu personilnya, Anto, pindah ke Surabaya.

Baru dua minggu lalu mereka merekrut personil baru sebagai lead gitar, hanya tinggal mencari satu personil lagi sebagai bassis. Personil The Soul memang memiliki wajah yang enak dipandang, terutama Aditya, pemuda berlesung pipi yang selalu sukses memincut perhatian penonton wanita.

“Nanti coba tes aja. Siapa tahu cocok dengan kalian. Sama tolong bimbing mereka ya. Soalnya mereka baru kali ini main bareng.”

“Itu semua anak wali abang?” tanya Aditya.

“Ngga semua. Mereka itu gabungan anak IPS dari empat kelas.”

“Vocalisnya yang mana?” tanya Rivan.

“Vocalisnya belum datang. Perempuan vocalisnya.”

“Wah kerenlah kalo vocalisnya cewek. Bisa tuh suruh bawain lagu Evanessence, Kotak atau Geisha,” timpal Rangga.

“Ayo abang kenalin. Tapi ingat ya, jangan bilang kalau kamu adeknya abang,” Adrian melihat pada Aditya.

“Sip, bang,” Aditya mengangkat ibu jarinya.

Adrian lebih dulu keluar kemudian masuk ke dalam studio. Tak lama Aditya, Rivan dan Rangga menyusul. Adrian langsung memperkenalkan personil The Soul pada personil band dadakan.

“Mereka ini yang bakal membantu kalian latihan. Waktu kalian dua jam, gunakan sebaik mungkin.”

“Siap, pak.”

“Saya tinggal dulu, ya.”

“Ok, bang.”

Setelah menitipkan anak didiknya pada Aditya dan kedua temannya, Adrian segera keluar dari studio. Hari ini dia harus bertemu dengan seseorang yang memberinya proyek pekerjaan. Di luar studio dia berpapasan dengan Dewi yang baru saja turun dari ojeg online.

“Akhirnya datang juga. Teman kamu sudah pada nunggu.”

“Iya, pak. Maaf.”

“Latihan yang benar, jangan bikin malu kelas IPS. Sekiranya kamu ngga bisa nyanyi, cepat cari vocalis pengganti.”

“Bapak masih belum percaya saya bisa nyanyi?” kesal Dewi.

“Saya udah bilang kalau percaya sama kamu musyrik jadinya.”

“Perlu saya buktiin sekarang?” tantang Dewi yang kadung kesal karena Adrian terus saja meragukan kemampuan bernyanyinya.

“Ngga usah. Saya mau ada meeting penting. Nanti kalau telinga saya infeksi gara-gara dengar suara kamu, bahaya.”

Jawab Adrian sekenanya sambil mengenakan helm. Wajah Dewi memerah mendengar ucapan wali kelasnya itu. Andai saja bisa, ingin dia mengucapkan sumpah serapah pada pria menyebalkan itu. Tanpa menoleh pada anak muridnya lagi, Adrian segera menjalankan kendaraannya. Dengan kesal Dewi melangkahkan kaki memasuki bangunan di depannya.

“Rencananya kalian mau bawain lagu apa nih?” tanya Aditya pada personil band dadakan.

“Kita sih pengennya bawain lagu dengan genre beda. Ada pop, dangdut reggae, Sunda sama R&B atau pop rock gitu deh,” cetus Roxas.

“BTW nama band-nya apaan?” tanya Rivan.

“Belum ada nama juga sih,” sahut Anto.

“Gimana kalau Sudden Band, sudden kan mendadak, jadi band dadakan kalo diartiin,” seru Mufid.

“Sok Inggris. Enggeus wes Ngadadak Band, leuwih alus (Udah aja, mendadak band, lebih bagus),” cetus Roxas.

Sontak Aditya, Rivan dan Rangga tertawa mendengarnya. Bukan karena mendengar nama band yang diusulkan oleh Roxas. Namun mereka tertawa karena mendengar logat Sunda yang begitu kental dari mulut pemuda berwajah blasteran.

“Buset nyunda bener. Beda banget ama mukanya,” timpal Rivan sambil terbahak.

“Lah dia mah bule KW. Muka doang bule, ngomong Inggris kaga bisa,” jawab Anto yang kembali mengundang gelak tawa.

Tiba-tiba pintu studio terbuka, dari baliknya muncul Dewi. Aditya langsung menolehkan kepalanya ke arah pintu. Matanya membulat melihat gadis yang selalu mampir dalam ingatannya masuk ke dalam studio. Begitu pula dengan Dewi yang terkejut melihat keberadaan Aditya.

“Beuh dari mana aja, lo, baru dateng,” sembur Deski.

“Sorry… tadi bantuin nyokap dulu.”

“Bro.. kenalin, ini Dewi, vocalis kita,” Roxas memperkenalkan Dewi pada personil The Soul.

Satu per satu Dewi menyalami personil The Soul seraya menyebutkan namanya. Terakhir gadis itu bersalaman dengan Aditya. Genggaman tangan mereka tidak terlepas, karena Aditya sengaja menahannya lebih lama.

“Ketemu lagi kita. Kayanya beneran jodoh ya,” Aditya mengedipkan sebelah matanya.

“Mungkin,” jawab Dewi malu-malu.

“Ehem!! Pandang-pandangannya tunda dulu. Mending cepet latihan aja.”

Suara Rivan segera memutus tautan tangan Aditya dan Dewi. Pria itu mempersilahkan Dewi berunding dengan teman-temannya untuk membawakan lagu pertamanya. Aditya, Rivan dan Rangga segera mencari posisi enak untuk melihat pertunjukkan pertama Ngadadak Band.

Mata Aditya tak henti memandangi Dewi yang tengah menyanyikan lagu Haruskah Aku Mati dalam versi dangdut reggae. Dirinya tak menyangka, gadis cantik yang sukses menarik perhatiannya sejak pertama bertemu ternyata memiliki suara yang merdu. Ingin rasanya berduet dengannya.

Beberapa kali terdengar Aditya, Rivan dan Rangga memberi arahan pada Roxas dan yang lainnya agar bermain lebih apik lagi. Kekompakan mereka menyatukan alur musik masih memerlukan beberapa koreksi. Setelah memainkan beberapa lagu, akhirnya mereka menghentikan latihannya.

“Ok, untuk sekarang cukup sampai sini dulu. Minggu depan gue harap sih kalian udah mulai bisa kompak. Tapi untuk yang baru pertama main bareng, segini udah okelah,” ujar Aditya.

“Jadi hari ini cukup ya? Gue soalnya masih ada perlu,” seru Deski.

“Iya.”

Mufid, Anto dan Deski segera berpamitan dan keluar dari studio. Sedang untuk Roxas, Aditya memang sengaja memintanya untuk tinggal. Mereka ingin berlatih bersama Roxas sembari menjajal kemampuan pemuda bule itu bermain bass. Dewi yang juga diminta Aditya tetap tinggal tentu saja menyetujuinya dengan senang hati.

Rivan segera duduk di belakang drum. Beberapa kali pemuda itu menggebukkan stik pada simbal, hi-hat, tom tom juga bass dan snare drum bergantian, tak lupa kakinya menekan single atau double pedal hingga memperdengarkan alunan instrument drum yang ciamik. Kemudian disusul dengan Rangga yang memperlihatkan kemampuannya bermain melodi dengan gitarnya. Roxas pun mulai berusaha mengimbangi permainan Rangga dengan bass.

Aditya mengalungkan gitar ke bahunya kemudian mengatur stand mic yang ada di depannya. Dia berdiskusi sebentar dengan kedua temannya akan lagu yang akan dibawakan.

“Lo tau lagunya ngga?” tanya Aditya pada Roxas.

“Tau, tapi ngga bisa nyanyinya.”

Aditya terkekeh mendengarnya. Dia kembali ke depan stand mic, kemudian memberi aba-aba pada yang lainnya. Sambil memainkan gitarnya pelan, Aditya mulai menyanyikan lagu berjudul welcome to my life milik simple plan. Setelah menyanyikan bait pertama, suara musik mulai mengiringi bait berikutnya.

Jika tadi Aditya yang dibuat takjub dengan suara Dewi. Kini giliran gadis itu yang terpana dengan suara merdu Aditya. Wajah pria itu terlihat lebih tampan saat tengah bernyanyi sambil memainkan gitarnya. Dia berangan bisa bernyanyi bersama dengan pemuda tampan itu.

Selesai menyanyikan satu lagu, mereka kembali menyanyikan lagu berikutnya. Aditya dan yang lainnya cukup kagum dengan wawasan musik Roxas. Sepertinya kesukaan pemuda itu memang sealiran dengan mereka semua. Dengan cepat pula bule kere itu bisa masuk dan menyeimbangi permainan musik Aditya dan kawan-kawan.

“Next boleh dong kalau duet sama kamu,” ujar Aditya seraya melihat pada Dewi.

“Nah boleh tuh. Kan Dewi suaranya bagus. Pasti kalian cocok,” timpal Roxas.

Dewi segera mendekati Aditya dan mengambil mic yang disodorkan padanya. Dia cukup terkejut saat Aditya membisikkan lagu yang ingin dinyanyikan secara duet, namun tak ayal kepalanya mengangguk. Setelah memberi tahu Dewi, Aditya mengatakan pada yang lainnya. Roxas juga sempat terkejut dan melihat pada sahabatnya. Nampak Dewi menarik nafas panjang ketika irama musik mulai mengalun.

“Teringat masa kecilku, kau peluk dan kau manja. Indahnya saat itu, buatku melambung. Di sisimu terngiang, hangat nafas segar harum tubuhmu. Kau tuturkan segala, mimpi-mimpi serta harapanmu,” Aditya menyanyikan part-nya sambil memandangi wajah Dewi.

“Kau ingin ku menjadi, yang terbaik bagimu. Patuhi perintahmu, jauhkan godaan. Yang mungkin kulakukan, dalam waktu ku beranjak dewasa. Jangan sampai membuatku, terbelenggu, jatuh, dan terinjak,” Dewi melanjutkan bait berikutnya.

Sebisa mungkin Dewi menahan gejolak perasaannya saat menyanyikan sebuah lagu yang sarat akan kenangan sang ayah. Dulu dia sering menyanyikan lagu ini bersama saat berkendara dengan Herman. Melalui audio mobil, keduanya kerap bernyanyi duet. Sambil memainkan senar bass-nya, Roxas memandangi wajah sahabatnya yang matanya mulai digenangi air.

Sosok Aditya dalam pandangan Dewi berubah menjadi Herman, ayah tercintanya. Senyumnya mengembang membayangkan pria yang menjadi cinta pertamanya bernyanyi bersamanya. Air di pelupuk matanya semakin menggenang, namun sebisa mungkin gadis itu berusaha menyelesaikan nyanyiannya.

“Tuhan, tolonglah, sampaikan sejuta sayangku untuknya. Ku t'rus berjanji, takkan khianati pintanya. Ayah, dengarlah, betapa sesungguhnya ku mencintaimu. 'Kan kubuktikan, ku mampu penuhi maumu.”

Aditya terkejut ketika melihat buliran bening jatuh membasahi pipi Dewi saat mereka menyanyikan bait terakhir. Saat musik berhenti, Dewi dengan cepat memberikan mic di tangannya pada Aditya kemudian keluar dari studio.

“Dewi kenapa?” tanya Aditya bingung.

“Bapaknya Dewi baru meninggal dua minggu lalu. Dan tadi itu lagu kesukaan dia sama almarhum bapaknya.”

Seketika Aditya dihantam perasaan bersalah. Segera dia keluar studio untuk mencari keberadaan Dewi. Pemuda itu mengitari lantai dua, namun tak menemukan Dewi di sana. Kemudian dia menuruni anak tangga dengan cepat dan mendapati Dewi tengah terduduk diam di teras studio. Perlahan Aditya mendekati Dewi dan mendudukkan diri di sampingnya.

“De..”

“Eh iya. Sorry ya, aku tiba-tiba keluar.”

“Ngga apa-apa. Maaf ya, aku ngga tau kalau lagu tadi…”

“It’s okay. Tapi aku senang kok. Nyanyi duet sama kamu seperti aku lagi duet sama almarhum bapak.”

Suara Dewi terdengar tercekat. Airmata yang tadi sudah berhenti kembali merembes keluar. Aditya kembali dibuat bingung. Pemuda itu bangun dari duduknya lalu masuk ke dalam untuk mengambil tisu dan kembali duduk di sisi Dewi. Dia menyodorkan tisu pada gadis di sebelahnya.

“Aku turut berduka cita, ya. Sorry kalau aku ngingetin kamu sama almarhum bapak. Pasti bapakmu spesial banget ya, sampai kamu begitu sayangnya.”

“Bapak baik banget sama aku. Bapak ngga pernah marah. Kalau aku ngelakuin kesalahan, bapak hanya menegurku dengan kata-kata lembut. Bapak juga membebaskanku melakukan apapun asal tidak melanggar norma dan agama. Bapak ngga pernah marah kalau aku dapat nilai jelek. Bapak cuma minta aku belajar lebih giat lagi.”

Aditya terus mendengarkan semua yang dikatakan Dewi perihal ayahnya. Hatinya tersenyum miris, tanpa sadar dia membandingkan perlakuan ayah Dewi dengan ayah kandungnya. Sikap ayah Dewi dengan ayahnya ibarat langit dan bumi.

“Ditinggal orang yang kita sayang emang berat. Tapi mau ngga mau, siap ngga siap, kita harus mengikhlaskannya.”

“Apa aku masih belum ikhlas ya? Kadang tiap malam aku masih nangis kalau ingat bapak menjelang tidur.”

“Mengikhlaskan kepergian seseorang itu bukan berarti tanpa airmata. Kita adalah manusia yang memiliki emosi, wajar saja kalau teringat akan kenangan bersama orang yang telah meninggalkan kita akan merasa sedih, bahkan sampai menangis. Jadi menangislah kalau kamu mau menangis, tapi jangan sampai tangisanmu menghentikan kehidupanmu, menghapus keceriaan dan senyum dari wajahmu.”

Aditya mengusap airmata Dewi yang tersisa di pipi dengan jarinya. Jantung Dewi langsung berdegup tak karuan menerima perlakuan manis diiringi kata-kata yang seketika mampu menyejukkan hatinya dan meredakan kesedihannya.

“Sekali lagi, maaf ya. Udah buat kamu sedih dan menangis. Sekarang ijinkan aku membuatmu tersenyum dan tertawa.”

“Bagaimana?”

“Begini.”

Aditya menggerakkan bola matanya, hingga pupil matanya mendekati ujung secara bersamaan, atau dalam istilah sederhananya juling. Bersamaan dengan itu dia membuka mulutnya, menarik bibir bawah ke arah dalam dan memajukan gigi atasnya. Tak ayal Dewi langsung terpingkal melihatnya. Untuk beberapa saat Aditya tetap mempertahankan mimik anehnya sampai Dewi menepuk lengannya.

“Ya ampun hahahaha.. kok bisa sih.. aku paling ngga bisa juling kaya gitu, terus gigimu, ya ampun hahaha.. asli muka kamu jadi jelek banget hahaha…”

“Nah gitu dong, ketawa, senyum, aura kecantikan kamu jadi lebih terpancar.”

“Emang tadi auraku gimana?”

“Aur-auran hahaha…”

“Hahahaha.. bisa aja.”

Aditya ikut tertawa melihat gadis di depannya tertawa terpingkal. Hatinya tersenyum bahagia berhasil mengembalikan keceriaan Dewi.

“Kapan-kapan kita duet lagi, yuk. Suara kamu bagus loh. Nyanyi sama kamu berasa lagi duet sama Ariana Grande, Faouzia, Agnes Mo atau Adele.”

“Lebay.”

“Hahaha.. tapi emang suara kamu bagus. Aku jadi ketagihan dengarnya. Apalagi lihat wajah cantik plus senyum manis kamu, bikin ngga bisa tidur.”

BLUSH

Wajah Dewi merona mendengar rentetan pujian dari mulut Aditya. Gadis itu menundukkan kepalanya demi menyembunyikan semburat merah di pipinya. Tapi tak disangka Aditya malah ikutan menundukkan kepalanya demi bisa melihat wajah Dewi.

“Apaan sih..” Dewi mengibaskan lengannya di depan wajah Aditya yang terus melihat padanya.

“De.. kamu udah punya pacar belum?”

🌸🌸🌸

**Eaaa aa Adit gercep bener udah nanya pacar. Uhuy pepet terus bro💃💃💃

Yang takut Adrian patah hati... Tenang.. Belum waktunya🤣🤣🏃🏃🏃

Jadi gimana nih? Adrian apa Aditya?

Tim Adrian dan Aditya mana suaranya📣📣📣

Oh iya, yg baca Scandals, mulai awal bulan ini In Syaa Allah mamake up tiap hari jam 9 ya. So pantengin terus. Buat yang belum baca, cuss mampir, dijamin hareudang🏃🏃🏃**

1
Maulana ya_Rohman
bolqk balek baca kok ya madih aja ada bawang nya.... 😭...
kanebo nya masih gak thor.. aku mau 1 aja...😞
Maulana ya_Rohman
bolqk balek baca kok ya madih aja ada bawang nya.... 😭...
kanebo nya masih gak thor.. aku mau 1 aja...😞
Maulana ya_Rohman
nangkring comend lagi...
dari bab awal dak comed...
krn mengulang baca dan gak ada bosen nya yang ada malah bikin kangen😍😍
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝙖𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya. trmksh🙏
total 1 replies
Maulana ya_Rohman
mampir lgi yang ke skian kali nya thor...
lagu "bring me to life" teringat karya mu thor🙈
Herlambang Lutvi
kemana saja diriku sampai novel sebagus baru Akau baca,,ini cerita cinta segitiga yg paling natural dah kaya film ini mah
sherly
dr sekolah sampai dah punya anak eh anaknya pada ngumpul buat Genk... novelmu emang seruuu Thor tp kenapa kisah anak2 mereka ngk di NT?
sherly
tiba2 JD melowwww
sherly
baca novelmu tu buat bahagiaaa.... awalnya senyum2 eh ujung2nya ngakak...
sherly
hahahahha rejeki si Budi
sherly
tq Thor untuk novelmu yg rasanya tu kayak nano nano... baru baca satu novelmu kyaknya bakalan lanjut ke novel yg lain...
sherly
lengkap sudah kebahagian Adrian dan dewi
sherly
jadi pengen liburan jugaaaaa
sherly
kalo soal pede emang si Budi nih juaranya.... maju terus bud
sherly
hahahahahha nasib duo B si jomblo sekarat
sherly
hahahah muslihat preman pensiun
sherly
Doni dah dapat satu restu... semangkaaaa
sherly
Hahahhaa masih kurang tu.. sibudi buluk mesti di kasi 20 sks biar bisa cari cewek yg bener ke depannya...
sherly
hahahha Mila sampai sewa satpam buat jd pasangannya... emang teman si Dewi smuanya kelakuannya diluar prediksi BMKg...
sherly
aku kira lagu Ari lasso malaikat tak bersayap ternyata ciptaan othor TOP dah
sherly
mulai pasang spanduk, umbul2 don... hehehehhe
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!