Shanca Evalyne Armandez tak pernah meminta hidup seperti ini. Sejak kedua orang tuanya tewas dalam kecelakaan misterius, ia menjadi tawanan dalam rumah sendiri. Dihabisi oleh kakak tirinya, dipukuli oleh ibu tiri yang kejam, dan dijual seperti barang kepada pria-pria kaya yang haus kekuasaan. “Kau akan menyenangkan mereka, atau kau tidak akan makan minggu ini,” begitu ancaman yang biasa ia dengar. Namun satu malam mengubah segalanya. Saat ia dipaksa menjebak seorang pengusaha besar—yang ternyata adalah pemimpin mafia internasional—rencana keluarganya berantakan. Obat yang ditaruh diam-diam di minumannya tak bekerja seperti yang diharapkan. Pria itu, Dario De Velluci, tak bisa disentuh begitu saja. Tapi justru Shanca yang disentuh—dengan cara yang tak pernah ia duga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CantiknyaKamu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBM
Beberapa menit kemudian – Garasi Pribadi
Alaska membuka pintu mobil hitamnya sendiri—sesuatu yang jarang ia lakukan. Biasanya Amar atau Ali yang siap membukakan pintu dan mengantar. Tapi kali ini… ia ingin sendiri.
“Tuan…!”
Ali muncul dari pintu belakang mansion, sedikit terengah.
“Berikan ia perawatan yang instan. Perketat penjagaan di luar kamar. Dan besok, bawa dia untuk cek kehamilan.”
Suara Alaska tegas, tanpa emosi.
“Saya akan tunggu di rumah sakit pukul 1 siang, jam makan siang. Atur jadwal dengan dr. Luna. Pastikan semuanya steril. Jangan biarkan ada media tahu dia pasien saya.”
Ali mengangguk cepat.
“Baik, Tuan.”
Ali hendak membuka pintu mobil, namun Alaska mengangkat tangan, menghentikannya.
“Gausah. Aku sendiri.”
Alaska masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin tanpa suara. Dengan satu gerakan halus, ia melesat keluar dari area mansion, meninggalkan suasana dingin dan tegang di belakangnya.
⸻
Kembali ke kamar Sancha – malam menjelang
Sancha belum sadar. Tapi tubuhnya kini mulai menggeliat pelan. Di luar kamar, dua penjaga berdiri kaku, tidak berbicara sepatah kata pun.
Ali menatap ke layar CCTV di ruang monitor, memperhatikan detak jantung Sancha melalui sensor kecil yang dipasang oleh tim medis diam-diam.
“Kalau kau tidak segera bangun dan kuat, Tuan akan lebih gila dari biasanya…”
gumam Ali pelan sambil mengatur jadwal kehamilan besok bersama asisten dokter.
Cahaya Pertama Sancha Mawalni.
Langit Kanada tampak lebih biru dari biasanya.
Embun menempel di kaca jendela kamar Sancha, sementara sinarnya menembus gorden tipis berwarna krem yang menggantung anggun di sisi dinding. Untuk pertama kalinya setelah hampir seminggu terkurung, Sancha tidak bangun dengan ketakutan… tapi dengan rasa penasaran.
Ia duduk perlahan di tepi ranjang. Rambutnya belum sepenuhnya rapi, tapi mata itu—mata yang sempat kosong—kini berbinar pelan.
“Aku akan keluar hari ini… aku bisa melihat dunia lagi walau hanya sebentar.”bisik Sancha dalam hati.Ketukan pelan terdengar di pintu.
Naif (maid):“Nona… saya diizinkan oleh Tuan Alaska untuk mempersiapkan Anda ke rumah sakit pagi ini. Kami harus tiba sebelum pukul 12 siang.”
Sancha hanya menoleh tanpa menjawab. Tapi dalam hati, ada desiran harapan kecil yang belum pernah muncul sejak hari ia diculik masuk ke dalam hidup Alaska.
⸻
PERSIAPAN DI MANSION – PENANTIAN DINGIN DI KANTOR
Sementara itu, di sebuah ruangan gelap bertembok kaca di pusat kota, Alaska duduk di balik meja kerjanya. Setumpuk dokumen tertata rapi di depannya. Amar berdiri di samping dengan tablet digital.
Amar:“Tuan… mobil pengantar Nona Sancha sudah siap. Tim medis Luna sudah menunggu di rumah sakit. Kami tinggal menjemput Anda sekitar pukul 12.45 sesuai jadwal.”
Alaska (tanpa melihat):“Biar aku yang nyusul. Aku ingin lihat ekspresi dia… saat tahu hidup di luar itu masih bisa dia sentuh.”
Amar tak berani bertanya lebih. Tapi di balik itu, dia tahu… Alaska mulai berubah.
⸻
PERJALANAN KE RUMAH SAKIT – DALAM MOBIL MEWAH BERKACA GELAP
Sancha duduk dengan tangan di pangkuan, mengenakan dress putih sederhana yang diberikan Naif. Penampilannya bersih, polos, tapi sorot matanya tajam.
Di sampingnya, hanya seorang pengawal wanita yang ditugaskan menjaga, namun tidak bicara banyak.
Mobil melaju perlahan keluar gerbang mansion yang tinggi, dan saat itu—Sancha menahan napas.
“Langit… masih sama. Tapi rasanya sudah seperti surga.”gumamnya sambil menatap keluar jendela.
Pepohonan berbaris di sepanjang jalan, burung-burung berterbangan bebas. Benda-benda yang dulu biasa, kini terasa begitu istimewa setelah seminggu terpenjara.
Tangannya gemetar di pangkuan.
“Tuhan… jika Kau beri aku kekuatan, aku akan melindungi anak ini… bahkan jika aku harus lawan pria itu sekalipun.”tekad Sancha mulai tumbuh dari dalam luka.
⸻
RUMAH SAKIT KHUSUS – KEDATANGAN SANCHA
Dr. Luna sudah menunggu di dalam ruangan yang steril dan hangat. Aroma antiseptik menyatu dengan kelembutan cahaya alami dari jendela besar.
Dr. Luna:“Selamat pagi, Nona Sancha. Kami sudah menyiapkan segalanya. Tak ada media. Tak ada kamera. Anda aman.”
Sancha hanya mengangguk.
Tangan dokter itu lembut, suaranya tenang. Saat gel dingin disapukan di perutnya dan layar monitor mulai memancarkan denyut kecil—detak jantung mungil mulai terdengar.
Dug-dug… dug-dug… dug-dug…
Sancha menatap layar dengan bibir terbuka. Ia tidak menangis. Tapi air mata jatuh dengan sendirinya.
Sancha:“Kau nyata… kau hidup di dalamku…”
⸻
PINTU TERBUKA – KEHADIRAN YANG TIDAK DIINGINKAN
Tak lama setelah suara detak jantung itu menyala dalam ruangan, pintu terbuka pelan.
Alaska masuk.
Dengan langkah pelan namun pasti, ia berdiri di belakang tempat tidur Sancha. Matanya tidak menatap dokter. Hanya ke layar.
Alaska:“Itu milikku?”
Dr. Luna (tenang):“Itu adalah anak dari dua orang yang sama-sama berdarah kuat.”
Sancha menutup wajahnya dengan tangan. Tapi Alaska hanya berdiri di sana… lama… dalam diam.Hingga akhirnya ia berkata:
Alaska:“Aku tidak akan izinkan dia tumbuh dalam ketakutan seperti aku. Tapi aku juga tak akan biarkan dia hidup dengan ibunya yang mencoba kabur dan menyembunyikan kebenaran.”
Sancha (gemetar):“Kau tidak bisa menebus dosa dengan menyandera aku dan anak ini…”
Alaska:“Tapi aku bisa mencegah neraka itu terulang.”
Luna berdiri dari duduknya..”Al,tidak bisa kau berhati lunak sedikit untuk calon ibu dari anak mu..?”tegas Luna menatap tajam
Alaska mendesis..”anak ku tak butuh ibu,aku hanya perlu menunggu anak itu lahir dan akan mengusir ibunya dari negara ini…”
degh
Luna mendekat..plak..satu tamparan mendarat di pipi Alaska..
“apa kau gila membicarakan ini di depan wanita hamil alaska…!”bentak luna murka..
Alaska menatap tajam luna,ia berjalan mendekat kearah luna..
”apa kau lupa posisi Mu Luna..?”bentak Alaska tajam memojokkan Luna ke dinding
Sancha langsung turun dari bankar rumah sakit..
”tu-tuan lepaskan dokter ini,leher nya sakit anda tekan seperti itu…tuan lepaskan…!”teriak Sancha.
sempat terjadi perdebatan didalam ruangan pemeriksaan,wajah Luna sudah memerah,
air mata Sancha menetes..”tuan aku mohon lepaskan tangan anda…!”seru Sancha menyentuh tangan Alaska..
Alaska melepaskan tangan nya dari leher Luna,dan segera menarik lengan Sancha untuk keluar dari ruangan tersebut..
air mata Sancha terus mengalir,tubuh nya terhayung karena jalan Alaska yang begitu cepat..
“tuan,pelan-pelan aku bisa jalan sendiri..”seru Sancha lirih
Alaska menghentikan jalan nya..ia menatap mata Sancha