Follow ig @abil_rahma
Icha gadis cerdas disekolahnya, terbukti dari segudang prestasi yang dia dapatkan. Tetapi sayangnya dia gadis yang terlihat culun dan jarang bergaul, itu disebabkan karena Ayahnya mengatakan kalau dia sudah dijodohkan sejak bayi dengan anak sahabat Ayahnya. Yang dia tau sahabat Ayahnya itu orangnya sangat baik sekali. Tetapi dia tidak tau siapa orang yang sudah dijodohkan dengannya.
Vicky Al Ghifari seorang cowok yang terkenal playboy disekolahnya, suka gonta-ganti pacar. Dia juga tahu kalau sudah dijodohkan sejak bayi, tetapi keadaan itu dia manfaatkan buat mencari pacar sebanyak-banyaknya. Karena dia tak tahu siapa yang sudah dijodohkan dengannya.
Mereka harus menikah saat masih SMA kelas XII karena suatu alasan. Akankah mereka bisa menerima pernikahannya dan hidup bahagia atau sebaliknya?Karena ternyata orang yang dijodohkan tak sesuai dengan harapan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abil Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DMS 31
Sesampainya dikamar Al menuntun Icha menuju sofa, mereka berdua duduk bersebelahan.
"Kamu gak kenapa-napa kan sayang?" tanya Al sambil menatap wajah cantik istrinya.
"Kenapa kamu tanya seperti itu? Aku gak apa-apa kok," jawab Icha dengan santai seolah tidak terjadi apa-apa.
"Aku khawatir aja Cha, tadi tuh ada yang motret kamu saat makan siang bareng Kak Farhan, orang itu ngirim fotomu, tapi aku nggak tahu siapa itu," Al menjelaskan penyebab ke khawatirannya.
Icha sudah tahu siapa pelakunya, tapi dia tidak akan menceritakan kejadian tadi siang pada Al. Karena tidak mau ada masalah baru.
Setelah terdiam cukup lama Icha pun menjawab. "Aku juga gak tau Al, mungkin orang iseng, tadi aku gak ketemu siapa-siapa selain Kak Farhan," Icha sengaja berbohong demi kebaikan.
"Syukurlah kalo begitu, aku mandi dulu ya," ucap Al lalu berdiri dari duduknya.
"Biar aku siapkan airnya," ucap Icha lalu masuk kedalan kamar mandi menyiapkan air buat Al.
Al menyambar handuk dan membuntuti Icha masuk kedalam kamar mandi. Dia mengunci pintu kamar mandi. Suara pintu tertutup membuat Icha menoleh dan mendapati Al berdiri didekat pintu.
"Lho kok di kunci pintunya, aku sudah mandi Al," ucap Icha. Dia hendak keluar tetapi di hadang oleh Al.
"Mandi lagi ya, kita mandi bareng." Ucap Al sambil menaik turunkan sebelah alisnya.
Wajah Icha memerah karena malu, dia tidak bisa membayangkan betapa malunya saat mandi berdua, lalu tanpa sengaja dia menggelengkan kepalanya.
"Gak ah malu," gumam Icha yang masih didengar oleh Al.
Al tidak merespon ucapan Icha, tanpa aba-aba dia langsung menggendong tubuh Icha lalu menurunkannya diatas bathup. Entah kenapa rasa rindu yang membara membuat Al melakukan hal itu. Padahal mereka tidak bertemu hanya dalam hitungan jam saja.
Icha terkejut saat Al malah menggendongnya, lalu memasukkannya kedalam bathup, pakaiannya terlihat basah kuyup.
Al yang melihat Icha dengan pakaian basah kuyup seperti itu, dia menelan salivanya karena terlihat jelas lekuk tubuh Icha.
"Stop! Aku tau apa yang kamu pikirkan,"ucap Icha lalu bangkit dari buthup. Karena dia membaca raut wajah Al yang berubah kala melihat dirinya basah kuyup seperti itu.
"Sekarang kamu keluar aku mau mandi lagi. Aku harus mandi gara-gara kelakuan kamu, ayo keluar dulu." Ucap Icha sambil mendorong tubuh Al supaya keluar dari kamar mandi.
"Aku juga mau mandi Cha, kita mandi bareng ya,"
"No! No! No! Belum waktunya Al," ucap Icha tanpa disadari.
"Terus kapan saatnya?" Al menaik turunkan alisnya.
"Kalo udah lulus,"
"Enam bulan lagi berarti? Lama dong," Al membuat wajahnya seperti bersedih.
"Lulus kuliah maksudku. Udah ayo sana keluar dulu,"
"Kelamaan Cha, aku gak tahan kalo selama itu,"
Mereka malah berdebat di dalam kamar mandi, tidak ada yang mau mengalah.
"Ayo lah Al, aku sudah kedinginan ini," ucap Icha mengiba, karena Al tak kunjung keluar dari kamar mandi.
Karena jengah melihat Al tak mau mengalah, Icha merebut handuk yang dibawa Al, lalu dia melangkah maju mendekati pintu kamar mandi, sebelum membuka kunci Al sudah mendekatinya.
"Oke aku keluar, tapi jangan harap nanti bisa lepas dari aku nanti," ucap Al dengan tersenyum penuh arti.
Icha merasa lega karena akhirnya Al mau keluar kamar mandi. Dia pun kemudian mandi dengan kilat mengingat tadi sudah mandi.
▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎
Malam harinya, setelah sholat maghrib dan membaca beberapa lembar Al-Qur'an keduanya pun makan malam bersama. Sudah jadi kebiasaan Icha melayani suaminya saat makan, tapi kali ini Al bertingkah lagi.
" Makanya sepiring berdua aja." Al mengentikan tangan Icha saat akan mngisi nasi dipiringnya. Icha pun meletakkan piringnya kembali, lalu dia mengisi piring yang sudah terisi nasi dengan lauk.
"Suapin aku dong sayang, nanti gantian, biar romantis gitu," pinta Al sambil tersenyum menggoda.
Icha menurutinya saja, karena menurutnya ini wajar, tidak aneh-aneh, lagian mereka di ruang makan hanya berdua, Bik Um sudah masuk kekamarnya, dia akan keluar kalau majikannya sudah selesai makan.
Mereka pun makan dengan saling menyuapi.
"Ehemm," deheman seseorang menghentikan tangan Icha saat akan menyuapi Al. Dia menoleh kesumber suara, terlihat sang Kakak berjalan mendekati mereka dengan tersenyum menggoda.
"Kak Farhan, kapan datang? Perasaan gak ada bel berbunyi deh," tanya Icha heran karena memang tidak ada bel berbunyi.
"Gue ganggu ya, kalo gitu gue pergi aja deh," bukannya menjawab pertanyaan Icha, Farhan malah berbalik badan dan akan pergi.
"Gak Kak, sini makan bareng aja," ucap Al menghentikan langkah Farhan. Farhan berbalik dan tersenyum lalu duduk di kursi depan Al dan Icha bersebrangan dengan meja.
"Kalian buat gue iri aja, jomblo mah bisa apa?" Farhan mengatakan itu sambil mengambil nasi dan menaruhnya diatas piring.
Icha dan Al tersenyum canggung, sebenarnya Icha malu karena kepergok kakaknya sedang menyuapai Al, apalagi mereka makan sepiring berdua. Sedangkan Al terlihat biasa saja, seakan tidak terjadi apa-apa tadi.
"Tadi gue main nyelonong aja, karena pintu rumah kebuka. Satpam bilang suruh masuk aja, karena kalian sedang makan malam, eh ternyata datang di waktu yang tidak tepat," tambah Farhan lagi.
Mereka pun kembali makan dalam satu piring, tapi tidak saling menyuapi karena malu pada Farhan.
Setelah menyelesaikan makannya Al dan Farhan keluar dari ruang makan menuju ruang keluarga yang akhir-akhir ini jarang ditempati, karena kesibuka Icha dan Al.
Sedangkan Icha, dia memilih membereskan bekas makanan mereka. Setelah selesai Icha pun menyusul kedua lelaki itu, sambil membawa beberapa cemilan dan kopi.
"Tumben kesini Kak? Ada apa?" tanyanya setelah duduk di sofa sebelah Al.
"Mampir aja, tadi kebetulan lewat," jawab Farhan santi.
"Papa sama Mama gimana kabarnya Kak?" Icha menanyakan kabar kedua orang tuanya.
"Alhamdulillah baik Cha, Tante Dina dan Om Davit juga baik, Tante semakin hari semakin membaik Kakak lihat, semoga lekas sembuh dari penyakitnya," Farhan memberitahu kabar mertua Icha juga, karena dia memang baru saja pulang dari Singapur.
"Aamiinn, Ya Allah," jawab Al dan Icha bersamaan.
"Kalian berdua makin lengket aja ya, gue jadi ngiri," Farhan melihat keakraban suami istri didepannya itu.
"Makanya nikah dong, jangan pacaran melulu. Entar udah lama pacaran malah ternyata jagain jodoh orang, kan nyesek," Icha meledek Kakaknya.
"Jangan ngomong gitu dong, doakan suapaya Kakak cepet nikah kok malah mendoakan yang gak baik gitu," protes Farhan.
"Itu yang lagi viral kan seperti itu, pacaran 10 tahun eh nikahnya sama orang lain," Icha ingat pernah menonton yutub kalau ada pasangan yang seperti itu, kasian sekali kan.
"Kakak gak mau viral Cha, yang penting bisa bersanding dengan dia aja bahagia pastinya," Farhan memasukkan beberapa cemilan kedalam mulutnya.
"Amiinn, aku selalu mendoakan untuk itu," kini Al yang menimpali.
"Gue juga mendoakan kalian supaya cepet dikasih momongan," ucap Farhan santai.
Bugh
Bantal melayang kearah wajah Farhan, tapi meleset hanya mengenai sebagian wajahnya saja.
Icha melempar bantal karena mendengar ucapan Farhan.
"Gimana mau punya momongan, diajak buat aja gak mau," Al lebih dulu berucap.
Ucapan Al sontak membuat Icha menatap Al dengan tatapan membunuh.
"Beneran Cha? Cari yang mau aja Al kalo dia gak mau, dikira menahan itu enak apa? Sesak tau gak Cha, kan kasian suamimu," Farhan menatap keduanya secara bergantian.
"Tau ah, aku mau tidur aja, kalian bahasnya kek gitu. Awas aku laporin Mama lho Kak," Icha mengancam Farhan, tetapi Farhan hanga tertawa menanggapinya.
Sebelum Icha meninggalkan keduanya, Farhan lebih dulu menyela.
"Gak sabaran banget sih Cha, ini masih jam delapan lho, ntar maleman dikit biar gak ada yang denger," Farhan tertawa setelah mengatakan itu.
"Kakak!" Seru Icha, dia kembali duduk karena ucapan kakaknya tadi.
"Ini malam minggu ya, kalo gitu gue pulang aja, kalian pasti mau bermesra-mesraan seperti tadi ya? Kalo ada gue kan gak jadi,"
"Hus hus hus.... sana pulang, iya kita mau mesra-mesraan. Puas." Ucap Icha dengan sinis, sambil menggerakkan tangannya seperti mengusir.
"Sttt jangan gitu dong sayang, kasian Kak Farhan kalo kamu usir," tutur Al dengan lembut.
"Gue beneran mau pulang juga Al. Gak usah heran ya, dia emang gitu sama gue Al, kalo lagi ada maunya aja manis banget," ucap Farhan lalu berdiri. Dia pun pamit pulang.
"Katanya mau beremesraan tadi, ayo kekamar sekarang," bisik Al ditelinga Icha.
Mereka baru saja mengantar Farhan sampai kedepan pintu.
Bersambung.....
Jangan lupa like dan komennya yah, makasih kakak.
sholat terus maksiat jalan