Maria bereinkarnasi kembali setelah kematiannya yang tragis oleh tunangannya yang mengkhianati dirinya, dia dieksekusi di kamp konsentrasi milik Belanda.
Tragisnya tunangannya bekerjasama dengan sepupunya yang membuatnya mati sengsara.
Mampukah Maria membalaskan dendamnya ataukah dia sama tragisnya mati seperti sebelumnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27 KEMBALI KE RUMAH MAKAN
Maria tersadar cepat, dia melihat bayangan dirinya pada pantulan cahaya di ubin lantai rumah makan.
"Aku kembali ke rumah makan...", ucapnya sembari tertegun lalu berjalan pelan.
Rumah makan terasa sunyi namun dia dapat melihat Prinsen yang terduduk di kursi dalam kondisi tak sadarkan diri, dengan kedua tangan terikat ke belakang serta mulutnya tersumpal kain serbet.
Maria semakin terhenyak kaget karena mendapati tunangannya pingsan lalu berkata pelan.
"Bagaimana ini bisa terjadi ?" tanyanya.
Maria melangkah mendekati kursi dimana Prinsen duduk.
Betapa tersentaknya Maria saat dia melihat Haven juga disini bahkan kondisinya tak kalah memprihatinkan.
"Haven juga ada disini...", gumam Maria.
Maria menoleh kembali ke arah Prinsen yang masih terduduk pingsan.
"Apa yang terjadi dengannya ?" tanyanya kebingungan. "Dan kenapa aku juga bisa ada disini ???"
Maria mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan rumah makan ini.
Terdiam sejenak lalu menatap ke arah Prinsen dan Haven secara bergantian, tidak ada reaksi dari Haven padahal Maria ada disini.
"Ugh... ?!" keluh Haven yang berupaya bangun dari lantai rumah makan. "Sungguh sialan laki-laki keparat itu, dia menghajar Prinsen hingga babak belur !"
Haven mencoba berdiri tegak namun badannya limbung serta terhuyung-huyung karena rasa sakit yang dia rasakan saat ini.
"Sialan, seharusnya Prinsen sudah menarik pelatuk pistolnya ke arah pelayan itu sehingga dia tidak bisa melawan kami lagi", keluh Haven.
Haven berjalan tertatih-tatih sembari berpegangan erat-erat pada kursi yang ada di dekatnya, dia mencoba menghampiri Maria.
"Bangun, Prinsen !" kata Haven.
Haven terus bergerak mendekati kursi dimana Prinsen terduduk tak sadarkan diri.
"BANGUN, PRINSEN !!!" teriak Haven sekali lagi dan merambat bergerak ke arah Prinsen.
Namun Prinsen tetap terdiam bahkan dia tidak membuka matanya meskipun Haven memangggilnya.
Maria terhenyak diam, tatapannya serius namun menyimpan tanya.
"Apakah Haven tidak melihatku disini ?" tanyanya heran.
Maria melihat Haven berhasil mendekati Prinsen yang pingsan lalu dia mencoba menyadarkannya.
"Prinsen ! Bangun, Prinsen !" panggil Haven seraya melepaskan ikatan kain pada kedua tangan Prinsen.
Haven terlihat sedih bahkan dia merasakan ketakutan jika hal buruk sampai terjadi pada Prinsen sebab dia tak kunjung sadarkan diri.
"Prinsen ! Sadar lah ! Kita harus pergi dari sini sebelum polisi datang kemari !" ucapnya.
Haven membuang kain serbet yang menyumpal mulut Prinsen lalu menangis putus asa.
"Prinsen ! Kita pergi dari sini !" ucap Haven.
Haven memapah tubuh Prinsen yang lemas agar mereka bisa segera pergi.
Sayangnya, usahanya sia-sia karena dia dan Prinsen terjatuh ke lantai, Haven tidak mampu memapah tubuh Prinsen yang berat.
"Aduh... ?!" keluhnya kesakitan ketika badan Prinsen menindih dirinya. "Prinsen, bangun lah !"
Haven menyingkirkan tubuh Prinsen dari dirinya lalu terduduk diam.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang ?" gumamnya pelan.
Haven mengalihkan perhatiannya dari Prinsen yang terjatuh pingsan ke arah sekitar ruangan rumah makan.
Keadaan rumah makan hancur berantakan karena ulah mereka berdua yang menyebabkan kekacauan disini.
"Aku tidak ingin menanggung denda akibat kerusakan rumah makan ini, dan sebaiknya aku segera menyelamatkan diriku sebelum tertangkap tangan", kata Haven.
Haven menoleh kembali ke arah Prinsen yang tergeletak tak sadarkan diri di lantai rumah makan.
"Selagi sepi, aku harus kabur jika tidak aku akan dipenjara", ucapnya.
Haven terburu-buru bangun dari tempatnya terjatuh lalu berlari kabur dan meninggalkan Prinsen seorang diri.
Tampak Haven berlari cepat menuju ke arah pintu rumah makan yang tertutup.
Melihat hal itu, Maria semakin tak mengerti sekaligus kesal karenanya, dia ingin menahan Haven agar dia tidak kabur kemana-mana, tapi bagaimana caranya agar dia bisa menahan Haven pergi sedangkan dirinya tak terlihat oleh Haven disini.
Maria segera teringat akan botol kristal pemberian pelaut lukisan, dia meraba-raba saku gaun panjangnya yang bergaya kolonial.
"Aku menemukannya...", ucapnya.
Tanpa banyak kata, Maria melemparkan botol kristal itu ke arah Haven sambil berucap lantang.
"BERI AKU KEAJAIBAN, CEGAH HAVEN TETAP DI SINI ! JANGAN BIARKAN DIA KABUR !"
Ucapan adalah sebuah doa, dan doa itu terkabul.
Botol kristal misterius itu berubah bercahaya terang serta melesat kencang ke arah Haven yang sedang berlari.
Mendadak saja, waktu berhenti, seluruh benda di ruangan rumah makan ini melayang di udara bahkan tak bergerak lagi.
Maria terpana diam dengan pandangan menatap lurus ke arah Haven.
Tampak sepupu perempuannya itu berhenti berlari, dia tidak bergerak kembali seakan-akan berubah seperti sebuah patung manusia.
"Dan... Kutukan itu terjadi...", ucap Maria.
Maria menghampiri Haven yang berdiri mematung.
"Apakah dia masih bernafas ?" tanyanya penasaran.
Maria menyentuhkan ujung jari tangannya ke arah dada Haven, dan sekali dorongan pelan maka tubuh Haven terdorong jatuh.
Anehnya, ada reaksi dari Haven meski dia tak sadarkan diri.
Maria melihat ekspresi wajah Haven yang berubah terkejut, dengan kedua mata terbelalak lebar padahal sepupu perempuannya itu terdiam mematung.
"Bruuuk... !!!" tubuh Haven terbaring kaku ke lantai ruangan rumah makan yang sunyi ini.
Maria meyakinkan dirinya sendiri, dengan melihat ke arah Haven yang terbujur mematung dan kedua tangannya terulur kaku ke atas.
Digoyangkannya badan Haven berulang kali, untuk memastikan Haven benar-benar tak sadarkan diri, akan tetapi tidak ada respon dari Haven yang tetap terdiam di lantai ruang rumah makan ini.
"Sepertinya, dia benar-benar tak sadarkan diri tapi anehnya, kedua mata Haven masih terbuka terbelalak", ucap Maria.
Maria beralih kepada Prinsen namun kondisi tunangannya itu sudah tak sadarkan diri.
"Tidak perlu repot-repot membuat Prinsen pingsan bahkan aku berharap kau jatuh koma", ucapnya.
Maria berjalan menghampiri Prinsen yang tergeletak tak sadarkan diri, dia melihat bekas memar pada wajah Prinsen.
"Pukulan itu pasti lah menyakitkan... ?!" gumamnya sembari meringis jika membayangkan kejadian itu saat terjadi pada Prinsen.
Maria segera tersadar, dia bergegas pergi namun dia sempat bertanya pada dirinya sendiri.
"Lantas siapa pelakunya yang telah menyebabkan Prinsen dan Haven seperti ini ???" tanyanya masih penasaran.
Maria masih belum menemukan petunjuk apapun disini, tentang apa yang membuat peristiwa di rumah makan ini bisa terjadi bahkan dia sangat keheranan, kenapa Haven tidak melihatnya disini.
"Apakah semua yang terjadi disini adalah efek dari khasiat botol kristal pemberian pelaut lukisan ?" tanya Maria semakin penasaran.
Maria mengalihkan pandangannya ke arah Haven yang terbujur kaku namun masih hidup lalu ke arah Prinsen yang kondisinya tak kalah tragisnya dengan Haven.
"Keadilan memang selalu datang terlambat...", ucapnya sembari menghela nafas panjang lalu melangkahkan kakinya ke arah pintu rumah makan yang tertutup rapat.
Seketika waktu kembali semula saat Maria berjalan pergi.
Keadaan benda-benda di rumah makan yang tadinya melayang-layang di udara, kini seutuhnya kembali pada posisinya masing-masing.
Sedetik kemudian...
Datang sejumlah petugas keamanan bergerak masuk ke dalam rumah makan, mereka sempat berpapasan dengan Maria yang melangkahkan kakinya menuju keluar.
Namun para petugas keamanan yang berpapasan dengan Maria tidak melihat Maria jika dia ada bersama mereka.
Hembusan angin semilir dari arah luar rumah makan menerpa wajah cantik Maria serta melambaikan helaian rambut Maria dalam topi bonnet renda warna biru muda yang masih melekat di atas kepalanya.
Maria tersenyum simpul saat angin mempermainkan topi bonnet miliknya, langkah kakinya sempat terhenti sebentar di depan pintu rumah makan, sedangkan rok panjang gaunnya turut melambai-lambai lembut kala angin menerpanya.
Sekejap saja, Maria menghilang dari arah depan rumah makan yang disertai kilauan cahaya terang bersinar indah, bersamaan itu pula muncul ribuan kupu-kupu berterbangan tinggi membentuk pusaran angin.