Nayura, gadis SMA yang belum pernah mengenal cinta, tiba-tiba terikat janji pernikahan di usia yang penuh gejolak. Gavin juga remaja, sosok laki-laki dingin dan cuek di depan semua orang, namun menyimpan rasa yang tumbuh sejak pandangan pertama. Di balik senja yang merona, ada cinta yang tersembunyi sekaligus posesif—janji yang mengikat hati dan rasa yang sulit diungkapkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadin Alina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31 : Kecurigaan Tessa dan Stevi
Dua orang gadis cantik tampak menghampiri sebuah rumah berlantai dua bergaya modern. Mereka berdiri di depan pintu menunggu seseorang untuk membukanya.
"Ehh... Teman-temannya non Nayura." sapa Mpok Iyem ramah, sambil mendorong daun pintu.
Tessa dan Stevi tersenyum "Nayura nya ada Bi?" tanya Stevi.
"Belum pulang, non." jawab Mpok Iyem apa adanya.
Tessa dan Stevi saling pandang yang menyiratkan kecurigaan. Namun, mereka tidak ingin menanyakannya langsung pada Mpok Iyem dan memilih untuk segera berpamitan.
Di dalam mobil yang dikendarai oleh Tessa, keheningan sempat menyelimuti. Hingga akhirnya, Stevi bersuara pelan namun terdengar tajam "Belum pulang? Kemana tuh, anak?"
Tessa menepikan mobilnya tidak jauh dari rumah Nayura. Ia balas melirik Stevi yang duduk di sampingnya.
"Gue curiga... jangan-jangan dia pergi sama cowok yang kita lihat sepulang sekolah tadi?"
Stevi tampak terdiam seperti tengah menyusun potong teka-teki yang mrlai membentuk sebuah pola.
"Dia aneh banget nggak, sih! Semula dia yang ngajak, trus nggak jadi tanpa alasan yang jelas. Tiba-tiba pulang bareng cowok dan...sampai jam sekarang belum balik." jelas Stevi.
Tessa mengangguk cepat "Selama ini, dia nggak pernah gitu. Saat kita ngajak ataupun dia yang ngajak, slalu pergi bareng-bareng. Kayak ada sesuatu yang dia sembunyiin."
Stevi menghembuskan nafas panjang sambil menyandarkan tubuhnya ke jok kursi. Kepalanya serasa penuh hanya memikirkan satu nama yaitu Nayura.
"Coba lo telpon lagi." suruh Stevi dan Tessa langsung mengambil ponselnya.
Sementara itu, di apartemen milik Gavian. Nayura baru saja pulang belanja bersama cowok itu.
Beberapa jam yang lalu setelah diam-diam saling memperhatikan akhirnya, Gavian berinisiatif mengajak Nayura untuk belanja bahan makanan.
Nayura pun dengan senang hati menerima tawaran tersebut. Untungnya, apartemen ini memiliki supermarket di lantai dasar. Sehingga, mereka tidak perlu pergi jauh.
"Lo enak cumi nggak?" tanya Nayura sambil membuka kantong belanjaan.
Gavian yang baru saja menutup pintu itu langsung menoleh. "Suka."
"Okedeh..." jawab Nayura cepat, segera menuju dapur.
Ia mengeluarkan semua bahan makanan dan menyusunnya ke lemari pendingin. Ia mengambil beberapa untuk masak malam ini.
Tangannya sibuk mencuci cumi, menyiapkan bumbu, dan mengatur yang ia butuhkan dengan lincah.
"Ponsel lo berisik banget, nih!" tiba-tiba Gavian menyodorkan ponsel miliknya dari arah samping.
Dahi Nayura berkerut tipis namun tetap menerima ponsel tersebut. Ia menatap layar dengan mata melebar saat mengetahui Tessa menghubunginya. Jantungnya berdetak lebih cepat. Ia terdiam beberapa saat hingga akhirnya menekan tombol hijau lalu menempelkan benda pipih itu ke daun telinga.
"Nay, lo dimana?" terdengar suara Tessa.
Ia melirik Gavian yang berdiri diam di sebelahnya. Tenggorokannya tercekat.
"Nay..." panggil Tessa karena Nayura hanya diam.
Nayura panik "Bagaimana ini, gue harus jawab apa?" bingung batinnya.
"Yaa..." suaranya terdengar pelan dan kaku.
"Lo dimana?" ulang Tessa, nadanya penuh kecurigaan.
"Gu-gue..." Nayura mengigit bibir bawahnya.
Ia tahu jika ke dua sahabatnya itu tengah bersama. Ia takut salah bicara yang mana akan membongkar rahasianya dalam satu kalimat.
"Ada yang Lo sembunyiin?" kali ini suara Stevi. Terdengar langsung karena Tessa menyalakan loudspeaker.
Nayura mematung.
Di dalam mobil, Tessa dan Stevi saling bertukar pandangan tajam, keduanya yakin bahwa Nayura menyembunyikan sesuatu.
"Nayura, kita udah lama temenan, kan? Kalau lo ada masalah, kenapa nggak bilang?" tanya Tessa dengan nada tegas namun pelan.
Nayura menggenggam ponselnya erat, matanya terfokus pada meja dapur yang dipenuhi bahan makanan. Gavian masih berdiri diam di sana, menatapnya dengan ekspresi yang tak terbaca.
"Apa gue harus jujur sekarang?" Nayura berpikir dalam hati sebelum menarik napas dalam-dalam.
"Tess, Stev, maaf...gue nggak bisa jelasin sekarang. Tapi tolong, percaya sama gue, ya?"
Sambungan telepon terputus, meninggalkan Tessa dan Stevi dalam kebingungan. Mereka saling menatap dalam diam, suasana mobil dipenuhi keheningan hanya dipecahkan oleh suara AC. "Dia jelas nutupin sesuatu," bisik Stevi.
Tessa mengepalkan tangannya di kemudi. "Dan gue rasa itu bukan masalah kecil." Layar ponsel mereka masih menyala, menampilkan "Panggilan berakhir", tapi dalam hati mereka, pertanyaan-pertanyaan baru terus bermunculan tentang Nayura, pria misterius itu, dan rahasia yang semakin dalam tersembunyi.
...----------------...
mampir di ceritaku juga ya ..
makasih 😊
always always bagus!!
hebat!!! Udah cocok itu open comision
kondangan kita! Semur daging ada gak?