" Sekali berkhianat maka sampai kapanpun akan terus menjadi pengkhianat".
Begitulah kalimat yang menjadi salah satu sumber ujian dari sebuah hubungan yang sudah terjalin dengan sangat kokoh.
" Orangtua mu telah menghancurkan masa depanku, makan tidak menutup kemungkinan jika kamu akan menghancurkan pula anakku. Sebelum itu terjadi aku akan mengambil anakku dari hubungan tidak jelas kalian berdua".
Cinta yang sudah terbentuk dari sebuah kesederhanaan sampai akhirnya tumbuh dengan kuat dan kokoh, ternyata kalah dengan sebuah " Restu" dan "keegoisan" di masa muda adalah sebuah penyelesalan tiada akhir.
Berharap pada takdir dan semesta adalah sebuah titik paling menyakitkan secara sederhana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Setelah selesai dengan drama percemburuan dan juga bujuk-membujuk akhirnya kini keduanya telah berada disalah satu tempat favorit mereka dulu, bukan bermaksud membuka luka lama hanya saja kembali bernostalgia dengan kenangan indah dimasa lalu tidak ada salahnya.
Kembali datang dengan orang yang sama jika sore tadi terasa cukup tegang dan juga panas, kini malam ini terasa cukup tenang dengan hembusan angin yang cukup lembut diantara daun yang menjuntai lembut dengan tarian khas dibawah temaramnya cahaya lampu taman.
Diantara rasa sunyi yang hadir kini kedua pasangan itu tengah duduk berhadapan dipisahkan oleh meja kayu sebagai pembatas, namun tidak bisa menutupi genggaman tangan keduanya diatas meja yang bisa dilihat oleh siapapun tidak lupa dua cangkir kopi hangat dengan uap yang masih timbul diatas permukaan air.
Setelah lima tahun berlalu sejak mereka duduk bersama dimalam terakhir, dan kini kembali datang dengan status calon suami istri dengan dua cincin yang bertengger dikedua jari tangan Liora. Tidak ada air mata, ketegangan z apalagi amarah yang dulu sempat hadir bahkan mengubur segala rencana yang telah disiapkan.
Liora kini menatap wajah lelaki dihadapannya dengan senyuman penuh kebahagian, wajah Arga terlihat lebih dewasa meskipun ada garis halus dibawah matanya namun masih ada ketenangan yang selalu hadir dalam dirinya meskipun sempat kehilangan lima tahun lalu.
Hidup selucu ini yaa... Dulu kita sempat berpisah dengan perasaan yang sama-sama merasa paling benar. Ternyata rasa cinta yang besar saja tidak cukup jika Restu tidak didapatkan, aku sempat berpikir jika waktu akan merubah perasaan bahkan bisa membuat aku melupakanmu. Tapi semua itu salah, ternyata waktu yang membuat aku semakin belajar jika ada beberapa hal dalam perasaan kita yang tidak akan pernah benar-benar hilang - hanya menunggu waktu yang tepat dengan perasaan yang siap untuk kembali dibicarakan.
" Sayang, kenapa liatin aku dalem banget sih. Ngeri bener". Arga yang sejak tadi merasa aneh karena Liora menatapnya tanpa merubah posisi duduknya.
Liora tersenyum tipis dengan kepalanya menggeleng pelan.
" Kami tahu Honey? Aku bahkan masih ingat malam dimana kita berpisah, kamu masih sempat bilang " Mungkin suatu hari nanti jika semesta lebih berpihak, kita akan kembali bersatu dengan luka yang telah sembuh " aku sempat berpikir, apakah itu hanya kata-kata pemanis saja?... Ternyata kamu benar-benar menepati ucapanmu".
" Aku laki-laki Sayang, dimana ucapan yang keluar dari mulutnya harus dipertanggungjawabkan. Lima tahun itu bukan waktu yang sebentar Sayang, banyak perubahan yang kita lalui..." Arga tersenyum dengan ibu jari yang masih mengusap punggung tangan Liora.
" Semenjak kita kembali, baru kali ini kita bisa berbicara seperti ini. Jadi, bolehkah aku tahu apa saja yang sudah kamu lalui setelah kejadian itu?".
" Tentu saja banyak hal salah satunya keras kepalaku, kamu tahu dulu bagaimana aku keras kepala dengan sikapku... Selalu ingin semua hal berjalan sesuai keinginan bahkan caraku sendiri...."
Arga menarik nafasnya pelan dengan tatapan masih fokus pada Liora.
" Aku pikir cinta bisa mengubah bahkan melawan segalanya termasuk restu orangtua, tapi semuanya salah. Semenjak itu aku terus belajar memperbaiki diri jika semua yang kita inginkan adalah bentuk dari sebuah tanggung jawab. Lima tahun aku belajar memperbaiki ego dengan susah payah, belajar untuk menjadi seorang lelaki yang tidak hanya mencintai saja... Tetapi juga bisa meyakinkan".
Liora tersenyum lembut mendengar penjelasan dari Arga, benar-benar sudah berubah.
" Honey... Kamu benar-benar telah berubah ya, aku bangga padamu. Sekarang kamu terlihat lebih tenang, bahkan lebih bisa menahan dan tidak mudah tersinggung. Aku juga salah karena terlalu banyak diam dan memendam, padahal usaha dan kepekaan hadir karena komunikasi. Aku berpikir jika diam bisa menjaga perasaan dan hubungan kita tapi ternyata diam membuat kita jauh bahkan berpisah".
Tatapan keduanya kini bertemu dengan helaan nafas lega.
" Semua ada prosesnya, Sayang. Kita sekarang sama-sama belajar dengan tidak melupakan sebuah keterbukaan satu sama lain, Ya?"
" Iya, sebenernya aku sempat menyesal, mungkin jika waktu itu kita tetap bersama tanpa restu tanpa kedewasaan... Hubungan kita akan benar-benar berakhir".
Arga kini menyadari suara Liora sedikit bergetar seolah menahan tangis, dengan cepat dirinya langsung berpindah duduk disamping sang kekasih.
" Jangan disesali... Sekarang kita sudah mendapatkan restu bahkan sudah aku ikat tanganmu tinggal menunggu Kak Rayyan saja".
" Aku tidak tahu apakah saat ini Tuhan sedang memberikan kita kesempatan kedua, atau memang menutup lingkaran yang dulu belum terbentuk sempurna... Tapi aku akan menjalani semua ini dengan lebih bijak dan tentu saja tidak akan membiarkan waktu mencuri kesempatan lagi".
Liora langsung masuk kedalam pelukan sang kekasih dengan mata yang sudah basah, Arga benar-benar membuktikan ucapannya apalagi kini perubahan itu terasa sangat nyata.
" Lima tahun aku belajar mencintai diriku sendiri, setelah kamu pergi aku tidak pernah berharap ada orang lain yang mencintaiku... Dan sekarang Tuhan menyatukan kita kembali aku ingin kita tumbuh bersama saling memahami".
" Kita akan selalu bersama... Saling mencintai dengan cara yang benar, Sayang".
" Aku kembali bersamamu untuk membuktikan, memahami dengan versi terbaik diri kita". Arga mengusap lembut rambut yang kini sedikit kusut terkena angin.
" Terimakasih sudah kembali dengan sebuah perubahan yang besar dan nyata, Honey".
Tidak ada janji yang berlebihan keluar dari mulut keduanya, dua orang yang akhirnya kembali bersatu dengan saling memahami jika waktu tidak memisahkan -- waktu hanya memberikan waktu untuk keduanya saling menyadari dan kembali memahami jika ada ruang yang masih tersisa untuk mereka isi dengan saling bertumbuh bersama.