Salah satu Klan terbesar di Kerajaan Xia sedang diambang kehancuran karena ancaman musuh dari dalam dan luar Klan. Sayangnya, Tuan Muda mereka justru masih berkutat dengan seni beladirinya yang tidak juga berkembang karena cacat di dalam tubuhnya.
Di sisi lain, tunangannya yang berbakat dan begitu cantik telah menjadi banyak incaran Tuan Muda yang lebih hebat darinya.
Dengan kondisi ini, apa yang bisa dilakukan Tuan Muda yang tidak berguna ini? Bisakah dia membangkitkan elemen dalam dirinya? Bisakah dia melindungi keluarga dan tunangannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tuan Takur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tolong Lihat Harta Karunku
Mendengar pernyataan mendadak ini, Luo Chen hanya bisa tersenyum pahit. "Kalau begitu, sepertinya Aku harus bekerja keras."
Lu Qing'er tersenyum menanggapinya. Tetapi Luo Chen bisa merasakan kilatan dingin dan sedikit kesal keluar dari matanya.
"Aku menunggumu. Biar kukatakan sekarang. Tindakanmu beberapa tahun terakhir ini membuatku jauh lebih tidak menghargaimu. Jika Aku punya kesempatan..." Pada titik ini, Lu Qing'er berhenti. Dengan meninggalkan tatapan dingin, dia berbalik dan pergi.
Luo Chen terdiam saat melihatnya perlahan menghilang di kejauhan. Ia hanya mampu menggelengkan kepala tanpa daya. Sepertinya semakin cantik seorang wanita, semakin picik pula mereka.
Di tengah desahannya, Luo Chen merasakan ada orang lain yang tengah memperhatikannya. Dia pun menoleh untuk melihatnya.
Di atas panggung kayu, berdiri seorang pemuda berwajah dingin yang menatapnya tajam. Ekspresinya seolah-olah sedang memberikan peringatan.
Orang ini adalah siswa terkuat kedua di Sekolah Pertama, Song Yunfeng.
Ketika tatapan mereka bertemu, Song Yunfeng terus menatapnya dengan tatapan tajam dan agresif. Ia lalu menggelengkan kepala pelan dan mengucapkan beberapa patah kata dengan dingin.
"Luo Chen, jangan ikut campur di tempat yang tidak seharusnya. Jauhi Lu Qing'er." Song Yunfeng yakin Luo Chen akan mengerti apa yang ia maksud.
Di sisi lain, Luo Chen yang tak jauh darinya, mengerutkan kening dan bergumam dalam hati, "Apa sih yang coba dilakukan si bodoh ini? Kenapa dia tidak bicara terus terang saja?"
"Menggerakkan bibirnya seperti itu membuatnya terlihat seperti tikus yang diam-diam memakan sisa makanan. Huft, apa yang sebenarnya dia coba katakan?"
Karena Luo Chen tidak dapat memahami apa yang Song Yunfeng coba katakan, dia hanya bisa menggelengkan kepala dan berbalik untuk pergi.
Namun meski begitu, Song Yunfeng masih sepenuhnya fokus pada siluet Luo Chen. Matanya tampak muram saat ia menyipitkan mata.
Tatapan Luo Chen sebelumnya mengingatkannya pada sosok Luo Chen di masa kejayaannya di Akademi Nanfeng. Luo Chen saat itu memancarkan kecemerlangan yang tak tertandingi.
Namun keadaan tidak lagi sama. Song Yunfeng sangat marah mendengar jawaban ini hingga pagar kayu yang dipegangnya retak.
“Luo Chen, apa sebenarnya yang ingin kau lakukan?
“Apakah kamu benar-benar berpikir bahwa resonansi tingkat lima akan membuatmu bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan?”
...
Kabar tentang resonansi air Luo Chen menyebar dengan sangat cepat ke seluruh sekolah. Hal ini tentu saja menjadi topik diskusi terhangat.
"Siapa sangka Luo Chen akan berhasil bangkit dari keterpurukannya! Sebuah resonansi yang didapat... ini sesuatu yang belum pernah kudengar sebelumnya."
"Kudengar itu harta karun peninggalan orangtuanya! Jelas itu barang langka."
"Memiliki orangtua yang hebat benar-benar membuatku iri!"
"Yah, tidak sehebat itu. Lagipula itu kan hanya resonansi air tingkat lima. Lagipula ujian akhir hanya tinggal sebulan lagi. Bagaimana mungkin dia bisa mengejar mereka yang di atas dengan waktu yang begitu singkat?"
"Ya. Dia mungkin telah mengalahkan Bei Kun dan anak buahnya, tapi ketiganya bahkan tidak masuk sepuluh besar Sekolah Pertama."
"Kudengar sepuluh besar semuanya setidaknya berada di Tahap Segel Ketujuh. Song Yunfeng dan Lu Qing'er adalah dua yang paling menakutkan di antara semuanya. Sepertinya mereka sudah berada di Segel Kedelapan atau lebih tinggi."
"Ya, Luo Chen sudah menyia-nyiakan waktu terpenting untuk berkembang. Kurasa dia tidak bisa mengejar dalam sebulan."
Sementara semua orang dengan bersemangat menjadikan Luo Chen sebagai topik pembicaraan, Luo Chen sendiri baru saja menyelesaikan satu putaran kultivasi dan dengan cepat meninggalkan akademi.
"Meskipun Aku berhasil mengalahkan Bei Kun, tapi ternyata lebih melelahkan dari yang kukira. Kalau saja Aku tidak menggunakan kekuatan resonansi cahayaku untuk membutakan Bei Kun di saat genting, mungkin Aku akan menghabiskan waktu lebih lama untuk mengalahkannya."
Di dalam kereta kudanya saat perjalanan kembali ke rumah, Luo Chen terus menganalisis pertempuran hari ini. Ia sama sekali tidak santai. Raut tidak puas dan serius terpampang di wajahnya.
Dengan kecepatan seperti ini, kekuatannya saat ini, ditambah dengan resonansi cahaya air dan keahliannya dalam seni resonansi, akan dengan mudah membuatnya mampu melawan seorang kultivator Tahap Segel Keenam. Namun jika ia bertemu dengan seorang ahli tahap Segel Ketujuh, peluang kemenangannya akan sangat rendah.
"Ini tidak cukup. Ini jauh dari cukup," gumamnya dalam hati.
Tujuannya adalah masuk ke Perguruan Tinggi Kebijaksanaan Langit. Jumlah calon yang bersaing dengannya terlalu banyak untuk dihitung. Jika dia tidak berada di puncak, peluangnya akan terlalu rendah.
Kendala terbesar yang disebutkan semua orang adalah kurangnya waktu. Ia hanya memiliki waktu sebulan sebelum momen krusial itu. Jika ingin mengejar ketertinggalan, ia harus segera meningkatkan kekuatan resonansinya. Menempa resonansi cahaya airnya adalah satu-satunya cara.
Baru pada saat itulah dia akan memiliki keyakinan untuk berhadapan dengan Lu Qing'er dan para elite lainnya.
Namun masalah utamanya masih terletak pada bagaimana caranya menempa resonansi cahaya airnya hingga kelas enam. Ini bukan masalah mudah.
"Kurasa Aku perlu berdiskusi dengan Kakak Cai Wei..." Bibir Luo Chen mengerucut saat memikirkan hal ini.
Ia punya firasat aneh, jika ia menyebutkan kebutuhan cairan spiritual kelas lima dan cahaya pemurnian dalam jumlah besar kepada Cai Wei, Cai Wei mungkin akan melahapnya hidup-hidup.
….
Rumah tua Keluarga Luo, kantor administrasi.
Saat ini Cai Wei sedang duduk di mejanya, dengan saksama memeriksa buku catatan. Ia mengenakan jubah kuning pucat dan wajahnya tampak memikat seperti biasa.
Dia sudah bekerja cukup lama dan mulai lelah. Dia pun akhirnya mengulurkan tangan dan dengan hati-hati meletakkan buku itu di atas meja.
“Huft...”
Rasanya seperti beban terangkat dari pundaknya saat dia menghela nafas lega.
"Kriet..."
Tepat pada saat itulah pintu tiba-tiba terbuka dan Luo Chen melangkah masuk dengan penuh semangat. "Kakak Cai Wei!"
Begitu masuk, Luo Chen memperhatikan Cai Wei yang santai di depannya. Cai Wai jelas jelas terkejut dengan gangguan mendadak ini, dan tatapan matanya tampak sedikit linglung saat melihat Luo Chen.
Suasana tiba-tiba tampak membeku.
Begitu tersadar, Cai Wei langsung duduk tegak seolah tersengat listrik. Wajahnya yang putih memerah karena malu, sementara tatapannya menatap Luo Chen dengan tidak senang.
“Apa tidak ada yang mengajarimu untuk mengetuk pintu sebelum masuk?”
Luo Chen kini bercucuran keringat dingin dan buru-buru mengangguk. "Maaf Kakak Cai Wei. Aku pasti akan memperhatikan ini nanti!"
Melihat sikap hormatnya, Cai Wei tidak lagi merasa marah, tetapi masih bertanya dengan ketus, “Bolehkah Saya tahu instruksi apa yang dimiliki Tuan Muda?”
Luo Chen melihat sekeliling dengan malu-malu, memastikan tidak ada orang lain di sekitar sebelum menutup pintu dengan hati-hati.
"Aku ingin Kakak Cai Wei melihat harta karunku..." Suaranya merendah, tetapi sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya, ia terkejut setengah mati.
Cai Wei memelototinya sambil menunjukkan senyum berbahaya di wajahnya yang cantik.
“Tuan Muda, sebelum Anda melakukan sesuatu yang gegabah, jangan lupa bahwa Saya juga seorang master resonansi.”