"umurku 26 tahun, jika ingin melakukan seks knpa memang walau hanya main main, Tak semua seks itu dengan perasaan serius" sahut Jovanka ketus. Sean cukup tercekat mendengarnya, bahkan terdiam, hanya tangannya semakin erat mencengkram pinggang Jovanka tanda bahwa emosinya mulai terpancing. "Kau telat sekali ingin memulai di umur 26 tahun" ejek Sean, . "Tidak ada yang telat jika menyenangkan" ucap Jovanka seolah membalas ejekan sean. "Jadi kau senang melakukan nya dengan ku?" tanya Sean dengan wajah yang sangat menyebalkan Skak, jovanka tidak Bisa berkata-kata lagi, " Bukan begitu jugaa" sahut jovanka gugup mengalihkan pandangannya ke arah lain. **** "Astagaaaaaaa aku juga akan menjalani kontrak pernikahan" teriak Jovanka tak terima. "Jovanka, siapa tahu saat berjalannya waktu kalian bisa saling jatuh cinta" ucap Vivian ibunya dengan lembut. "Itu lebih tak mungkin lagi,! teriak jovanka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lian14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Punya Penyakit Jantung?
Sean mendelik jam tangannya,sudah hampir habis waktu dan dia belum sholat ashar. ,"Tuan aku sholat sebentar" ucapnya meminta ijin meninggalkan pekerjaannya sebentar
"Hhmm" gumam Morgan masih dengan berkas berkasnya. .
Sean beranjak keluar ruangan Morgan menuju mushola di rumah mewah keluarga wijaja, Letaknya berada di belakang rumah utama,menuju kesana dia harus Melewati taman samping rumah, ,biasanya mushola itu dibuat untuk para pelayan dan karyawan yang beragama muslim untul sholat,
Walau keluarga wijaja muslim, mereka malah tidak pernah sholat disana,tepatnya tidak sholat dimana pun,satu satunya pelajaran yang di lewatkan keluarganya untuk anak cucunya " Agama"
Sean melihat jovanka yang duduk sendirian melamun di gajebo besar di taman rumahnya, matanya fokus menatap kolam ikan tak jauh dari duduknya pun Sean yang hanya berlalu melewatinya menuju mushola tanpa menegurnya,Setelah mengerjakan sholatnya, Sean berencana kembali ke ruangan morgan.
Matanya kembali melihat Jovanka yang masih duduk di tempatnya sedari tadi walau hari sudah mulai gelap,langkah kaki nya mendekat ke arah jovanka dan ikut duduk di ujung gajebo tak jauh dari duduk wanita yang masih sibuk mengibaratkan dirinya dengan ikan itu. .
Saking asiknya melamun, Jovanka tidak menyadari bahwa Sean sudah ikutan duduk di gajebo tak jauh darinya.ia berkali kali menghela nafasnya yang terasa sesak.
"Kalo jadi ikan enak kali ya" gumam Jovanka bermonolog masih menatap kolam ikannya membuat Sean mengerutkan keningnya mendengar nya yang bermonolog, matanya beralih menatap jovanka di sampingnya.
"Berenang kesana kemari,kalo lapar di kasih makan" gumamnya lagi."Tapi kalo gemuk bisa dimasak,Berarti jangan gemuk gemuk" ucapnya terus bermonolog. ."Tapi kalau ikan hias tidak bisa dimasak,Berarti boleh menjadi gemuk" ucapnya lagi
Sean tersenyum mendengarnya, Dia ini kenapa random sekali Fikir nya.
"Tapi kalo lupa di kasih makan juga bisa mati,kan dia tidak bisa cari makan sendiri" gumam Jo lagi."Mengerikan juga ya mati kelaparan" sambungnya
"Iya ngeri sekali " sahut Sean.
"Astagaaa" hentak Jovanka yang terkejut menyadari ada Sean di sampingnya."Astagaaa om mengagetkan saya saja, kamu seperti hantu" bentak Jo, yang membuat Sean menengadahkan wajahnya tertawa gelak.
"Aku sedari tadi Disini, kau hanya sibuk mengibaratkan dirimu jadi ikan" ucap Sean mengejek Jovanka yang terlihat malu bahkan pipinya yang putih dan berisi bersemu memerah,
" aaah malah ke geep saat aku bersikap aneh" sahut Jo membuat Sean kembali tertawa mendengar nya,padahal dia sangat jarang tertawa seperti itu, senyum pada orang saja dia sangat sulit, apalagi sampai tertawa keras.
"Pusing ya?" Tanya Sean lagi.
Jovanka menghela nafasnya panjang, "Kau sudah dengar kan tadiii" ucap nya lelah.
"Hmmm" gumam Sean. "Emosi mu memang seperti itu ya?" Tanya Sean ikut menatap ikan ikan yang berenang.
"Hmmm. Aku punya Masalah kontrol emosi" sahut Jo lirih,
"Tapi kau setelah marah bisa langsung baik baik saja ya, seperti sekarang" ucap Sean lagi. .
"Hmm, aku biasanya tak bisa marah berlama lama, tapi saat marah aku tak bisa mengontrolnya, aku jahat saat marah, Mengerikan ya?" tanya nya lagi lalu tertawa
"Sedikit" sahut Sean masih menatap ikan, dia tak berani menatap Jovanka
, "kau jujur sekali" sahut Jovanka tertawa pun dengan Sean yang tersenyum mendengarnya " aku tak suka berbohong" sahutnya.
"Hhmmm bagus lah, Kamu tidak perlu berbohong apa lagi sama saya " sahut Jo lagi.
Kembali Sean tertawa mendengarnya. Lalu Mereka kembali diam beberapa saat, sampai Sean membuka pembicaraan lagi. "Tapi seperti nya sekertaris Sam bisa meyakinkan kakak mu" sahut Sean lagi.
Jovanka mengangkat kepalanya, menatap Sean."Apanya" sahut nya
"Ya meyakinkan kakak mu"
"Untuk apa?" sahut Jo lagi.
"Kau tetap menjadi dokter" sahut Sean. .
Jovanka dengan cepat mendekat ke arah Sean dan meraih lengan kokohnya den memegangnya erat. "Beneran om, kak Morgan akan mengijinkan aku jadi dokter lagi?" tanya nya begitu semangat.
jantung Sean langsung berdetak kencang saat Jo memegang lengannya,Dia Tidak pernah mendekat atau membiarkan perempuan mendekat ke arahnya, apa lagi sampai menyentuhnya walau hanya memegang tangan,Bukan karna tidak normal, dia hanya menjaga dirinya agar tidak melewati batas,
Dia paham sekali, sekarang kehidupannya dekat dengan maksiat, uangnya banyak,jabatan, wajah dan tubuhnya sangat menarik,
Banyak perempuan yang sukarela mau tidur dengan nya, bahkan sudah sering Sean di goda wanita yang sukarela ingin menyerahkan dirinya,
Ada apa ini, kenapa jantungku berisik sekali fikir Sean. ."Iya" sahut Sean ,sambil memegang dadanya
Walau membuatnya gugup, ia tak berniat menepis tangan Jo dari lengannya seperti biasanya dia menolak perempuan perempuan yang menggoda nya sekalipun itu anak para petinggi perusahaan lain.
"Kenapa?" tanya Jovanka bingung melihat Sean memegang dadanya.
"Tidak" sahut Sean salah tingkah.
"Kamu sakit om?" tanya nya khawatir ikut memegang dada bidang Sean. "Ada apa?" Tanya Jovanka khawatir lalu menempelkan telinganya ke dada Sean "Jantung mu berdebar kencang?"ucap Jovanka semakin khawatir.
"Aku tidak apa apa" sahut Sean, lagi lagi dia tak bergerak sama sekali menjauhkan Jovanka dari tubuhnya.
"Kau punya riwayat sakit jantung?" Tanya Jo mencoba mendiagnosa nya.
"Tidak" ucap Sean semakin gugup karna wajah jo berada sangat dekat dengan wajahnya.
"Kau baru minum obat, kopi ,atau alkohol?" Tanya Jovanka mendekatkan hidungnya ke mulut Sean.
Astaga mati aku ucap Sean dalam hati, bukan karna Jo mencium bau mulutnya, dia sudah sikat gigi tadi sebelum sholat.Tapi berada sedekat ini, bisa bisa aku kelepasan menciumnya fikir Sean memundurkan wajahnya.
"Heeh tunggu" ucap Jo menahan tengkuk Sean dan mendekatkan hidungnya dengan hidung Sean untuk mencium nafasnya. .
Sean memperhatikan tiap inci wajah Jovanka, kulit wajahnya putih mulus nyaris tanpa pori pori dan noda,alis lengkungnya yang rapi,Di tambah mata coklatnya yang besar dan indah ,matanya seperti mata boneka cantik di layar tv saat aku kecil fikirnya.bulu matanya yang tebal dan lentik tanpa mascara,hidung mancungnya yang kecil dan lancip sempurna.
Pipinya yang sedikit tembem kenyal seperti squishy,aaah kalau dia boneka ku gigit pipinya fikir Sean.Matanya Lalu turun ke bibir merahnya walau terlihat jelas dia tidak menggunakan lipstik.
Di tambah aroma muskrose lembut dari tubuhnya. Sean bahkan membayangkan rasa bibir itu pasti sangat manis fikirnya.Oh Tuhan. Ada apa dengan otak ku, fikir Sean, ini pertama kalinya iya melihat wanita dan merasa sangat ingin menciumnya.
Biasanya walau di goda iya enggan melirik perempuan sekalipun itu sangat cantik.
"Bukan bau alkohol, bau mint" ucap jovanka menjauh. "Aku ambil stetoskop ku dulu" ucapnya ingin pergi , membuat Sean menahan tangan Jovanka dengan cepat,
"Tidak usah" cegahnya.
"Kenapa? Kau harus di periksa" ucap Jo khawatir. .
"Aku sungguh tidak apa apa" ucap Sean masih menggenggam tangan Jovanka yang terasa sangat lembut di tangannya.
Jovanka meletakan tangannya kembali di dada Sean."Masih berdebar ucapnya
"sungguh tidak apa-apa" ucap Sean menarik turun tangan Jo dan masih menggenggam nya.Dia menggenggam kedua tangan Jovanka, serakah sekali aku, aku bahkan ingin meraup tubuhnya dan memeluknya erat Fikir Sean.
"Oke" ucap Jovanka menarik tangannya yang masih erat di genggam Sean, bahkan Sean seperti tak berniat melepasnya.
"Om maaf , tanganku" ucap Jo pada Sean yang lekat menatap wajah nya. ..
"Ah maaf" sahut sean tersadar dan melepas cepat tangan Jovanka
Mereka duduk dengan canggung sama sama salah tingkah."Aku kembali ke ruang kerja kakak mu"ucap Sean semakin gugup berjalan pergi meninggalkan Jo yang memandangi punggungnya menjauh
"Apa dia punya penyakit jantung?" Sepertinya iya gumammya
Jo lalu teringat kalimat Sean yang mengatakan Morgan akan menyetujui nya kembali jadi dokter hal itu cukup membuat Bibirnya tertarik untuk senyum
## mau aku maraton upload, bantu like dan tinggalin komentar yaaaaa