"Aku tidak akan menikah!" Peony Thamyta.
"Kalau begitu, pergi dari rumah ini." Darius Sedjatie.
Peony, gadis yang selalu di kurung ayahnya dalam sangkar emas, di beri dua tawaran; harus menerima di jodohkan, atau pergi dari rumah yang selama ini memberinya kemewahan.
Tanpa membawa identitas aslinya sebagai anak tunggal Tuan Sedjatie.
Karena tak siap menikah, Peony sengaja memilih opsi kedua dan bekerja demi mendapat uang sebagai bentuk perjanjian agar terbebas dari perjodohan konyol itu.
Tapi siapa sangka, jika bos-nya ternyata orang yang sama dengan lelaki yang akan jodohkan dengannya?
Ini semacam jebakan? Atau pendekatan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nitapijaan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Van sialan Jeffdan
Jeffdan menatap lekat sosok gadis manis yang kini tengah membeku. Antara percaya atau tidak percaya, tetapi melihat gelagat Peony yang sepertinya tengah menahan malu, cukup membuat hatinya menghangat. Jadi dirinya tidak akan mendengar jawaban kurang peka Peony lagi kan?
Jeffdan sangat-sangat berharap akan hal itu! Semoga saja usahanya selama ini tidak akan berakhir mengecewakan. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk mengajaknya ke status yang lebih baik, lalu meminta izin pada kedua orang tua Peony untuk menjadi kan si manis sebagai istrinya.
Huh, membayangkannya saja sudah membuat Jeffdan seperti melayang. Tinggal berdoa saja semoga ia tidak terjatuh nantinya.
“Aku menyukaimu, Peony!” Ungkap Jeffdan lagi, untuk yang ke dua kalinya. Dan hal itu sukses membuat Peony semakin menunduk dengan tangan yang menutupi kedua pipi tirusnya.
“Peony ..., tatap aku!” Jeffdan berusaha mengangkat kepala Peony untuk menatapnya. Setelah berhasil, Jeffdan pun berkata, “Tidak! Tidak! Sepertinya aku tidak menyukaimu Peony!” Yang membuat Peony seketika memincing bingung.
Di balas senyum cerah dari si lelaki tampan, “Tapi aku mencintaimu, iya, aku mencintaimu, Peonytha.” Katanya. Ah sial!! Sepertinya tubuh Peony baru saja di lumuri cat berwarna merah!
“Peony, katakan sesuatu!” Ucapnya memaksa si manis untuk segera mengucapkan sepatah kata untuk menjawabnya. Namun hanya gelengan yang di dapat.
Hal itu seketika membuat Jeffdan mendesah kecewa. Baru saja dirinya hendak berbicara lebih, tiba-tiba saja giliran mereka turun karena pintu yang sudah terbuka lebar dan sangkar yang mereka tempati sudah berada di dasar.
*
*
Peony berjalan santai sembari membawa nampan berisi sarapan pagi serta teh chamomile untuk Jeffdan. Entah apa yang terjadi pada si Tuannya itu, semenjak perbincangan mereka beberapa hari lalu Jeffdan jadi lebih sering mengurung diri di kamar dan malas berjalan-jalan keluar, bahkan bekerja pun lelaki itu lebih memilih di kamarnya yang mana semakin membuat Tani kesal!
Kekasih Jerry itu harus rela bolak balik ke kantor dan mansion untuk meminta tanda tangan si CEO muda itu. Rasa kesal Tani semakin bertambah saja kala si tampan Van Jeffdan itu memperlakukannya semena-mena.
Tapi Tani juga untung karena lebih memiliki banyak waktu bersama sang kekasih —Jerry. Iya, jadi Jeffdan memerintahkan kakak sepupunya itu untuk mengantar Tani jika sedang ada keperluan ke mansion. Untung Jeffdan pintar, jadi dia tidak akan menerima ocehan tak bermutu dari Tani.
Pintu kamar Jeffdan di ketuk dari luar, lelaki itu berdehem hingga Peony yang di luar sana seketika membuka pintu besar itu.
Gadis itu melangkahkan kakinya memasuki ruangan yang menurutnya sangat gelap itu. Berjalan menuju meja nakas; meletakan bawaannya itu dengan hati-hati. Lalu mencari si Tuan Muda yang mempunyai kamar.
Membuka satu persatu bilik yang di temui nya; namun nihil! Sang empunya tidak ada sama sekali. Bahkan hanya mencium baunya saja tidak! Ke mana Bos aneh itu?! Pikir Peony.
“Akhh!!” Pekik Peony karena terkejut. Saat Peony berbalik hendak kembali keluar kamar, tiba-tiba saja dia di kejutkan dengan wajah Jeffdan yang tepat didepannya. Sepertinya orang aneh itu baru selesai membersihkan tubuh.
Mendengus kesal lalu Peony mendorong keras dada bidang si bos anehnya yang kini berada di depannya. Sedangkan di pelaku hanya tersenyum lebar namun terlihat amat menyebalkan bagi Peony.
“Kau mencari ku?!” Tanya Jeffdan.
Peony mendengus, lalu memutar bola matanya malas, memang siapa lagi yang di cari Peony di kamar milik Jeffdan jika bukan dirinya. Memang dasar orang aneh.
“Ya?! Memang selain Kakak siapa lagi? Huh!” Jawab Peony malas.
Jeffdan tersenyum hingga menampilkan dimple di kedua pipinya. “Basa-basi.” Katanya, lalu melunturkan senyum lima jarinya yang sempat di tunjukkan untuk Peony. Lagi-lagi gadis itu heran, 'kok bisa ekspresi wajahnya berubah-ubah secepat kilat?'.
“Kenapa?” Tanya Peony, dia melihat dengan jelas perubahan wajah si pria aneh di depannya itu. Jeffdan menggeleng pelan lalu berbalik meninggalkan Peony yang masih berada di depan pintu ruang kerjanya.
Merasa bingung, Peony pun segera mengikuti Jeffdan menuju Walk in Closet. “Kak, kau kenapa?” Tanyanya namun masih di abaikan oleh si pria tampan.
Tak ingin menyerah begitu saja, lantas Peony menghadang Jeffdan yang hendak membuka lemari pakaian miliknya. “Kak, kau kenapa? Apa aku mempunyai salah?” Oceh Peony, namun masih sama. Jeffdan sama sekali tidak menggubris. Lelaki itu hanya menampilkan wajah datar yang menyebalkan.
“Kak!!” Teriak Peony kesal, menghempaskan tubuh Jeffdan yang sialnya tidak bergeser sedikit pun. Lelaki itu masih dengan pendiriannya, wajah datar dan telinga yang seolah tuli.
Sebagai orang yang sudah mengenal Jeffdan sebulan ini, Peony merasa heran akan perubahan sikapnya. Kadang terlihat sangat ramah, lalu sangat jauh, dan kadang terkesan bukan siapa-siapa.
Terlalu kesal akhirnya Peony kembali berteriak. “Kak! Kalau kau tak mau menjawab pertanyaan ku, aku doakan semoga kau tuli beneran!" dengan nafas menggebu-gebu Peony menunjuk Jeffdan.
Hal yang tak patut di tiru. Sebagai asisten seorang, Peony sangat lancang sekali. Meskipun sudah kesal karena selama empat hari di diami bosnya.
“Stttt, jangan teriak-teriak! Nanti ada maid yang mendengar!” Jeffdan mengunci mulut Peony dengan kedua jarinya —jari telunjuk dan jari jempol.
“Kau lupa? Kamarmu kan kedap suara!” Peony mendengus kesal setelah menampar kasar lengan Jeffdan.
Sementara lelaki itu tersenyum bodoh, lalu menganggukkan kepalanya pelan. “Keluarlah ... ” Titahnya pelan.
Peony menggeleng, “Tidak! Aku akan tetap di sini sebelum kakak mengatakan apa yang terjadi!” Katanya, menopang kedua tangannya di depan dada dan menatap tajam wajah tampan Jeffdan.
Si pria tampan pun terkekeh kecil, lalu tersenyum dengan mengangkat sebelah alisnya. “Terserah,” jawabnya lalu membuka Bathrobe nya hingga menampilkan penampakan yang—
“YAKK!” Dengan refleks Peony berteriak nyaring, menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Van sialan Jeffdan!
'Berani-beraninya dia telanjang bulat di depanku!' Kesal Peony. Namun anehnya dia malah membuka sedikit jari-jarinya agar bisa melihat lelaki yang kini menutup kedua telinganya :^)