kelanjutan dari Novel "Menjadi Yang Terkuat Dengan Sistem Terkuat"perjalan ini akan di mulai dengan perjalanan ke alam dewa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAUZAL LAZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Setelah berbincang-bincang sebentar, Jian Yu akhirnya bangkit dari duduknya sambil meneguk sisa teh di cangkirnya. “Aku mau pergi ke kota. Kalian berdua mau ikut?” tanyanya sambil menatap ke arah Meiyan dan Xiao Ying.
Keduanya saling berpandangan sebentar, lalu mengangguk bersamaan. “Tentu saja kami ikut,” jawab Meiyan sambil tersenyum manja.
Gu Yue yang dari tadi duduk di sebelah kanan meja langsung mengangkat tangannya. “Tuan, apakah aku juga boleh ikut? Soalnya hari ini Lin Shi sedang berkultivasi, jadi aku tidak bisa mengganggunya,” ucapnya dengan nada ceria.
“Tentu saja boleh,” jawab Jian Yu sambil menatapnya santai. “Tapi kalau ekormu sampai kelihatan di kota, bisa-bisa satu kota heboh lagi.”
Gu Yue hanya tersenyum percaya diri. “Tenang saja, Tuan. Itu urusan gampang.”
Ia pun menarik napas pelan, lalu menutup matanya. Aura energi Qi keluar dari tubuhnya, membentuk pusaran lembut di sekelilingnya. Dalam sekejap, sembilan ekor putihnya lenyap bersama telinga rubah yang berada di atas kepalanya. Kini wujudnya tampak seperti manusia biasa, tanpa ada tanda-tanda ia berasal dari ras siluman rubah.
“Sekarang bagaimana?” tanyanya sambil berputar perlahan di tempat, memperlihatkan penampilannya.
Meiyan dan Xiao Ying menatapnya dengan mata sedikit membulat, terkejut dengan perubahan yang begitu cepat. “Cukup baik,” ucap Meiyan singkat sambil mengangguk puas.
Jian Yu pun mengangguk kecil. “Bagus, kau bisa menjaga penyamaranmu.”
Setelah itu, mereka bertiga bersiap dan keluar dari kediaman Klan Naga. Udara luar terasa segar, langit biru terang tanpa awan. Jian Yu berjalan di depan dengan langkah tenang dan penuh wibawa, sementara tiga wanita cantik mengikutinya di belakang.
Setiap orang yang mereka lewati di jalan langsung menoleh, terdiam sejenak, bahkan ada yang sampai menghentikan langkahnya.
“Siapa dia? Ganteng sekali…” bisik salah satu wanita muda di pasar sambil menatap Jian Yu terpana.
“Dan lihat tiga wanita di belakangnya… cantik semua. Mereka siapa sebenarnya?” sahut temannya dengan suara kagum.
Langkah Jian Yu tetap tenang, jubah hitamnya bergoyang lembut diterpa angin. Rambut hitam panjangnya berkilau di bawah sinar matahari, dan aura kuat yang tersembunyi di dalam tubuhnya membuat siapa pun yang menatapnya merasa tertekan tanpa tahu alasannya.
Sementara itu, Meiyan dan Xiao Ying berjalan beriringan dengan anggun. Meiyan mengenakan pakaian merah muda yang menonjolkan pesonanya, sedangkan Xiao Ying tampak lembut dan menawan dengan gaun biru muda yang mengikuti gerak langkahnya.
Di sisi lain, Gu Yue tampak mempesona dengan rambut putihnya yang berkilau lembut di bawah cahaya matahari, meski kini tanpa ekor dan telinga rubah. Tatapannya tenang, tapi senyumnya tetap menggoda.
Ketiganya berjalan di belakang Jian Yu seperti bidadari yang mengiringi seorang dewa. Pemandangan itu membuat para pejalan kaki di sekitar jalan kota Tianjing terdiam lama, sebagian bahkan terperangah tanpa sadar.
“Dia… dia pasti bukan orang biasa,” gumam seorang penjaga toko sambil menatap punggung Jian Yu yang perlahan menghilang di ujung jalan, meninggalkan bisik kagum di sepanjang arah mereka melangkah
Mereka bertiga berjalan menyusuri jalan utama Kota Tianjing. Suasana siang itu cukup ramai, para pedagang berteriak menawarkan barang dagangannya, sementara aroma makanan dari warung pinggir jalan membuat perut Xiao Ying dan Gu Yue ikut berbunyi pelan.
"Sayang, bolehkah kita berhenti sebentar? Aku mencium aroma daging panggang yang sangat menggoda," ucap Xiao Ying sambil menarik lengan Jian Yu manja.
Gu Yue ikut tersenyum, matanya sudah tertuju pada tusukan daging yang sedang dipanggang oleh pedagang di seberang jalan. “Tuan, kalau boleh aku juga mau,” katanya lembut.
Jian Yu mengangguk kecil, “Baiklah, tapi jangan lama. Kita masih harus melihat situasi di sekitar kota.”
Mereka pun duduk di salah satu meja bambu. Asap daging panggang mengepul, disusul suara cesss saat lemak meleleh di atas bara api. Meiyan yang sedari tadi diam hanya menatap sekitar dengan waspada. “Sayang, kau tidak merasa ada sesuatu yang aneh?” bisiknya pelan.
Jian Yu menatap sekeliling, matanya menajam. “Ya... aura ini, terdapat sisa energi iblis,” ucapnya sambil tetap waspada meneliti sekitar. “Kita biarkan saja dulu, dan lanjut makan,” sambungnya dengan nada santai. Ia kemudian kembali duduk dan melanjutkan makanannya, diikuti oleh yang lain, termasuk ketiga perempuan yang duduk di sampingnya.
Setelah makanan mereka habis, Jian Yu memanggil penjualnya. “Tuan, berapa semuanya?” tanyanya tenang.
“Semua totalnya lima koin emas saja, Tuan,” jawab si penjual sambil tersenyum ramah.
Jian Yu mengangguk kecil, lalu mengeluarkan lima koin emas dari cincin penyimpanannya dan menyerahkannya. “Ini, simpan sisanya untuk dirimu,” ucapnya ringan. Si penjual berterima kasih dengan wajah gembira.
Setelah itu, Jian Yu dan ketiga perempuan yang bersamanya bangkit, berjalan santai menyusuri jalan kota sambil memperhatikan sekeliling untuk memastikan tak ada ancaman. Jian Yu sengaja menelusuri daerah yang lebih sepi, masuk ke gang-gang sempit yang jarang dilalui orang.
Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti. Ia merasakan sesuatu yang berbeda. “Aura ini... sedikit mirip dengan iblis. Apakah ada iblis di sini?” gumamnya pelan sambil memperhatikan sekitar dengan tajam.
“Tuan, auranya berada di gang depan,” ucap Gu Yue lirih, matanya menyipit ke arah sumber energi.
Jian Yu mengangguk cepat, lalu melesat ke depan dengan kecepatan tinggi. Angin yang ditinggalkannya membuat debu dan daun kering berputar di udara.