"Jangan lagi kau mencintaiku,cinta mu tidak pantas untuk hatiku yang rusak"
Devan,mengatakannya kepada istrinya Nadira... tepat di hari anniversary mereka yang ke tiga
bagaimana reaksi Nadira? dan alasan apa yang membuat Devan berkata seperti itu?
simak cerita lengkapnya,di sini. Sebuah novel yang menceritakan sepasang suami istri yang tadinya hangat menjadi dingin hingga tak tersentuh
Jangan lupa subscribe dan like kalo kamu suka alur ceritanya🤍
Salam hangat dari penulis💕
ig:FahZa
tikt*k:Catatan FahZa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belum sampai pada tujuan
Langit nampak cerah,berwarna biru dengan sedikit guratan awan putih.
Seorang pria berbadan tegap,rambut sedikit ikal dan berkulit putih bersih.Memandang keluar jendela dari ruangan penuh dengan kanvas,kuas,dan cat. Seekor kucing berekor panjang berwarna abu muda melingkar di ujung kakinya
"Sudah waktunya pulang ke Negri sendiri,Beno.Apa kau sudah siap?" Ia berjongkok mengelus kepala kucing yang ia beri nama Beno,kucing itu mengendus jari telunjuk tuannya seperti sedang bermanja-manja
Derap langkah kaki terdengar mendekat,semakin lama semakin dekat,ketukan pintu membuatnya menoleh
"Masuk saja.."
Pintu bercat warna kayu natural terbuka perlahan,tampak seorang laki-laki berpenampilan rapi dengan setelan jas hitam dan kemeja putih bersih bagian dalam.Ia membungkukkan badannya setengah,lalu berjalan mendekat
"Tuan,Jadwal keberangkatan anda dua jam lagi menuju Indonesia.Semua dokumen sudah saya siapkan"
Henry Callen,pelukis yang namanya mulai di kenal di antara kalangan pembisnis international.Bisa di katakan dia adalah pelukis yang sedang naik daun,namanya sedang hangat di perbincangkan oleh kaum elit borjuis dunia karna karyanya yang seolah bernyawa,setiap guratan warna menyimpan arti yang dalam bagi penikmatnya.
"Bagaimana dengan 'Gala Estetika'? Alisnya terangkat sedikit,masih dengan posisi berjongkok mengelus pelan kepala kucing kesayangannya.
"Tuan Devan Alfonso pewaris Alveron Group sudah menghubungi dan meminta anda untuk segera pulang ke Indonesia karna persiapan 'Gala Estetika' waktunya sudah semakin dekat."
Henry Callen diam saja,bayangan nama Alveron Group yang sudah menjadi legenda di kalangan bisnis kelas atas dunia di bawah kepemimpinan Tuan Alfonso,sosok yang karismatik,tegas dan visioner.Tidak di ragukan lagi kekokohan perusahaan itu,membuat Henry menyambut dengan senang hati tawaran yang mereka berikan.
"Luca,aku akan bersiap,kau pergilah"
"Baik Tuan"
***
"Etalase di bagian ini tolong di rapikan, Risa"
"Baik Nyonya" Sambil membungkuk dan bergegas menjalankan perintah.
Nadira berjalan lagi,menuju etalase bagian kiri.Sudah banyak stok yang kosong yang harus di isi.Butik kecil yang ia miliki saat belum menjadi istri Devan Alfonso kini menjadi semakin besar,butik itu tidak lagi hanya memajang beberapa lembar baju tapi sudah memajang baju dengan koleksi-koleksi brand ternama dengan kualitas premium.Butik nya pun sudah menjadi langganan para ibu-ibu pejabat kelas tinggi.
Hari ini cuaca agak sedikit mendung,angin lembut membawa kesan lembab dan udara yang sedikit sejuk. Sesekali Nadira melihat keluar jendela,angin menggoyangkan ranting-ranting daun palem di sepanjang pinggir jalan.
"Hari ini sejuk,sangat menyenangkan jalan-jalan di luar"
Nampak di luar sepasang kekasih bergandengan tangan,menyusuri jalan. Nadira memperhatikan pasangan itu,sudut bibirnya sedikit terangkat membentuk senyum kecil yang manis
"Pasangan itu bahagia sekali,mereka tampak saling mencintai"
Secara tidak sengaja tatapan Nadira beralih pada pemandangan taman kecil di luar jendela butik.Entah karena hatinya yang sedang merasa damai atau karena cuaca hari ini yang sejuk,di mata Nadira semuanya tampak mempesona.
Selama beberapa saat tanpa Nadira sadari,Ia memandangi seorang pria yang wajahnya terpantul di kaca. Pria itu sangat mempesona dengan alis tebal,tulang hidung yang panjang dan lurus,kombinasi yang sangat sempurna menjadikannya makin terlihat tampan
Tatapan mereka bertemu,Nadira segera mengenali pemilik wajah tampan itu...senyumnya mengembang.Tubuhnya segera bergegas keluar ruangan.
"Mas Devan?" tangannya membentang seolah menyambut dengan hati yang berbunga-bunga.Devan membalas senyuman itu,langkahnya di percepat
"Aku sengaja mempercepat urusanku,ku fikir cuacanya sangat bagus untuk berjalan keluar.Aku langsung kemari menjemputmu" Segera menyambut pelukan hangat istrinya
"Aku mau Mas". Matanya berbinar cerah
"Cepatlah,Ambil tas mu,kita berjalan ke taman kota di dekat sana"
"Iya,tunggu sebentar ya..."
***
Langkah mereka bersisian,tangan saling bertaut.Tak lama,
Nadira melepas tangannya pelan...sambil tersenyum menatap Devan.Ia melangkah bak seorang putri dongeng,dengan langkah seperti anak kecil kegirangan di beri mainan.Ia meloncat-loncat kecil,rambutnya melambai tertiup angin lembab yang sejuk.Devan tersenyum senang melihat tingkah aneh istrinya
"Hei....apa kau merasa sendang di atas angin?"
Nadira hanya tertawa,tak menjawab pertanyaan suaminya.
Setelah pertanyaan-pertanyaan yang kerap muncul sejak kejadian kemarin,hari ini Nadira memilih untuk tidak memperdulikan nya,yang ia tahu hari ini ia masih bersama Devan,pria yang selalu membuatnya jatuh hati
"Mas,aku sangat senang sekali...hari ini bisa berjalan berdua dengan mu,menurutku Tuhan sedang menunjukkan kasih sayangnya padaku"
"Kasih sayang seperti apa maksudmu?"
Nadira menoleh kebelakang,menatap Devan dengan senyuman
"Tuhan sedang memberi ku kesempatan kedua untukku bisa bersamamu lagi"
"Yang benar saja,Apa itu karena Tuhan sebaik itu padamu?"
"Iya Mas,Tuhan sedang memperbaiki hatimu yang rusak waktu itu...Dan itu karna Tuhan kasihan padaku"
"Ya...ya Kau benar,Hatiku sedang di perbaiki. Kau pelan-pelan di sana jangan sampai langkahmu membuatnya rusak lebih parah"
"Hahaha...iya aku akan terus berusaha melangkah secantik ini untuk hatimu Mas"Nadira sengaja melenggak lenggokkan tubuhnya saat berjalan di depan Devan,dengan senyum yang tak pernah pudar.Devan ikut tertawa,senyumnya semakin lepas
"Astaga kau nakal sekali Nadira ..."
***
Kursi kayu yang mulai pudar terasa dingin permukaannya. Sepertinya kursi itu sudah lama tidak ada yang menduduki.
Devan dan Nadira beristirahat di kursi itu.
Genggaman mereka masih saling erat,senyum masih terlukis di wajah.Devan mengangkat tangan itu lalu menciumnya hangat.
Tatapan Nadira lurus kedepan,senyumnya perlahan memudar.
Angin menerbangkan sehelai daun kecil jatuh di selipan rambutnya yang terurai,tangan Devan bergerak mengambil daun kecil itu
Suara Nadira sedikit bergetar,ia menunduk sebentar lalu menatap lagi dengan mata yang berkaca-kaca
"Setelah ku pikir-pikir,kesedihan itu pasti akan berlalu. Kita harus terus menjalaninya sampai kehidupan berjalan normal kembali. Jika aku terus menerus bersedih itu akan menjadi beban orang lain"
Devan menghela nafas,ucapan Nadira bagi Devan seperti sindiran halus untuknya.
Nadira bicara lagi,kali ini suaranya sedikit serak
"Mas,di kehidupan yang berat ini...kesedihan yang silih berganti kamu harus memikirkan dirimu sendiri. Sebelum membuat ku bahagia carilah dulu kebahagiaanmu sendiri.Menjadi egois kadang tidak selalu buruk.Jika terlalu sulit cukup pikirkan saja kebahagiaanmu,itu tidak apa-apa "
Devan tertawa getir,bibir atasnya sedikit terangkat. Suaranya tenang namun sangat dalam
"Bahagia seorang pria adalah wanitanya,tidak ada lagi alasan yang lain.Bahkan sekalipun nyawa sudah di ujung,yang di pikirkan pria adalah bagaimana wanitanya bisa tetap bahagia walau tanpa dirinya"
Angin sepoi menerpa wajah Nadira,bersamaan kata-kata Devan yang seperti sedang memberi tahu apa yang sedang terjadi.Nadira termenung,mencerna kata-kata suaminya barusan,seperti kata-kata orang yang dekat dengan kepergian
Devan menunduk,menatap tanah yang di tumbuhi rumput hijau kecil dengan bunga berwarna kuning.Dalam hatinya
"Apa tidak ada cara bagiku untuk merubah takdir?,apa tidak pernah mungkin untuk mengubahnya? Aku tahu ini pasti tidaklah mudah,namun yang aku tahu...makin besar takdir ini,makin panjang jalan yang aku tempuh untuk sampai pada tujuan,yah...aku hanya...belum sampai pada tujuan"
*
*
*
~Salam hangat dari penulis🤍