Tidak ada rumah tangga yang berjalan mulus, semua memiliki cerita dan ujiannya masing-masing. Semuanya sedang berjuang, bertahan atau jutsru harus melepaskan.
Seperti perjalanan rumah tangga Melati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Sakura dan Lili sudah kembali ke kamar dengan es krim vanila di tangan masing-masing. Mas Kalingga yang kehilangan mereka hampir tiga puluh menit akhirnya mampu bernapas lega.
"Kalian bisa minta tolong Papa untuk membelikan kalian es krim atau apapun yang kalian mau atau setidaknya kalian bilang pada Papa kalian mau pergi ke mana supaya Papa tidak khawatir."
"Maaf, Papa. Tadi karena dari sini kami melihat gambar es krim jadi aku mengajak Sakura beli. Tapi ternyata cukup jauh tempatnya," Lili tersenyum setelah selesai mengatakan kebohongannya.
"Maafkan aku, Papa." Batin Lili.
"Tidak apa-apa, tapi Papa minta jangan diulangi lagi."
Sakura dan Lili mengangguk bersamaan.
Sementara itu Viola dan Yunita bertemu di tempat makan. Ada rencana yang harus dirundingkannya. Tidak mungkin dia melancarkan aksinya sendiri di tengah menanti hari persalinannya.
"Nanti aku kabari lagi kalau sudah ok."
"Iya, kalau perlu sebelum aku lahiran Melati sudah masuk bui."
"Coba dari awal langkah itu yang kamu ambil, mungkin sekarang kamu sudah bahagia dengan Kalingga."
"Masih ada anak-anak."
"Tinggal kasih ke orang tuanya Melati."
"Benar juga, ya."
"Hmmm."
"Tidak masalah karena itu sudah terjadi. Sekarang apapun caranya Melati harus masuk penjara."
"Siap."
Kembali lagi ke hotel di mana seminar sudah dimulai. Dari posisinya duduk saat ini dia bisa melihat dengan jelas wajah mantan istrinya yang duduk di barisan paling belakang. Namun dia yakin Melati tidak dapat melihatnya dengan mudah.
Bukan hanya sekali Mas Kalingga mencuri pandang ke arah Melati namun melainkan setiap ada kesempatan. Tapi Mas Kalingga masih bisa fokus dengan isi seminar yang memang sangat penting untuk mengembangkan lagi bisnisnya.
Melati yang merasa ada yang memperhatikan sekali waktu melirik ke arah tempat duduk Mas Kalingga namun tidak terlihat jelas karena terhalang tubuh gemuk seseorang.
Melati tersenyum, merasa sangat bodoh karena masih berharap kalau mantan suaminya memperhatikannya. Jelas-jelas pria itu telah membuangnya.
Tak terasa satu jam lima belas menit duduk di sana mendengar seminar cukup membuat bokongnya terasa pegal. Dia pun segera berdiri setelah seminarnya di tutup. Dan matanya langsung bertemu dengan mata Mas Kalingga setelah pria gemuk itu menghilang di antara mereka.
Cukuplah lama keduanya hanya diam di tempat masing-masing. Sampai ada seseorang yang menghampiri Melati, mata Melati pun kini tertuju pada Karim yang mengajaknya bicara.
"Kamu sudah mau istirahat atau masih di sini supaya kita bisa bicara, Mel?."
"Aku langsung istirahat saja, tidak apa-apa 'kan?."
"Tidak apa-apa, tapi aku harap sebelum pulang dari sini aku bisa bicara denganmu."
"Aku tidak bisa janji, Karim."
"Aku tahu, mungkin kamu merasa tidak enak karena aku sahabatnya Langit."
"Bukan begitu, tapi aku sedang tidak memiliki banyak waktu untuk urusan yang lain."
"Oh, oke, Mel." Karim tak dapat menahan Melati lebih lama lagi, padahal dia ada di sini karena wanita itu.
Sebelum kembali ke kamar Melati membeli beberapa makanan. Saat keluar dari sana dia papasan dengan Viola yang baru masuk dari pintu lobby.
"Kita bertemu lagi, Mel."
"Hai, Vi."
"Aku kira kamu terpuruk pisah dari Mas Kalingga dan anak-anak tapi justru kamu terlihat bahagia jika dilihat dari berat tubuhmu."
Kemudian Melati tersenyum guna menutupi rasa gugupnya karena dia takut jika Viola menyadari kehamilannya
"Hidup harus tetap dijalani ada atau tidak ada suami dan anak-anak bersamaku. Aku bisa bahagia dengan caraku sendiri tanpa harus merusak kebahagiaan orang lain."
"Kamu menyindirku?," Viola cepat sekali tersulut emosi.
"Maaf, Vi, kalau kamu tersindir tapi jujur saja aku tidak bermaksud menyindirmu atau orang lain. Itu hanya pandanganku saja."
"Halah sok baik kamu."
"Aku permisi, Vi." Melati tidak ingin menghabiskan waktu dan tenaganya terbuang sia-sia dengan meladeni Viola.
Viola pun pergi dari sana dengan suasana hati kurang baik. Rasanya dia tidak terima melihat Melati hidup lebih bahagia darinya.
Tiba di kamar sudah ada Mas Kalingga yang sibuk dengan laptopnya. Viola duduk di sebalahnya sambil cemberut.
"Kenapa lagi?," tanya Mas Kalingga namun tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya.
"Pasti Mas Lingga bertemu Melati," tuduhnya.
"Iya," jujur Mas Kalingga.
"Mas Kalingga jahat," lantas Viola bangkit.
"Letak jahatnya di mana, Vi?."
"Ya, seharusnya Mas Kalingga menghindar."
"Ruangan sebenar itu, Vi."
"Mas Lingga menyakitiku."
"Melati yang sudah aku sakiti, Vi."
Karena tidak terima dengan kata-kata Mas Kalingga dia pun masuk ke kamar mandi. Hidupnya tidak bisa lepas dari Melati, Melati dan Melati.
Mas Kalingga ke kamar anak-anak, Lili dan Sakura sedang menikmati makanan yang diberikan Melati melalui pelayanan hotel.
"Papa mau?," Sakura menyodorkan makanan kesukaan mereka kepada Papanya.
Mas Kalingga ikut memakannya bersama mereka sambil menonton acara tv.
"Kalian bertemu Mama?," tanya Mas Kalingga.
Lili dan Sakura saling pandang lalu mengangguk menatap Papanya.
"Tidak apa-apa," Mas Kalingga tahu kedua anaknya takut dimarahinya.
"Kami mendatangi Mama ke kamarnya dan makanan ini Mama yang beli." Jujur Lili
Mas Kalingga tersenyum. "Kalian mau tidur sama Mama?."
Keduanya dengan kompak mengangguk cepat.
Mas Kalingga tersenyum lalu mempersilakan Lili dan Sakura untuk ke kamar Melati. Dari kejauhan saja dia menemani kedua anaknya.
Bagaikan mimpi yang menjadi nyata, jika malam-malam sebelumnya mereka tidur bersama hanya di dalam mimpi. Tapi malam ini mereka benar-benar tidur bersama. Ketiganya seakan enggan untuk tidur, mereka hanya ingin menyampaikan rindu yang menggebu.
Namun masih ada yang ditutupi Melati, yaitu mengenai kehamilannya. Dia tidak ingin merusak kebahagiaan Mas Kalingga dan Viola. Dia bisa mengurus dan membesarkan anak yang masih ada di dalam kandungannya.
Tidak ada cerita duka, mereka menjadikan malam ini momen paling berharga yang dibalut tawa karena mereka tahu besok mereka tidak akan bersama lagi.
Baru jam tiga mereka tidur pulas karena sudah sama-sama mengantuk.
Di kamar sebelah Viola sudah uring-uringan karena mengetahui Sakura dan Lili tidak ada di kamarnya.
"Anak-anak di mana, Mas?."
"Bersama Mamanya."
"Mas!."
"Tidak perlu membesarkan masalah, Vi."
"Mas sengaja supaya bisa bertemu Melati 'kan?." Bentak Viola.
"Aku tidak bertemu dengannya, Vi."
"Mas pasti bohong!."
"Terserah kamu saja, Vi." Mas Kalingga tidak ingin menanggapinya terlalu dalam tapi Viola menahan Mas Kalingga dan terus mengajaknya ribut.
"Mas sengaja mau menyakiti aku dan bayiku!. Mas mau kembali padanya lagi! Iya?. Ingat, Mas!. Aku bisa menyakiti bayi kita kalau kamu tidak menginginkannya." Viola mengangkat tangannya untuk memukul perutnya.
"Sudah cukup, Viola!." Bentak Mas Kalingga sambil menahan tangan Viola.
"Kamu yang mau hamil dan sekarang mau kamu lenyapkan?."
"Jangan pernah tinggal aku, Mas. Aku sangat mencintaimu."
Kemudian Mas Kalingga memeluknya.
"Apa yang tidak aku lakukan untukmu, Vi?."
"Tapi semua demi Melati bukan karena kamu mencintaiku, Mas."
Bersambung