Saudara Rasa Pacar

sesuai janji, Mia dan Lucas bertemu di lobby hotel sesuai dengan perjanjian.

"sayang, kenapa harus disini? kenapa kita ga dikamar aja?" tanya Lucas sambil berjalan ke arah Mia yang terlihat lebih dahulu sampai di lobby.

"pintu kamar lo, lo kunci ga?" ucap Mia enggan menjawan pertanyaan Lucas sebelumnya.

"sudah.." jawab Lucas dengan ekspresi bingung memenuhi wajahnya.

"bagus.. kalau gitu kita bisa keluar sekarang.."

Mia berbalik, berjalan begitu saja menuju ke arah pintu keluar hotel.

Lucas yang tidak paham, hanya bisa menunjukkan wajah bingung, sambil kakinya melangkah cepat mengikuti Mia.

"kita mau kemana?" tanya Lucas yang sekarang posisinya sejajar dengan Mia.

"nyari tempat buat ngobrol.." ucap Mia serius.

"??" Lucas dengan wajah bingungnya melirik ke arah Mia.

***

Pada akhirnya Mia dan Lucas mendatangi sebuah cafe yang ada disekitaran hotelnya, dan langsung memesan 2 buah kopi.

"kamu mau bicara apa sih? kok kayaknya serius banget?" tanya Lucas sambil terus memandangi Mia yang duduk di depannya.

"Lucas, lo serius mau kayak gini terus?" tanya Mia dengan ekspresi serius.

"??? ...kayak gini terus?? memangnya aku gimana?" Lucas mengkerutkan alisnya, tidak mengerti dengan pertanyaan Mia.

"yaa kayak gini? bersikap seolah olah kita ini punya hubungan khusus.." jelas Mia dengan nada suara sedikit naik.

"Mia, apa maksud kamu?" Lucas menatap serius Mia, dia tidak mengerti kenapa Mia berucap seperti itu, bukankah mereka berdua memang memiliki hubungan.

"Lucas.. udah gue bilangin berkali-kali, kita ga bisa selamanya kayak gini.. lo saudara gue sekarang.." Mia menurunkan suaranya, berucap lembut mencoba memberi Lucas pengertian.

mata Lucas sontak membelalak. "jadi lo mau nolak gue lagi?" ucap Lucas dengan suara serak bercampur kesal.

"bukan gitu.. tapi buat sekarang bisa ga kita bersikap biasa aja." Mia menjawab cepat dengan nada frustasi. "maksud gue, kita kan masih kecil, masih sekolah.. uang jajan aja masih minta sama ayah.. jadi bisa ga buat sekarang sekarang ini kita jadi saudara yang normal aja, nanti kalau kita udah besar udah dewasa baru deh..." Mia mencoba menjelaskan, namun ucapannya terputus begitu saja akibat Lucas yang menyela.

"Mia, kita bukan bocah!! kalau kita mau, kita udah bisa punya anak sendiri!! gue ga mau jadi saudara lo, gue mau jadi pasangan lo!!" ucap Lucas dengan wajah serius dan kalimat penuh penekanan.

"yaa tapi..." Mia hendak membantah, namun lagi lagi Lucas menyela.

"Sayang, lo ga usah khawatir, kita bisa jalani hubungan backstreet selama yang lo mau, sampai nanti kita cukup dewasa buat ngakuin hubungan ini ke orang tua kita.. hubungan kita ga salah, dari awal kita memang ga punya hubungan darah atau apapun itu.. secara teori, mereka ga berhak buat ngelarang kita pacaran."

Mia menghela nafas panjang. "gue tau.. gue ngerti apa yang lo maksud.. tapi pernah ga lo kepikiran kalau hubungan kita ketauan dalam waktu dekat?" ucap Mia serius. "ayah, mama.. mereka baru aja bahagia.. kalau mereka sampai tau hubungan kita, apalagi tau kita udah sampai tidur bareng, lo kebayang ga perasaan mereka.. gue ga bilang kalau hubungan kita salah, tapi waktunya yang salah.. kita ga bisa lanjutin hubungan ini sekarang.."

"jadi maksud lo, gue harus nunggu lagi gitu? ...gue ga bisa Mia!! gue ga bisa bersikap biasa aja kalau di depan lo.. bersikap seolah-olah kita saudara tiri yang baik.. gue ga bisa!!" ucap Lucas dengan suara kesal.

"terus, jadi mau lo apa?" Mia mulai kesal dengan semua obrolan yang berputar putar ini.

"yaa kayak tadi, kita pacaran backstreet, diem diem dibelakang mama sama ayah.." Lucas memandang serius ke arah Mia.

Dalam tatapannya bahkan tidak ada keraguan, seolah keputusan itu harga mati yang tidak bisa ditawar lagi.

Mia berfikir sejenak, kepalanya penuh dengan semua tingkah gila Lucas belakangan ini, bagaimana dia merayu dan terus menerus mendekati Mia tanpa batasan, Mia akhirnya tidak punya pilihan.

"hmm.. dari pada dia terus terusan begitu, mending gue secara langsung yang kasih batasan ke dia.."

"yaudah, kalau gitu kita bisa balikan.."

mendengar itu, wajah Lucas seketika langsung cerah. "sayang, kamu serius?"

Mia mengangguk. "iyaa. asal dengan beberapa syarat.." jawab Mia tegas.

"..." Lucas diam, mencoba menyimak setiap ucapan Mia.

"gue ga mau lo secara terang terangan ngerayu gue lagi!! baik disekolah maupun dirumah, lo harus bersikap biasa aja ke gue.." ucap Mia sambil menunjukan jari telunjuknya tanda satu.

"hah? mana bisa gitulah!! itu mah sama aja kayak kita ga pacaran!" bantah Lucas cepat.

"Lucas, jangan lupa kita backstreet! jadi gue ga mau sampai ada siapapun yang tau tentang hubungan kita.." Mia menjelaskan dengan serius.

"yaa tetep aja.. ga mau ah gue.. gue pacaran sama lo karna gue suka sama lo, gue mau manja manjaan sama lo setiap saat, bukan malah jadi berjarak gini.." bantah Lucas lagi.

"ya ga bisalah.. lo gila apa mau manja manjaan setiap saat!!" jawab Mia cepat penuh emosi.

"yaa mangkanya syaratnya ganti.. ga mau gue!!"

Mia menghela nafas panjang. "Lucas, dengerin gue.. disekolah, lo ada Zee, dirumah ada orang tua kita.. jadi kita ga bisa seenaknya.."

"Zee?? ngapain lo mikirin dia?! nggak ah, syarat lo ga masuk akal.. ganti.." Lucas dengan suara manja dan alis berkerut, terus meminta Mia mengganti syaratnya.

"yaudah.. gimana kalau setiap bulan gue kasih lo waktu buat manja manjaan ke gue.."

"cih, sebulan sekali.. ogah gue!! gue mau tiap hari.."

"heh, otak lo dipake!! binatang lo ya!! lagian lo mau duit dari mana nyewa hotel setiap hari, hah!!" pekik Mia kesal.

mendengar itu bukannya marah, mata Lucas malah terlihat cerah.

"hotel? maksud lo gituan ya?"

"..." Mia menatap bingung, bukankah memang sedari tadi kita sedang membahas itu?!

"padahal gue ga maksud kesana loh.. maksud gue tadi manja manjaan sama lo itu, pelukan, ciuman, pegangan tangan.. ahh, ga nyangka gue kalau lo mikir gituan.." Lucas tersenyum cerah memandang Mia yang wajahnya seketika berubah setelah mendengar semua ucapan Lucas.

antara malu dan kesal, Mia hanya bisa mengepalkan tangannya di paha.

"sialan!!"

sempat sunyi beberapa saat, sepertinya Mia dan Lucas sedang sibuk dengan fikirannya masing-masing.

"yaudah.. kalau gitu gue setuju.." ucap Lucas memecah keheningan. "tapi gue juga ada syarat.." lanjutnya berucap.

"apa?" jawab Mia menatap serius ke arah Lucas.

"setiap gue chat, bales.. gue ga mau lo ngabaian gue.. mulai sekarang, berangkat, sama pulang sekolah juga pokoknya sama gue.. sama kalau ada kesempatan dirumah, gue mau peluk lo sebelum tidur, setiap hari.."

Mendengar itu, Mia menyergitkan alisnya. "kalau buat bales chat sama anter jemput sekolah, gue sih okeoke aja.. tapi buat pelukan tiap malem, lo ga salah?!"

"yaaa kan kata gue kalau ada kesempatan.. ga lama kok, paling 10 detik.. lagian kalau malem mama sama ayah ga pernah ada yang ke lantai 2 lagi.."

Mia berfikir sejenak. "hmmm.. oke.."

"yaudah.. kalau gitu deal ya.." ucap Lucas dengan ekspresi bahagia memenuhi wajahnya.

Mia mengangguk, bibirnya juga seketika ikut tersenyum lembut seperti merasa lega.

meski pada akhirnya Mia tidak bisa menghindari untuk tidak berhubungan lagi dengan Lucas, setidaknya, Mia bisa membuat hubungan ini menjadi lebih sehat.

"mungkin"

...****************...