Deandra Rashesa adalah gadis cantik, muda dan berbakat, yang masih duduk di kelas 11, di usianya yang masih 18 tahun, ia terpaksa harus melepas masa remajanya demi perjodohan yang tidak ia inginkan.
Rayvano Adiputra perkasa, CEO perusahaan ternama di kotanya adalah sosok yang dijodohkan dengan Shesa, berwajah ganteng, tajir melintir, dambaan banyak wanita tak lantas membuat Shesa menyukainya.
Sifat Vano yang arogan membuat Shesa sangat membencinya.
Karena Shesa masih ingin terus sekolah dan melanjutkan cita-citanya, ia menginginkan pernikahan itu dirahasikan.
Akankan Shesa sanggup melewati konflik-konflik dalam pernikahannya yang dirahasiakan?
MOHON BIJAK YA! NOVEL INI HANYA KARYA FIKSI DAN HANYA KEHALUAN AUTHOR SEMATA. JADI, KALAU TIDAK SESUAI DENGAN KEHIDUPAN NYATA, HARAP MENILAI DENGAN BIJAK ...🙏😊
HAPPY READING ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LichaLika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dibully
"Iya...gadis itu lebih baik dikeluarkan dari sekolah, daripada citra sekolah yang susah payah dibangun orangtuamu, akan tercoreng oleh kelakuan Shesa itu" seru Siska mencoba mempengaruhi Vano.
Vano hanya diam mendengar ucapan Siska, lantas ia hanya fokus mencari kemana lagi Shesa pergi, wanita itu terus berusaha mendekati dan mempengaruhi Vano.
"Kamu tahu apa yabg sudah aku lakukan tadi pada Shesa?" tukas Siska sembari menyentuh tangan Vano, Vano yang melihat itu lantas menarik tangannya segera.
Vano benar-benar tidak mempedulikan apa yang Siska ucapkan padanya, sampai akhirnya Vano terkejut dengan apa yang disampaikan Siska kali ini.
"Aku sudah permalukan dia dihadapan teman-temannya, gadis itu pantas mendapatkannya" kata Siska sembari memandang Vano yang mulai memperhatikan ucapannya.
"Mempermalukannya? Apa maksudmu?" jawab Vano penasaran.
"Prediketnya sebagai murid yang baik akan tercoreng, aku yakin dia akan dibenci oleh teman-temannya" seru Siska dengan sinis.
Vano merasa Shesa tidak akan baik-baik saja hari ini, lantas Vano segera meninggalkan aula meskipun acara belum selesai.
"Vano, kau mau kemana? Acaranya kan belum selesai" seru Siska sambil menahan tangannya. Namun Vano tidak memperdulikan Siska, Ia terus saja berlalu meninggalkan Aula dan mencari keberadaan istrinya.
*
*
*
Tampak dari jauh Shesa menyaksikan Vano dan Siska, lantas ia langsung pergi keluar aula, diluar ada beberapa teman Shesa yang telah mengetahui bahwa Shesa punya tanda cinta di tubuhnya.
"*Eh...lihat deh nggak tahu malu banget ya, aku kira dia gadis baik-baik, nyatanya doyan laki juga*" umpat seorang temannya.
"Untung aja bu Siska mengetahuinya, kalau nggak kita bakal anggap dia tuh suci banget, hiii" sambung teman lain.
"*Dihhhh...sumpah ya nggak nyangka banget*" imbuh lainnya.
Shesa hanya terdiam dan menangis, ia bingung harus berbuat apa, teman-temannya itu membullynya terus menerus, tiba-tiba saja Monic mengetahui akan hal itu.
"Shesa kamu kenapa? Hei ngapain kalian masih disini? Pergi kalian?" seru Monic mengusir beberapa anak yang sedang membully Shesa tadi.
Kemudian mereka pergi meninggalkan Shesa dan Monic, Shesa lantas memeluk Monic dengan sedihnya, Monic berusaha menenangkan kesedihan sahabatnya itu.
"Sudah...sudah...apa yg terjadi Sha? Kenapa mereka melakukan itu padamu?" tanya Monic sembari melepaskan pelukan Shesa.
"Wntahlah Mon, aku nggak tahu apa yang harus aku lakukan" ucap Shesa dengan air mata yang masih membasahi pipi mulusnya.
"Katakan apa yang sebenarnya terjadi?" seru Monic penasaran.
"Aku tidak bisa mengatakan hal yang sebenarnya padamu, maaf" sahut Shesa memelas.
"Suatu hari nanti kamu pasti akan tahu, tapi tidak untuk sekarang, maafkan aku, aku mau pulang dulu" seru Shesa sambil mengusap air matanya.
"Shesa...!" seru Monic sembari memegang pundak sahabatnya itu.
Shesa lantas keluar dari halaman sekolah, ia berjalan disepanjang trotoar jalan, fikirannya sudah tak karuan, malu, benci, marah, sedih, semuanya itu dirasakan Shesa menjadi satu.
"Ya Tuhan...kenapa ini semua terjadi padaku" seru Shesa dalam hati, ia berjalan gontai sesekali ia duduk di halte untuk melepaskan rasa lelahnya, bukan hanya lelah badan karena seharian telah mengurusi acara di Sekolah, tapi juga lelah hati.
Hinaan, gunjingan dan bullyan dari teman-temannya membuat dia sangat marah sekali dengan Vano, ia takut teman-temannya akan menjauhinya, bagaimana pandangan guru-guru jika tahu tentang hal ini.
Ini benar-benar membuat Shesa malas untuk pulang ke rumah.
*
*
*
*
Vano keluar aula yang diikuti oleh Siska, Vano melihat Siska yg terus membuntutinya.
"Kamu nggak punya pekerjaan lain selain membuntutiku?" tanya Vano sinis.
"Aku sangat merindukanmu Vano, aku dengar kamu dan Naina sudah putus, jadi aku masih punya kesempatan untuk mendekatimu lagi kan?"seru Siska merayu.
Vano hanya terus melangkah pergi menuju halaman sekolah, Mario sudah siap dengan membawa mobil mewah Vano, Siska benar-benar terkejut melihat mobil sport Vano yang super mewah itu.
"Hah...ya ampun, itu mobilmu Vano?" seru Siska dengan membulatkan matanya.
Mario menunggu Vano sedari tadi, lantas Vano masuk ke mobil tanpa bicara sepatah katapun pada Siska, Mario yg melihat itu hanya tersenyum sinis melihat Siska diabaikan oleh tuan mudanya.
Mario dan Vano lantas berlalu pergi dan mobil mewah itu sudah melesat di jalan.
"Kau boleh dingin padaku, tapi itu tidak akan bertahan lama, aku akan melakukan apa saja untuk mendapatkanmu Vano, aku tidak akan pernah melepaskanmu Rayvano Adiputra Perkasa" gumam Siska licik.
*
*
*
Sepanjang jalan Vano tak pernah berhenti memikirkan Shesa, wajah Vano nampak gelisah, Mario yang melihat itu merasa iba dengan Tuan mudanya itu.
"Tuan muda kenapa? Apa Nona muda membuat anda kesal? Kenapa kalian tidak pulang bersama?" tanya Mario
"Apa kamu melihat dia pulang?" tanya Vano balik.
"Saya dari tadi di parkiran mobil Tuan muda, jadi saya tidak melihat Nona muda pulang? Apa nona sudah pulang duluan?" tanya Mario menyelidik.
Tiba-tiba Mario melihat seorang gadis yang sedang duduk di halte bus, gadis itu menundukkan wajahnya, ia tidak mengenali kalau gadis itu adalah Shesa.
"Coba lihat Tuan muda! Kasihan gadis itu, sepertinya ia memiliki beban berat, sendirian duduk disana." seru Mario menunjukkan Shesa yang sedang duduk diseberang jalan.
Vano dengan malasnya menoleh ke arah gadis yang disebutkan Mario tadi, sejenak ia melepaskan kacamatanya, betapa terkejutnya dia melihat Shesa yang sendirian di halte bus.
"Berhentikan mobilnya, cepat dekati gadis itu" perintah Vano.
"I...iya Tuan muda, Tuan muda mengenalnya?" tanya Mario serius.
"Jangan banyak tanya, cepat lakukan!" perintah Vano.
Akhirnya Mario berputar arah dan mobil mewah Vano berhenti di depan Shesa, Vano lantas turun dari mobil dan segera menghampiri istrinya itu.
Shesa menyadari kedatangan seseorang, aroma wangi yang ia kenali membuatnya tersadar, ia mulai mengangkat wajahnya, betapa terkejutnya ia melihat suaminya sudah berdiri dihadapannya.
Shesa lantas berdiri dan memandang Vano dengan tatapan penuh amarah, Vano yang melihat Shesa menangis, mencoba meraih tangan Shesa dan mengajaknya pulang, tapi Shesa menghindarinya.
"Kamu pulang saja, biarkan aku sendiri" pinta Shesa dengan suara berat.
"kamu adalah istriku, kamu harus pulang bersamaku" seru Vano
"Aku ingin menenangkan diri, Aku tidak mau diganggu" tukas Shesa.
"Seorang gadis sendirian disini, tanpa teman, kamu pikir aku bodoh membiarkanmu dalam bahaya?" seru Vano.
"Kalau kamu tidak akan membiarkan aku dalam bahaya? Kenapa kamu membiarkan aku dipermalukan?" sahut Shesa dengan derai air mata yang masih mengalir.
Vano teringat apa yang dikatakan Siska tadi, bahwa Siska telah mempermalukan isterinya itu, perlahan Vano mendekati Shesa dan menatap wajah Shesa yg sembap.
"Kita bicarakan ini di rumah, maafkan aku, ayo kita pulang, nenek pasti sudah menunggu kita" ajak Vano
Shesa teringat nenek, nenek pasti sudah menunggunya pulang, akhirnya Shesa memutuskan untuk ikut pulang bersama suaminya.
Tanpa sengaja ada sepasang mata menyaksikan itu, Monic mendengar pembicaraan Shesa dan Vano.
"Shesa...pak Vano....mereka?" gumam Monic bertanya-tanya
*
*
*
BERSAMBUNG
...dukung terus karya author ya 😊...