NovelToon NovelToon
Dunia Dzaka

Dunia Dzaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Keluarga / Trauma masa lalu
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Bulan_Eonnie

Aaron Dzaka Emir--si tampan yang hidup dalam dekapan luka, tumbuh tanpa kasih sayang orang tua dan berjuang sendirian menghadapi kerasnya dunia.

Sebuah fakta menyakitkan yang Dzaka terima memberi luka terbesar sepanjang hidupnya. Hidup menjadi lebih berat untuk ia jalani. Bertahan hidup sebagai objek bagi 'orang itu' dan berusaha lebih keras dari siapapun, menjadi risiko dari jalan hidup yang Dzaka pilih.

Tak cukup sampai di situ, Dzaka harus kehilangan salah satu penopangnya dengan tragis. Juga sebuah tanggung jawab besar yang diamanatkan padanya.

Lantas bagaimana hidup Dzaka yang egois dan penuh luka itu berlanjut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bulan_Eonnie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DD 31 Bang ... Dimi ....

Dzaka masih berada di dalam kegelapan yang menyelimutinya. Reka ulang masa lalu masih memenuhi pikirannya membuat Dzaka sesak. Kegelapan membelenggunya. Dada Dzaka seolah dihimpit sesuatu yang berat.

Sekeras apapun Dzaka memberontak, kegelapan itu tak kunjung melepaskannya. Seolah Dzaka terikat oleh tali tak kasat mata. Sedang napasnya kian memburu. Bahkan Dzaka merasa hampir kehabisan napas.

Dalam riuh suara di pikirannya, Dzaka bisa mendengar detak jantungnya yang tak terkendali. Dzaka tersiksa, tapi dia tak bisa melakukan apapun. Bahkan Dzaka tak bisa mengeluarkan suaranya untuk berteriak memanggil seseorang.

Namun, Dzaka merasa perlahan detak jantungnya kembali normal dan sesak yang dia rasakan perlahan menghilang. Suara riuh di kepalanya juga menghilang, memberikan Dzaka ketenangan yang hampa.

Dzaka menatap lurus pada kegelapan tak berujung. Kehampaan ini terasa aneh untuknya. Namun sebuah suara memasuki pendengarannya.

Terima kasih sudah bertahan, Dzaka. Abang bangga sama kamu.

Bisikin itu terdengar begitu dekat. Namun, ketika Dzaka menolehkan kepalanya ke samping, hanya kegelapan yang menyambutnya. Sebenarnya darimana asalnya suara itu?

Dan juga ... siapa itu? Kenapa dia menyebut dirinya sendiri abang? Dzaka dengan sangat jelas mengingat bahwa dia adalah anak tunggal. Lalu siapa itu?

Dzaka benar-benar kebingungan. Keheningan kembali menyambutnya. Dzaka hanya berdiam diri membiarkan keheningan dan kehampaan dalam kegelapan ini melingkupinya.

Tuan Emir! Suatu saat nanti, saya akan membawa Dzaka keluar dari Keluarga Emir. Tolong ingat itu!

Dzaka tersentak. Sebuah suara yang begitu familiar kembali mengisi rungu Dzaka. Suara siapa itu? Dzaka yakin dia mengenal suara itu. Tapi siapa? Kenapa tak ada seorangpun melintas di kepalanya.

Lalu ... apa maksudnya akan membawa Dzaka? Pikiran Dzaka kini dipenuhi rasa penasaran pada suara familiar yang sudah memasuki pendengarannya beberapa kali.

Tentang siapa Bang Dimitri ... dan soal kekerasan yang dialami Dzaka.

Dzaka tersentak. Bang Dimi. Bagaimana bisa Dzaka melupakan itu. Suara itu ... suara yang terasa familiar itu adalah milik Dimitri. Tapi ... apa maksud Tanvir?

Potongan-potongan percakapan yang mampir di rungu Dzaka membuatnya tenggelam dalam rasa penasaran. Sebenarnya ada apa? Kenapa dia bisa mendengar potongan-potongan percakapan dari suara-suara yang dia kenal?

Anak pertama mereka adalah Aaron Dimitri Emir.

Paman Adi? Dzaka sangat yakin itu suara Paman Adi. Namun, hal yang membuat Dzaka tertarik dan termangu adalah sebuah nama yang begitu mirip dengan namanya. Belum lagi kata-kata 'anak pertama mereka'.

Aaron Dimitri Emir. Berapa kali pun Dzaka mengulang, itu tak akan merubah apapun. Itu persis seperti apa yang dia tangkap. Apa ini mungkin? Setelah belasan tahun berlalu?

"Bang ... Dimi ...."

Dzaka mengucap nama itu tanpa suara. Bibir kering dan pucat nya menyebut nama itu berkali-kali. Entah bagaimana semakin sering Dzaka mengulang nama itu, Dzaka seperti ditarik dari kegelapan, keheningan dan kehampaan yang sejak tadi melingkupinya.

Pandangan Dzaka yang sejak tadi tertutupi kegelapan menemukan sebuah titik kecil. Tubuhnya bergerak mendekati titik itu dengan bibirnya yang masih mengucap kata yang sama seolah itu sebuah mantra.

"Bang ... Dimi ...."

Dzaka merasa cahaya menyilaukan tiba-tiba menusuk netranya membuat Dzaka mengerjap. Kelopak matanya berkedut samar, berusaha keras untuk terbuka. Jari-jarinya yang panjang, lemah, dan dingin itu bergerak perlahan.

...----------------...

"Dzaka?" Dimitri terkejut mendengar suara lirih dari belakangnya. Dia bahkan terpaku sejenak menyaksikan kelopak mata Dzaka berkedut samar. Jari-jari panjangnya juga bergerak lemah.

Namun, yang membuat Dimitri lebih tertegun adalah Dzaka menyebut namanya. Panggilan yang selalu Dzaka gunakan untuknya. Entah bagaimana getaran itu sampai ke hati Dimitri. Terasa hangat dan nyaman.

"Jari Dzaka gerak!" seru Tanvir yang berdiri di sisi ranjang Dzaka.

Semua orang terpaku menyaksikan reaksi tubuh Dzaka dengan harapan kelopak mata itu segera membuka. Menampilkan netra sayu menenangkan khas Dzaka.

Namun, setelah beberapa menit, kelopak mata Dzaka tidak lagi berkedut dan jari-jarinya berhenti bergerak. Tentu saja hal itu membuat mereka yang berada di sana panik.

Tanvir adalah yang pertama bereaksi, menekan tombol panggil dokter di dinding dengan tergesa-gesa. Sementara itu, Dimitri menatap ke arah Dzaka, air mata tipis mengalir di sudut matanya, perasaannya campur aduk.

Dokter dan perawat segera datang. Ketegangan terlihat jelas di wajah mereka. Dokter segera melakukan pemeriksaan singkat, mengamati monitor yang kini menunjukkan detak jantung Dzaka yang stabil.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Dokter meminta penjelasan pada orang-orang yang berada di sana.

"Tadi kami melihat kelopak matanya berkedut dan jari-jarinya bergerak, meskipun terlihat lemah," papar Tanvir membuat dokter itu mengangguk paham.

"Pasien sudah menunjukkan tanda-tanda menuju kesadaran. Ini adalah kemajuan yang sangat signifikan," ujar dokter, menghela napas lega. "Kita hanya perlu terus memantau, tapi ini kabar baik."

Semua orang yang sejak tadi diserang rasa panik ikut menghela napas lega. Ini benar-benar sebuah kabar yang melegakan. Kini mereka hanya perlu menunggu sampai mata itu kembali terbuka.

Setelah dokter pergi, ruangan kembali hening. Dimitri tidak lagi menggenggam tangan Dzaka, tetapi ia masih duduk di sisi ranjang, memandang wajah adiknya dengan tatapan penuh kelegaan.

"Paman ...." Suara Tanvir memecah kesunyian membuat semua mata tertuju kepadanya.

"Soal kekerasan itu ... maksudnya apa? Apakah itu benar-benar Tuan Emir?"

Tanvir hanya masih tidak ingin percaya dengan semua ini. Dia tidak siap menerima kenyataan bahwa sahabat baiknya itu mengalami kekerasan dari orang yang tak lain adalah kakek Dzaka sendiri.

Paman Adi menghela napas berat dan mengangguk. "Paman selama ini sudah mendapat beberapa laporan dari pengawal di kediaman tuan muda, tapi karena Paman belum melihatnya sendiri itu menjadikan laporan itu tidak kuat."

Pandangan Paman Adi menerawang. "Namun, beberapa hari lalu itu menjadi jelas. Jika saja Paman tidak ada di sana, entah separah apa kondisi tuan muda. Tuan Emir bahkan tidak peduli tuan muda dalam keadaan sakit. Dia menarik kerah baju tuan muda hingga tuan muda kesulitan bernapas. Setelah itu bahkan dia menghempaskan tuan muda dengan keras." Suara Paman Adi terdengar getir.

"Apa Paman tau?" Raffa menatap Paman Adi. "Dzaka mimisan dan pingsan setelah mengerjakan ulangan hari itu."

Ucapan Raffa membuat Paman Adi terkejut. "Be-benarkah, Nak Raffa?" tanya Paman Adi masih tak percaya.

Raffa mengangguk namun deru napasnya mulai memberat. Emosi di dalam dirinya mencuat mengingat betapa tak berdayanya Dzaka saat itu. Tanpa sadar Raffa mengepal tangannya.

"Kenapa, Fa?" tanya Tanvir yang tak paham dengan perubahan sikap Raffa.

"Hari itu ... waktu gue liat Dzaka dalam kondisi kayak gitu ... lo tau apa yang dia bilang?"

Tanvir sontak menggeleng dengan wajah penasaran. Raffa semakin mengeratkan kepalan tangannya.

"Dia bilang ... dia mau nyerah, Vir."

1
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
Ceritanya seru yok di baca
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Makasih, Kak
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
lanjut dong /Scream/
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Stay tune, Kak. Terima kasih sudah mampir❤️
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
idih sirik bgt si/Cleaver/
Jena
Bener-bener bikin ketagihan.
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih kakak❤️ Nantikan terus updatenya ya kak😊
total 1 replies
bea ofialda
Buat yang suka petualangan, wajib banget nih baca cerita ini!
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih kakak sudah mampir❤️
total 1 replies
Mamimi Samejima
Teruslah menulis, ceritanya bikin penasaran thor!
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih sudah mampir kakak❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!