NovelToon NovelToon
Dewa Alkemis Pengurai Jiwa

Dewa Alkemis Pengurai Jiwa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Epik Petualangan / Iblis / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Perperangan
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nugraha

“Yang hidup akan ditumbuk menjadi pil, yang mati akan dipaksa bangkit oleh alkimia. Bila dunia ingin langit bersih kembali, maka kitab itu harus dikubur lebih dalam dari jiwa manusia…”

Di dunia tempat para kultivator mencari kekuatan abadi, seorang budak menemukan warisan terlarang — Kitab Alkimia Surgawi.
Dengan tubuh yang lemah tanpa aliran Qi dan jiwa yang hancur, ia menapaki jalan darah dan api untuk menantang surga.

Dari budak hina menuju tahta seorang Dewa Alkemis sekaligus Maharaja abadi, kisahnya bukanlah tentang keadilan… melainkan tentang harga dari kekuatan sejati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nugraha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 : Langkah Pertama ke Dunia Luar

Mereka terus berlari menembus kegelapan malam. Meski napas mereka terengah-engah  dan tubuh terasa lelah, Li Yao dan Lan Ci tak berhenti. Mereka tak bisa berhenti karena dua penjaga yang tumbang tadi bisa saja bangkit kapan pun, dan mengejar mereka kembali.

Setelah mereka berlari tanpa henti menuruni jalur berbatu dan melintasi celah sempit di balik dinding tambang, akhirnya mereka tiba di mulut lorong bawah tanah yang tersembunyi.

Li Yao kemudian menyalakan lentera kecil dari kantong bajunya. Api merah menerangi dinding batu kasar yang penuh lumut, dan di baliknya terbentang lorong panjang yang dingin dan sunyi

Pada saat Lan Ci memasuki lorong ini ia berdiri mematung dan matanya membelalak karena keterkejutan.

“Li Yao, tempat apa ini?” bisiknya.

Li Yao tidak langsung menjawab. Ia hanya melangkah masuk mengangkat lentera tinggi tinggi, dan memberi isyarat agar Lan Ci mengikutinya.

Langkah demi langkah mereka menyusuri lorong sempit itu. Dinding-dindingnya penuh dengan ukiran tua yang nyaris tak terbaca. Aroma tanah mati dan logam tua memenuhi udara. Di kejauhan, samar-samar terlihat cahaya dari lentera kuno yang menggantung dan masih menyala hasil perbaikan Li Yao dari minggu-minggu sebelumnya.

Setelah beberapa menit mereka melewati lorong, terlihatlah sebuah ruangan yang tidak terlalu besar. Dindingnya melingkar, dengan rak batu di sisi-sisi ruangan, sebagian berisi botol kaca tua, perkakas alkimia kuno, dan gulungan kain berisi tulisan tangan.

Di sudut ruangan berdiri sebuah altar hitam, dengan simbol melingkar dan ukiran alkimia kuno yang bersinar samar di bawah cahaya lentera.

Lan Ci berdiri di tengah ruangan itu, tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Tangannya menyentuh salah satu rak batu dengan perlahan seolah olah takut merusaknya.

“Li Yao, apakah kamu yang menemukan tempat seperti ini?”

Li Yao mengangguk sambil menyalakan satu per satu lentera yang menggantung di ruangan itu.

“Sekitar dua bulan yang lalu saat aku sedang mencari bahan jamur tulang, aku menemukan celah kecil di balik dinding tambang. Kupikir itu hanya lorong biasa… tapi ternyata ini adalah sebuah ruangan rahasia.”

Ia menoleh ke sekelilingnya.

“ini seperti ruangan alkemis dari zaman yang sudah dilupakan.”

Lan Ci memperhatikan sekelilingnya, menyapu ruangan itu dengan pandangan penuh heran.

“Tempat ini mungkin sekte langit beracun pun belum mengetahuinya.”

“Iya, justru kenapa tempat ini sangat berharga bagiku,” jawab Li Yao.

Ia melangkah ke altar, menyentuh simbol-simbol tua yang terukir di atas batu.

“Semua ramuan yang kubuat selama ini, seperti racun, penawar dan penguat tubuh, semuanya dibuat di sini.”

Lan Ci menatap semuanya dengan lama.

“Jadi selama ini kamu selalu pulang malam karena kamu mengabiskan waktumu di sini.”

Li Yao mengangguk pelan.

“Aku bukan seorang kultivator yang memilki akar spiritual Lan Ci. Aku tak bisa bertarung seperti mereka. Tapi aku bisa menciptakan sesuatu, sesuatu yang bahkan bisa membuat mereka takut padaku.”

Lan Ci perlahan mendekat, matanya masih menyimpan sisa keterkejutannya. Tetapi yang membuat dia penasaran adalah sesuatu yang tergantung di leher Li Yao.

Ia kemudian menyentuh liontin hitam yang tergantung di leher Li Yao.

“Apakah kalung ini juga berasal dari sini?”

Li Yao memegang liontin itu dengan satu tangan dan lagi lagi menganggukkan kepalanya kepada Lan Ci.

Lan Ci perlahan duduk di dekat altar. ia melihat Li Yao sekarang bukan lagi sebagai budak, bukan juga hanya sebagai pemuda keras kepala. Tapi sebagai seseorang yang berjalan di jalan takdir yang berbeda. Seseorang yang dipilih oleh sesuatu yang bahkan belum mereka pahami sepenuhnya.

“Lalu apa yang akan kamu lakukan selanjutnya, seandainya kita berhasil keluar dari sini Li Yao?” tanya Lan Ci pelan.

"Ada sesuatu yang ingin aku cari di luaran sana Lan Ci."

"Sesuatu apa Li Yao." Tanya Lan Ci

"Aku masih belum bisa menyebutkan itu sekarang padamu, karena mungkin ini juga belum pasti, kita fokuskan dulu untuk keluar dari sini."

Udara di dalam lorong terasa lebih berat malam ini. Bukan hanya karena kelembapan atau bau logam tua yang memenuhi dinding batu, tetapi karena perasaan di dalam dada Li Yao. Perasaan bahwa ini mungkin terakhir kalinya ia berada di tempat ini.

Dengan hati-hati, Li Yao membuka semua rak batu dan lemari tua yang selama ini menyimpan temuannya. Buku-buku lusuh, botol ramuan, serbuk mineral, perkakas alkimia, gulungan catatan kakek Qiao, hingga pecahan artefak yang belum bisa ia pahami. Semua dimasukkan ke dalam tas kulit tua besar yang telah ia siapkan jauh-jauh hari.

Lan Ci membantunya, sesekali terdiam menatap isi rak yang entah sudah berapa abad terkubur di dalam perut tambang ini.

“Kau yakin semuanya akan dibawa?” tanyanya pelan.

Li Yao mengangguk. “Aku tak tahu akan kembali ke sini lagi atau tidak. Tempat ini menyimpan terlalu banyak rahasia…"

Ia menatap altar hitam untuk terakhir kalinya, dan perlahan menyentuh ukiran yang pertama kali ia bersihkan.

“Terima kasih untuk segalanya.” bisiknya.

Dengan satu tarikan napas yang dalam. Ia memanggul tas besar di pundaknya dan menatap Lan Ci.

“Ayo. Sudah waktunya kita pergi.”

Lorong yang mereka lewati kini berbeda. Jika lorong ke altar penuh dengan rak dan ruangan tersembunyi, maka lorong menuju dunia luar lebih sempit, lembap, dan semakin menurun tajam. Beberapa bagian dindingnya dipenuhi akar tua dan kristal batu roh berwarna gelap seolah olah lorong ini pernah hidup, tapi kini hanya tinggal tulang belulang dunia bawah.

Li Yao berjalan di depan memegangi lentera.

“Seberapa jauh lagi?” tanya Lan Ci.

“Sekitar tujuh ratus meter lagi. Aku sempat menandai jalan ini dengan coretan batu,” jawab Li Yao sambil menunjuk simbol melingkar kecil di dinding.

Langkah mereka semakin cepat.

Namun di balik ketegangan itu, mulai terdengar hembusan angin yang datang dari arah depan dengan sangat nyaman.

“Udara luar…” gumam Li Yao. Wajahnya menyala dan penuh kegembiraan

Tapi saat mereka menyusuri kelokan terakhir, tiba-tiba tanah di bawah kaki mereka bergetar ringan. Li Yao langsung menghentikan langkahnya dan mengangkat tangan agar Lan Ci berhenti melangkah.

“Tanahnya bergetar?”

Dari celah kecil di langit-langit lorong, cahaya merah samar mulai muncul. Bukan cahaya siang tapi kilauan dari formasi yang perlahan menyala.

“Apa itu?” tanya Lan Ci.

Li Yao menggigit bibirnya dan Ia mulai meletakkan tasnya sebentar dan menyentuh lantai. Simbol-simbol alkimia kuno perlahan timbul dari tanah dan bercahaya seperti darah membentuk lingkaran.

“Segel… Ini seperti segel pelindung,” gumam Li Yao. “Mungkin segel ini dibuat untuk mencegah sesuatu atau seseorang keluar dari sini, tapi sebelumnya tidak ada segel seperti ini.”

Tetapi cahaya dari liontin di leher Li Yao berdenyut pelan, dan saat itu juga formasi segel di tanah berhenti menyala. Li Yao dan Lan Ci sempat terkejut dengan kejadian ini, tapi saat ini tidak ada waktu untuk berpikir lebih jauh.

Li Yao menggenggam tasnya lagi dan memberi isyarat kepada Lan Ci.

“Ayo cepat, sebelum formasinya aktif kembali.”

Mereka terus berlari tanpa henti dan jalanan yang mereka lewati semakin melebar, di kejauhan seberkas cahaya bulan menyusup dari celah besar di bebatuan.

Mereka akhirnya sampai di celah besar di dinding batu yang dipenuhi semak liar. Dari sana, mereka bisa melihat langit malam terbentang luas, tak lagi terkurung oleh tambang, tak lagi diselimuti oleh jeruji besi.

Li Yao berhenti sejenak matanya berkaca-kaca penuh dengan kegembiraan.

Lan Ci berdiri di sampingnya terdiam. Dunia yang ia lihat begitu luas, tapi juga begitu asing baginya.

“Kita benar-benar berhasil keluar dari tambang…” bisik Lan Ci.

Li Yao memandang ke kejauhan. Gunung, lembah, dan cahaya samar desa-desa kecil tampak jauh di balik bukit.

Ia mengencangkan tali tasnya lalu menoleh kepadanya.

“Kita akan mulai dari sini. Dengan semua yang kubawa… aku akan menemukan jalanku sendiri.”

1
Green Boy
mantap thor
Eko Lana
alur cerita yang bagus dan menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!