Misda terpaksa harus bekerja di kota untuk mencukupi kebutuhan keluarga nya. Saat Dikota, mau tidak mau Misda menjadi LC di sebuah kafe. Singkat cerita karena godaan dari teman LC nya, Misda diajak ke orang pintar untuk memasang susuk untuk daya tarik dan pikat supaya Misda.
Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti cerita novelnya di SUSUK JALATUNDA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naim Nurbanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Di ruangan lain yang remang dan dipenuhi aroma dupa, Misda terbaring tenang, tubuhnya terbalut rapi oleh kain sholat yang menutupi seluruh auratnya. Lingkaran anak muda, laki-laki dan perempuan, mengelilinginya dalam kesunyian yang berat, suara mereka bergema dalam lantunan doa ruqyah penuh pengharapan dan kekhusyuan.
Udara seolah membeku, sarat dengan ketegangan dan doa-doa yang dipanjatkan, menekan ruang hening itu dengan getaran spiritual yang menggugah jiwa. Tali kasar mengikat tubuh Misda erat, menekan tanpa melukai, seperti jeratan tak kasat mata yang menahan keberanian dan kesabarannya. Wajahnya tetap tenang, mata sesekali terpejam, mencerminkan pertempuran batin yang sengit melawan kekuatan gelap yang membelenggunya selama ini.
Di balik diam itu, tekadnya menyala bak bara, membakar setiap ketakutan untuk benar-benar membersihkan jiwa dari jerat gaib yang menghimpitnya. Saat seorang murid padepokan silat Ki Kusumo mengangkat suara memberikan arahan, Misda menuruti dengan penuh kepercayaan, meski kegelisahan dan harap bersatu dalam satu denyut yang terus menghantuinya.
Di tengah lantunan ayat-ayat yang menggema bagaikan bisikan roh, tubuh Misda mendadak bergetar hebat, seakan nyawanya ditarik ke dalam pusaran gelap yang semakin mencekam. Kepalanya berputar, pikirannya terjebak dalam penjara tanpa dinding. Ia berontak dengan sekuat tenaga, berusaha melepaskan diri dari belenggu tak kasat mata yang merenggut kebebasannya.
Api amarah menggerogoti dadanya, membakar setiap hela nafas yang keluar. Ia ingin sekali meneriakkan kemarahannya, menghentikan doa-doa yang menusuk jiwa tanpa ampun itu. Tapi suara itu tercekik, terkurung dalam tenggorokannya, tak mampu menembus keheningan di antara para santri. Mereka tetap terpaku, mata mereka tanpa belas, seolah kemarahan Misda hanyalah angin lalu, suara kecil yang tak pantas untuk didengar atau dipedulikan. Dia tenggelam dalam kesunyian yang mengoyak hatinya lebih dalam dari apapun.
Kejadian menegangkan itu makin memuncak. Di tengah keremangan padepokan, murid-murid Ki Kusumo duduk bersila, bibir mereka bergerak lirih mengalunkan ayat-ayat ruqyah. Sementara itu, tubuh Misda menggigil tak berdaya, dadanya naik-turun tertahan sakit yang menusuk. Kepalanya seperti diputar pelan, setiap denyutan terasa seperti gelombang tekanan yang menyesak.
Panas menyala-nyala dari dalam tubuhnya, seolah-olah api neraka mengoyak setiap inci jiwanya. Jeritan yang terlepas dari mulut Misda tersangkut, tapi itu tak mengendurkan semangat murid-murid Ki Kusumo. Matanya tetap menatap tajam, suara mereka bergema mantap, terus menancapkan ayat-ayat suci untuk mengusir kegelapan yang merasuki tubuh Misda.
Sementara itu di ruangan lain, Wono sendiri masih terbenam dalam ibadah dan wiridan nya. Sholat taubat dan wiridan itu akan membantu membersihkan jiwanya karena telah membuat kesucian hati Wono terselubung oleh kabut hitam dalam pengaruh jeratan susuk Jalatunda milik Misda.
Ki Kusumo sendiri memantau kegiatan keduanya. Mereka harus melalui proses pembersihan diri sebelum Ki Kusumo menyembuhkan benda-benda mistik yang sudah mendarah daging dalam tubuh Misda yang berupa susuk Jalatunda. Demikian halnya dengan Wono yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh aura negatif dari susuk Jalatunda tersebut hingga dalam pikiran dan hatinya telah terjerat asmara gadis yang bernama Misda.
Di ruangan lain, Wono tenggelam dalam pelukan doa dan wiridan yang tak henti-hentinya. Setiap rakaat sholat taubatnya adalah jeritan jiwa yang berusaha melawan bayang-bayang hitam yang membelit hati suci itu, sebuah kabut pekat yang disulam licik oleh susuk Jalatunda milik Misda. Tubuh dan jiwa Wono bagai medan tempur sunyi, berperang melawan racun mistik yang menjalar, menutup segala celah harap dalam hatinya.
Di sudut ruangan, Ki Kusumo mengamati dengan mata penuh kewaspadaan. Proses pembersihan ini bukan sekadar ritual ini adalah gerbang terakhir sebelum dia mampu mengusir kegelapan yang sudah meresap sampai ke urat nadi Misda lewat susuk terkutuk itu. Wono, tanpa sadar, terperangkap dalam pusaran aura gelap yang bukan hanya menyiksa pikirannya, tapi juga mencengkeram erat perasaannya pada gadis bernama Misda.
Cinta itu bukan sekadar perasaan, tapi menjadi tali pengikat yang membelenggunya dalam jeratan sihir nan membingungkan, yang harus dia lawan jika ingin bebas.
Selama beberapa hari ini Wono dan Misda akan melalui proses panjang untuk membersihkan jiwa dan raganya. Dan saatnya mereka berdua harus melalui proses lebih keras lagi. Di mana Wono dan Misda ditempat yang berlainan berendam di kolam kecil yang berisi balok es. Tentu saja airnya lebih dingin dari air pada umumnya. Dengan berbalut sarung atau kain basah mereka berendam di kolam air es sampai seorang senior di perguruan Silat Ki Kusumo tersebut memerintahkan untuk menyudahi kegiatan tersebut.
Selama berhari-hari, Wono dan Misda harus menaklukkan badai yang mengguncang jiwa dan raganya. Namun, tantangan sesungguhnya baru saja dimulai. Kini, mereka terpisah dalam ruang sunyi, terperangkap dalam kolam es kecil yang menggigit tulang, airnya menusuk lebih dalam dari dingin biasa.
Tubuh mereka terbalut sarung dan kain basah, gemetar dalam keheningan yang menekan. Hanya suara napas berat dan derai es yang pecah di permukaan, menandai perjuangan keras yang tak kunjung usai, sampai akhirnya sang senior perguruan, Ki Kusumo, dengan tegas memerintahkan mereka berhenti seakan batas manusia dan baja mulai nyata di sana.
Saat Wono fokus berendam di kolam air dingin tersebut, ada sosok wanita cantik mendekati nya dengan penuh godaan. Tangannya menyentuh dan jarinya yang lentik mengusap dan memainkan bagian dada bidang Wono. Harum tubuh wanita cantik itu begitu menggoda indra penciuman Wono. Wono berusaha tetap fokus pada bacaan untuk membersihkan tubuhnya. Pria itu tidak ingin tergoda dengan sentuhan wanita cantik tersebut.
Saat Wono tenggelam dalam keheningan dinginnya kolam, sosok wanita cantik itu meluncur mendekat seperti bayangan penuh hasrat. Jarinya yang lentik berani menyelinap, menyapu dan menggoda lekuk dada bidangnya dengan sentuhan lembut sekaligus menantang.
Harum semerbak tubuhnya menyergap indra pencium Wono, membakar hawa nafsu yang berusaha dia kubur rapat-rapat. Namun, Wono menggigit bibirnya, menahan gelombang godaan yang mengoyak fokusnya. Ia menegaskan tekad di setiap hela napas, berjuang menambatkan diri pada bacaan suci, menolak larut dalam bisikan rayuan wanita itu.
Wono duduk terdiam dalam kolam air dingin, matanya menatap kosong ke permukaan air. Tiba-tiba, sebuah sosok wanita cantik mendekat pelan, senyum menggoda terlukis jelas di bibirnya. Tangannya perlahan menyentuh bahu Wono, lalu jari-jarinya yang lentik mulai mengusap lembut dada bidang pria itu. Harum parfumnya menyeruak, menyusup hingga hidung Wono, membuat nafasnya sesaat tertahan. Tapi Wono menarik napas panjang, mencoba menenangkan hati dan pikirannya. Matanya kembali menunduk pada bacaan yang ada di tangannya.
“Jangan tergoda,” bisiknya pelan dalam hati, berusaha menahan setiap godaan yang berusaha menjebaknya.