Ketika Violetta Quinn, saudari kembar yang lembut dan penurut, ditemukan tak sadarkan diri akibat percobaan bunuh diri, Victoria Thompson tak bisa menerima kenyataan itu begitu saja. Tidak ada yang tahu alasan di balik keputusasaan Violetta, hanya satu kenangan samar dari sang ibu: malam sebelum tragedi, Violetta pulang kerja sambil menangis dan berkata bahwa ia 'Tidak sanggup lagi'.
Didorong rasa bersalah dan amarah, Victoria memutuskan untuk menyamar menggantikan Violetta di tempat kerjanya. Namun pencarian kebenaran itu justru membawanya ke dalam dunia gelap yang selama ini Victoria pimpin sendiri; Black Viper. Jaringan mafia yang terkenal kejam.
Di sanalah Victoria berhadapan dengan Julius Lemington, pemilik perusahaan yang ternyata klien tetap sindikat Victoria. Tapi ketika Julius mulai mencurigai identitas Victoria, permainan berbahaya pun dimulai.
Victoria masuk dalam obsesi Julius.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7. SIAPA DIA?
Victoria menutup pintu ruang Leon dengan perasaan campur aduk. Napasnya berat, dadanya sesak. Ia masih bisa merasakan sisa ciuman di bibirnya, ciuman yang tidak seharusnya terjadi. Leon benar-benar mengira dia adalah Violetta, bukan Victoria. Adiknya. Adik kembar yang kini terbaring di rumah sakit.
Tapi bisa-bisanya Leon mencium seorang perempuan seperti itu, terutama untuk perempuan yang lembut seperti Violetta.
"Bajingan," desis Victoria pelan. Ia menahan diri agar tidak menendang pintu. "Dia menciumku seolah aku ini Violetta. Astaga, kalau bukan karena penyamaran ini aku sudah patahkan lehernya. Jangan bilang dia mencium Violetta sekasar itu selama ini. Benar-benar mencari mati."
Victoria menarik napas panjang, menenangkan diri dari omelan panjang tak berujungnya.
Ia berjalan cepat di koridor, menunduk agar tidak menarik perhatian siapa pun. Tapi langkahnya yang tergesa membuatnya menabrak seseorang di tikungan. Tubuhnya oleng dan hampir jatuh.
Untung saja pria itu refleks menahan pinggangnya. "Hei, pelan-pelan," ucap pria itu dengan nada menggoda. "Kau suka sekali menabrakku, atau itu caramu menggodaku?"
Victoria langsung menegakkan tubuh. "Aku ... maaf, aku tidak sengaja."
Pria itu menatapnya dengan ekspresi sulit ditebak. Tapi tiba-tiba rautnya berubah drastis, dahinya berkerut dalam. Ada amarah tampak di wajahnya entah karena apa. Ia memegang dagu Victoria dan mengusap bibirnya dengan ibu jari.
"Siapa yang melakukannya?" tanya pria itu tiba-tiba.
"Apa?" Victoria mundur setengah langkah. "Maksudmu apa?"
"Siapa yang berani menyentuhmu?" Nada suara pria itu naik, penuh kemarahan. "Lipstikmu berantakan. Ada yang menciummu, kan?"
Victoria memandang pria itu dengan bingung. Kenapa dia semarah itu pada Victoria yang bahkan untuk gadis itu saja tidak pernah lihat di kantor ini.
"Aku tidak tahu siapa kau, tapi tolong lepaskan-"
Pria itu menggeram pelan, lalu mengambil sapu tangan dari sakunya dan mengelap bibir Victoria tanpa izin. "Pasti si brengsek itu yang melakukannya. Akan kuhajar dia nanti. Berani sekali menyentuh wanitaku seperti ini."
"Wanitamu?" Victoria menahan tangannya. "Tunggu, apa maksudmu 'wanitamu'? Aku bahkan tidak mengenalmu!"
Pria itu seperti tersadar akan ucapannya sendiri, lalu menghela napas panjang dan menatap Victoria lebih lembut, tapi matanya masih tajam. "Kau benar-benar tidak mengenalku?"
"Tidak. Jadi katakan siapa dirimu?" jawab Victoria tegas.
Sebelum pria itu sempat menjawab, suara lain terdengar dari ujung koridor. "Julius! Kau di sini rupanya! Aku mencarimu sejak tadi!"
Pria yang datang itu, berjas rapi dengan map di tangan, berhenti di depan mereka. "Kau meninggalkan rapat dewan tanpa izin lagi! Aku hampir-" Ia berhenti bicara ketika matanya menangkap Victoria. "Violetta?" katanya, terdengar ragu.
Victoria menatap pria yang baru datang itu dengan penuh kebingungan.
Pria yang memegang Victoria menoleh santai. "Henry, berhenti mengomel seperti wanita tua. Aku hanya butuh udara."
Henry mendengus. "Kau memang menyebalkan, Julius. Tapi dia ..."
Victoria melihat Henry menatapnya dengan pandangan penuh penilaian dibalik kacamata yang digunakannya. Victoria tahu dengan pasti, pria bernama Henry ini adalah tipe orang yang cukup perlu diwaspadai oleh Victoria, karena kemungkinan pria itu mengenali Victoria bukan Violetta. Dan itu tidak boleh sampai terjadi. Victoria belum selesai urusannya di sini.
"Henry, tutup mulutmu," potong pria itu cepat.
Henry menuruti ucapan Julius yang jelas terdengar sebuah perintah.
Julius menatap Victoria lagi. "Aku Julius. Julius Lemington." Ia mendekat sedikit, suaranya menurun menjadi lebih rendah. "Jangan lupa saat kita ketemu lagi, Baby. Dan jangan biarkan siapa pun menyentuhmu lagi, atau aku akan patahkan setiap tulang mereka."
Victoria menatapnya tak percaya. "Kau ... gila."
Julius tersenyum, lalu berbalik menuju lift diikuti Henry. Tepat sebelum pintu tertutup, Julius menoleh dan menyeringai. Tatapannya membuat Victoria merinding.
Begitu mereka menghilang, Victoria berdiri terpaku. "Julius Lemington?" gumamnya. "Siapa sebenarnya orang itu?"
Ia buru-buru kembali ke meja kerjanya dan mengambil ponsel. Ia mengirim pesan ke kakaknya:
'Aiden, tolong cari tahu siapa Julius Lemington.'
Tak sampai lima menit, balasan datang:
'Julius Lemington, CEO DeLuca Company. Klien tetap Black Viper. Paman Leon, kekasih Violetta.'
Victoria menatap layar ponselnya lama. "Paman Leon ... dan klien Black Viper?" katanya pelan. "Damn, ini semakin gila. Apakah Violetta ada hubungannya dengan Julius ini? Tentu saja, tidak mungkin pria itu bisa bersikap seakrab itu denganku tadi, dia pasti ada hubungannya dengan Violetta."
Victoria menatap sebal ponselnya. Entah kenapa usapan sapu tangan Julius lebih meninggalkan jejak di bibir Victoria dibandingkan ciuman Leon tadi.
Sementara itu, di dalam mobil hitam yang meluncur meninggalkan gedung, Henry melipat tangannya di dada.
"Apa sebenarnya yang terjadi, Julius? Bagaimana bisa dia ...."
Julius menatap keluar jendela, matanya memantulkan lampu kota. "Dia selalu menarik, 'kan?"
Henry mengernyit. "Kurasa kau sudah tahu tentang ini."
Julius hanya tersenyum samar. "Tentu saja. Aku akan selalu tahu tentang dia. Tidak ada yang lebih tahu dibandingkan aku."
Henry menatapnya tajam. "Berhentilah bersikap posesif. Kau sudah cukup mengerikan hanya dengan diam dan kau sekarang harus seperti sikopat gila yang kesenangan mengejar mangsa."
Julius tidak menjawab. Ia hanya menatap ke depan, masih dengan senyum yang membuat Henry gelisah.
"Julius, aku serius. Kau harus fokus dengan tujuan kita."
"Tentu saja, tujuanku masih sama. Mendapatkan DeLuca di tanganku, dan juga mendapatkan My Little Devil," ujar Julius dengan senyum yang mungkin jika orang lihat akan membuat siapa pun merinding.
Henry mendesah panjang. "Kau selalu seperti ini."
"Aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan, ingat. Baik DeLuca, maupun gadis itu," kata Julius.
Henry hanya bisa menggeleng, menyadari ia tak akan mendapat jawaban lain. Ia melirik Julius yang masih menatap jendela, dan senyum tipis di wajah pria itu membuat udara di dalam mobil terasa dingin. Tahu bahwa atasan sekaligus temannya ini jika sudah menyukai sesuatu akan berbuat apa pun untuk mendapatkannya.
Di kantor, Victoria menatap layar komputernya tanpa fokus. Ia mencoba mengalihkan pikiran dengan pekerjaan, tapi otaknya terus kembali pada Julius, CEO DeLuca. Klien ayah mereka.
Victoria menatap refleksi dirinya di monitor dan bergumam, "Apa hubunganmu dengan semua ini, Julius? Kau ada hubungan dengan Violetta?"
Ponselnya bergetar lagi. Aiden mengirim pesan baru:
'Hati-hati dengan Julius. Namanya sering muncul di catatan transaksi rahasia ayah. Dan ... beberapa laporan mengatakan dia punya reputasi berbahaya.'
Victoria menggigit bibir. "Berbahaya?" Ia menutup ponselnya dan menyandarkan kepala. "Bagus. Satu lagi pria berbahaya dalam hidupku."
Ia menatap langit-langit kantor dan menarik napas dalam. "Violetta, apa yang sebenarnya kau sembunyikan dariku? Kenapa banyak orang berbahaya di sekitarmu?"
Hujan di luar mulai turun pelan. Victoria memandang ke jendela dan berbisik pada dirinya sendiri.
"Siapa yang harus aku hancurkan lebih dulu. Aku mulai malas bermain halus sekarang?"
makin seru Victoria luar biasa mendalami peran nya hehe
semoga rencana Julius dan Victoria berhasil
semangat juga thor 💪
Sean obsesi bgt ke Victoria
boleh nggak sih ku gempur itu retina si sean thooorr ??😡😡😡😡
badai pasti berlalu
semangat Vivi, pelan-pelan pasti kamu bisa .
Julius selalu bantu Vivi biar dia kuat dan bisa menghadapi semuanya