Akibat menentang restu, Kamila harus menanggung derita yang dilakukan oleh orang-orang suruhan Hendro yang merupakan Ayah dari Bayu kekasihnya.
Tidak main-main dengan ancamannya, Hendro tega menyuruh sejumlah orang menoda! gadis yang baru berusia 18th itu. Dan sialnya lagi, karena peristiwa itu, Kamila hamil dan tidak tau benih siapa yang ada dirahimnya.
Lalu bagaimana nasib Kamila selanjutnya dan bagaimana sikap Bayu saat mengetahui Kamila hamil anak orang lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor Hidayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Setelah lebih dua minggu Ningsih dan Kalila berada di rumah Defandra, hari ini mereka akan pulang ke kampung halaman. Meskipun berat hati untuk berpisah dengan ibu dan kakaknya, Kamila harus melepaskan mereka karena tidak mungkin juga mereka tinggal bersama selamanya. Terlebih selama menikah Defandra hanya berpura-pura baik padanya jika didepan ibu dan kakaknya.
"Hati-hati dijalan ibu," ucap Kamila memeluk erat sang ibu.
"Kamu juga harus hati-hati, dan jangan bersedih, tidak sampai dua bulan lagi kamu juga akan melahirkan, ibu pasti akan datang lagi." ujar Ningsih mengusap air mata Kamila yang membasahi pipinya.
Kamila hanya mengalihkan kepalanya, lalu beralih memeluk Kalila.
Sementara itu Ningsih beralih berpamitan dengan Defandra. "Nak Defandra, ibu tolong titip Kamila ya, Kamila sedang hamil besar pasti dia akan lebih sulit melakukan segala sesuatu sendiri, jadi tolong Nak Defandra bantu dia."
Defandra hanya tersenyum tipis dan menganggukkan kepala.
"Oh ya satu lagi, jika kehamilannya memasuki sembilan bulan, Kamila pasti akan lebih sering buang air kecil, jadi tolong temani Kamila ke kamar mandi, terutama di malam hari."
Mendengar semua permintaan Ningsih, Defandra benar-benar menahan kekesalannya, dalam hatinya, untuk apa dia melakukan itu semua, sementara entah bayi siapa yang ada dikandungan Kamila.
"Nak Defandra..." Ningsih mengagetkan Defandra yang hanya diam melamun.
"E-ya, ibu tenang saja, aku akan menjaga Kamila dengan baik."
Mendengar jawaban Defandra, Ningsih tersenyum lega. Sehingga tak ada keraguan lagi untuk melangkah pergi.
"Ibu... Kakak... bye..." ucap Kamila begitu Supir membawa ibu dan kakaknya.
"Hmmm akhirnya hanya tinggal kita berdua," ucap Defandra merangkul pundak Kamila, lalu menarik lehernya hingga merapat ke wajahnya. Namun Kamila hanya terdiam pasrah karena sudah menduga jika Defandra tidak akan bersikap baik lagi padanya.
"Kenapa kamu diam saja, apa kamu sedih dengan kepergian ibumu?" dengan kasar Defandra mencengkram ke dua sisi pipi Kamila lalu menghempas hingga menjauh beberapa langkah darinya.
"Pergi! siap kan makan malam yang spesial, karena malam ini, kekasihku akan datang."
Tidak menjawab apa lagi membantah perintah Defandra, Kamila langsung pergi ke dapur. Hal itu membuat Defandra terdiam sejenak karena tak biasanya Kamila hanya diam dan tak menjawab perintahnya.
Defandra mengikuti Kamila yang mulai mengeluarkan berbagai macam sayuran di dalam kulkas, kemudian mencucinya satu persatu. Defandra terus memperhatikan dari belakang sampai Ia melihat Kamila mengusap air mata dengan suara tangis yang tak bisa ditahan lagi.
"Kenapa hati ku begitu nyeri saat melihatnya menangis." batin Defandra.
"Tidak seharusnya kamu memperlakukan Kamila seperti itu, jika bisa, seharusnya kamu minta maaf dan bertanggungjawab atas apa yang sudah adikmu lakukan pada Kamila." kata-kata itu seakan berbisik di hati nuraninya. Namun bisikan lain mengatakan jika Kamila pantas diperlakukan seperti itu karena hanya memenjarakan adiknya.
Mengingat kematian Adiknya, Defandra meninggalkan dapur dengan kesal, membiarkan Kamila memasak sendiri dan melarang para asisten rumah tangganya untuk membantu Kamila
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Malam hari Defandra dengan mengenakan kemeja putih dan stelan jas lengkap, menuruni anak tangga. Defandra menuju meja makan apakah makanan spesial yang dia ingin kan sudah siap atau belum. Defandra menjadi marah saat melihat hanya beberapa saja yang tersaji di meja sedangkan Vivian sebentar lagi akan sampai.
"Kamila!" teriak Defandra.
Tidak menyaut panggilan Defandra, Kamila datang membawa hidangan berikutnya.
"Apa hanya ini, dimana hidangan penutupnya!?"
"Sudah saya siapkan, akan saya ambil." saut Kamila bersikap layaknya pembantu pada majikannya.
"Sayaaang... kenapa kamu marah-marah?"
Mendengar itu, Kamila yang sudah berjalan beberapa langkah kembali menoleh, melihat Vivian yang langsung menc!um Defandra.
"Apa kamu marah karena aku datang terlambat?" tanya Vivian, bergelayut manja dileher Defandra.
"Tidak aku hanya kesal dengannya."
Bersambung...
biarkan saja,, suka suka Lo deh Defandra mau ngapain. Yg penting Kamila dan anaknya aman untuk saat ini.
lanjut mbak Noor
Harus nya DEFA lebih obyektif mengembangkan penyelidikan jangan hanya Kamila saja yang dia salah kan
supaya bisa mengarah ke bapak walikota zalim itu
ada kacang dibalik peyek 😊