Di sudut sebuah toserba 24 jam yang sepi, seorang pemuda berdiri di balik kasir. Namanya Jin Ray.
Ray bukan pemuda biasa. Di balik seragam toserba berwarna oranye norak yang ia kenakan, tubuhnya dipenuhi bekas luka. Ada luka sayatan tipis di alis kirinya dan bekas jahitan lama di punggung tangannya. Tatapannya tajam, waspada, seperti seekor serigala yang dipaksa memakai kalung anjing rumahan.
“Tiga ribu lima ratus won,” ucap Ray datar. Suaranya serak, berat, jenis suara yang dulu membuat orang gemetar ketakutan saat ia menagih utang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ray Nando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mesin Penjual Cerewet dan Saingan Bisnis
Stasiun Gangnam – Pukul 23.00
Stasiun Gangnam di malam hari biasanya dipenuhi orang mabuk yang pulang dari pesta atau pekerja lembur yang kelelahan. Tapi malam ini, di Exit 5, area tersebut telah diblokir dengan pita kuning bertuliskan "PERBAIKAN TEKNIS".
Di balik pita kuning itu, Jin Ray sedang berjongkok di balik pilar beton, napasnya memburu.
"Kenapa..." Ray mengintip dari balik pilar. "Kenapa setiap glitch di kota ini selalu punya masalah kepribadian?"
Di tengah lorong stasiun, berdiri sebuah Mesin Penjual Otomatis (Vending Machine) berwarna merah menyala. Mesin itu memiliki kaki mekanik seperti kepiting dan sedang melemparkan kaleng soda berkecepatan tinggi ke segala arah.
"KALIAN SEMUA LEMAH!" teriak mesin itu dengan suara digital yang bass. "AKU ADALAH DEWA MINUMAN BERKARBONASI! SEMBAH AKU ATAU MATI KARENA DIABETES!"
PLANG!
Sebotol kopi kaleng melesat menghantam pilar tempat Ray berlindung, meretakkan betonnya.
"Hana, status?" tanya Ray lewat earpiece.
Hana sedang bersembunyi di atas papan penunjuk arah, memindai mesin itu dengan tabletnya. Dia mengenakan pakaian taktis baru yang lebih fungsional: trench coat pendek dan kacamata AR (Augmented Reality).
"Level 15. Tipe: Object Possession," lapor Hana. "Dia marah karena seseorang menendangnya saat uangnya tertelan tadi pagi. Emosi dendam itu memicu glitch."
"Oke, dendam receh," kata Ray. Dia meraba dadanya. Di sana, terpasang harness bayi, tapi yang digendong bukan bayi manusia, melainkan sebuah Tamagotchi berukuran jumbo yang bersinar.
Di layar Tamagotchi, avatar bayi Min-Ho (dengan popok piksel) sedang menangis.
WAAAA! WAAAA! (Suara 8-bit yang nyaring).
"Ray! Dia lapar lagi!" suara Hana terdengar panik. "Jangan biarkan dia menangis! Kalau dia tantrum, dia bisa mereset listrik satu stasiun!"
"Aku tahu! Aku sedang berusaha!" Ray menekan tombol menu di Tamagotchi dengan jari gemetar sambil menghindari hujan kaleng soda. "Makan... makan... di mana menu susu digitalnya?!"
"JANGAN PENCET TOMBOL RESET, BODOH!" teriak Ujang lewat komunikasi radio. Ujang sedang memantau dari dalam van di luar stasiun. "Itu aset berharga!"
"Kalau kau sayang aset ini, kau yang ke sini dan ganti popoknya!" balas Ray kesal.
Mesin Vending itu melihat Ray yang sedang lengah.
"KAU MENGABAIKANKU?!" Mesin itu meraung. "TERIMALAH JURUS PAMUNGKAS: BADAI COLA MENTOS!"
Pintu pengambilan barang mesin itu terbuka. Puluhan botol cola meluncur keluar, diikuti butiran mentos yang ditembakkan seperti senapan mesin.
PSSSSHHHHHH!
Semburan busa lengket bertekanan tinggi menerjang Ray.
"Sial!" Ray melompat salto ke belakang. Busa itu menghantam lantai, mendesis dan melelehkan keramik. "Itu asid!"
Ray mendarat, tapi kakinya terpeleset genangan soda. Dia jatuh terduduk.
Tamagotchi di dadanya terbentur lantai.
BEEP!
Bayi Min-Ho di layar berhenti menangis. Matanya berubah merah. Dia marah karena terbentur.
[SKILL BAYI AKTIF: HACKING TANTRUM.]
Gelombang kejut merah keluar dari Tamagotchi Ray. Gelombang itu menabrak Mesin Vending.
Mesin Vending itu tiba-tiba berhenti bergerak. Lampu-lampunya berkedip liar.
"Eror... Eror... Kenapa aku ingin... ganti oli?" gumam mesin itu bingung. Sistem penyerangannya diretas paksa oleh tangisan bayi Min-Ho.
"Kesempatan!" teriak Hana.
Hana melompat turun dari papan penunjuk arah. Dia mendarat di atas mesin itu. Tangannya bersinar biru.
[Architect Skill: Dismantle (Bongkar)]
Hana menempelkan tangannya ke atap mesin. Struktur mesin itu terurai. Baut-baut lepas, pelat besi terbuka, dan inti glitch-nya (sebuah koin 500 won yang bersinar hitam) terekspos.
"Ray! Hancurkan intinya!"
Ray bangkit, mengaktifkan sarung tangan taktisnya.
"Tidur siang yang nyenyak, Kaleng Rongsokan!"
Ray meninju koin hitam itu.
CRACK!
Koin itu hancur. Aura hitam menghilang. Mesin Vending itu kembali menjadi benda mati, jatuh terduduk (kaki kepitingnya masuk kembali).
[TARGET DINUTRALISIR.]
[BAYI MIN-HO: TERTIDUR KEMBALI.]
Ray menghela napas lega, menyeka keringat di dahinya. "Kerja bagus, Tim."
Ray menghampiri Hana, membantunya turun dari atas mesin. "Kau oke?"
"Aku baik-baik saja," Hana tersenyum, merapikan rambutnya. "Tapi Min-Ho sepertinya semakin kuat. Tantrum-nya tadi hampir meretas sistem kereta api."
"Kita harus mendidiknya dengan benar," kata Ray, menatap Tamagotchi di dadanya yang kini menampilkan ikon bayi tidur (zZz). "Mungkin kita butuh sekolah khusus AI."
Tiba-tiba, suara tepuk tangan pelan terdengar dari ujung lorong.
"Bravo. Pertunjukan amatir yang menghibur."
Ray dan Hana menoleh cepat, waspada.
Dari bayangan, melangkah keluar tiga orang. Mereka mengenakan setelan jas abu-abu metalik yang sangat rapi, dengan logo perusahaan berbentuk Perisai Perak di dada kiri. Mereka memakai kacamata visor canggih dan memegang senjata futuristik yang terlihat jauh lebih mahal daripada peralatan rakitan Ujang.
Pemimpin mereka, seorang pria tinggi dengan rambut klimis dan senyum arogan, melangkah maju.
"Siapa kalian?" tanya Ray, menyembunyikan Tamagotchi di balik jaketnya.
Pria itu mengeluarkan kartu nama hologram.
[NEXUS CORP.]
[Divisi: Glitch Management & Security.]
[Nama: Leo Kim - Senior Hunter.]
"Kami adalah profesional," kata Leo Kim dengan nada merendahkan. "Nexus Corp telah dikontrak oleh pemerintah kota untuk menangani anomali digital. Kalian... 'R & H Consulting', kan? Agensi rumahan tanpa lisensi resmi."
"Kami yang menyelamatkan kota ini tiga bulan lalu," kata Hana tajam.
"Kalian yang membuat kekacauan," koreksi Leo. "Dan malam ini, kalian mencampuri yurisdiksi kami."
Leo menjentikkan jari. Anak buahnya bergerak maju, menempelkan stiker segel digital di Mesin Vending yang sudah dikalahkan Ray.
"Kami menyita barang bukti ini," kata Leo. "Dan Core yang kalian hancurkan tadi? Itu aset negara. Tagihannya akan kami kirim ke kantor kumuh kalian."
"Kau mau berkelahi?" Ray maju selangkah, tinjunya mengepal.
"Ray, jangan," Hana menahan lengan Ray. "Lihat senjata mereka. Itu Anti-Glitch Pulse Rifles. Satu tembakan bisa menghapus Min-Ho dari Tamagotchi-mu."
Ray berhenti. Dia menatap Leo dengan tatapan membunuh.
Leo tersenyum miring. Dia mendekat ke Ray, membisikkan sesuatu.
"Kami tahu apa yang kalian simpan, Jin Ray. Bayi Admin itu... Nexus Corp menginginkannya. Nikmati waktu bermain kalian selagi bisa. Kami akan mengambilnya segera."
Leo dan pasukannya berbalik, membawa mesin vending itu dengan teknologi anti-gravitasi, dan pergi meninggalkan Ray dan Hana di stasiun yang sunyi.
Ray meninju pilar beton di sebelahnya karena frustrasi.
"Sialan. Siapa mereka sebenarnya?"
Ujang berbicara lewat radio, suaranya terdengar serius.
"Nexus Corp... aku pernah dengar rumornya di Dark Web. Mereka adalah perusahaan yang didanai oleh sisa-sisa investor Kang Min-Ho. Mereka tidak memburu Glitch untuk menghapusnya, Ray."
"Lalu untuk apa?"
"Mereka menangkap Glitch untuk dipersenjatai. Mereka ingin membuat tentara monster."
Hana memegang tangan Ray. "Mereka menginginkan Min-Ho."
Ray menatap Tamagotchi di dadanya. Bayi Min-Ho sedang tidur pulas, tidak tahu bahwa dia adalah buronan nomor satu lagi.
"Mereka harus melangkahiku dulu," kata Ray dingin. "Ayo pulang. Kita punya banyak pekerjaan besok."