Hai semua,,,author kembali lagi nih dengan cerita baru.
Sebuah pernikahan terjadi di masa lalu, walau pernikahan dini namun tetap sah karena sang ayah si gadis yang menikahkan.
Kehidupan terus berputar dan saat si gadis dewasa sang suamipun ingin meresmikan pernikahannya.
Namun bagaimana jadinya jika pernikahan mereka terlupakan oleh sang gadis ,,,
Penasaran ???!! Yuk dibaca ,,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roslaniar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31 》》AMAN TERKENDALI
Melihat kondisi di dalam rumah yang semakin tidak kondusif, Andhini menarik tangan bang Niko agar mengikutinya. Andhini tidak mungkin meninggalkan rumah bunda Riana dalam keadaan seperti ini. Setelah keduanya berada di gazebo depan teras dan tangis Disha mereda, Andhini lalu bercerita.
“Bang, Dhini bukannya ingin menyembunyikan kebenaran soal putriku tapi aku takut Satria akan mengambilnya”. Andhini menatap sendu pria yang selalu perhatian padanya.
“Jadi maksudmu, Disha anak kalian ?! Kamu gak pernah menikah selama disana ?! Lalu papanya Disha siapa ?!” Bang Niko membombardir adiknya dengan pertanyaan yang bertubi-tubi. Sungguh ia sangat penasaran.
Anggukan Andhini akhirnya membuat bang Niko tersenyum. Tangannya terulur mengusap kepala sang adik lali mencium pipi ponakannya.
“Maaf karena abang sempat meragukan mu,” Niko meminta maaf dengan wajah bersalah. Tidak seharusnya meragukan adiknya sendiri.
“Sekarang tugas abang mengurus bunda tapi ingat bang, jangan sekali-kali membocorkannya pada pria itu”. Andhini menatap tajam bang Niko, bukan bermaksud mengancam, hanya mengingatkan saja. Sedangkan Niko memilih untuk tak menimpali perkataan adiknya.
“Surat ceraiku sudah ada kan bang ? Udah lama lho prosesnya,” Andhini hampir saja melupakan hal terpenting dalam hidupnya ke depan. Ia masih muda dan ingin status yang jelas.
“Satria tidak pernah menceraikan mu dan hingga saat ini secara hukum kalian masih pasangan suami istri,” Seketika Andhini terduduk lemas. Ia sangat membenci dirinya yang menjadi istri kedua dari pria itu.
Andhini memang berharap akan berumah tangga lagi namun bukan bersama pria itu. Ia akan berusaha memberikan seorang ayah bagi putrinya meskipun bukan pria lokal.
“Dek, pikirkan dengan kepala dingin, Satria itu orangnya baik lho. Abang gak memuji karena dia sahabat abang, tapi memang seperti itulah kenyataannya. Pikirkan lagi ya ?!” Niko mengusap dengan rasa sayang pucuk kepala Andhini sebelum berlalu.
Niko berjalan memasuki rumah dimana bunda Riana masih dengan tangisnya dengan Zelena yang memeluk sang bunda dan Satria yang duduk dengan lesu. Wajahnya terlihat kusut bak baju yang menumpuk di keranjang menunggu giliran disetrika.
“Ck, laki-laki kok cemen ,,,” Niko tersenyum meledek sahabat sekaligus adik iparnya. Dan hanya dibalas dengan tatapan sendu oleh Satria.
Sungguh saat ini pria itu kehilangan semangat hidupnya. Istri yang dicarinya selama ini ternyata malah telah memiliki suami bahkan melahirkan seorang gadis kecil yang cantik dan menggemaskan. Menurut kepercayaan yang dianutnya memang telah jatuh talak satu karena mereka berpisah sekian lama sedangkan konsekuensi agama hanya tiga bulan berpisah tanpa nafkah lahir dan bathin.
“Bund, jangan nangis terus dong. Andhini bukan wanita gila yang akan bertindak tanpa memikirkan akibatnya. Bunda ingatkan abang pernah cerita kalo Dhini menelepon beberapa hari yang lalu dan menanyakan perihal perceraiannya ?!” Niko duduk dan menatap lembut sang bunda yang terlihat sangat terpukul.
“Tapi putrinya mengatakan jika dia memiliki papa dan itu artinya adikmu itu telah menikah, bang ,,,” Tangis bunda Riana kembali pecah. Untuk pertama kalinya bunda sangat kecewa dengan kelakuan putri bungsunya.
“Makanya bunda jangan langsung emosi dan liat kejadiannya, semua jadi salah paham. Kalo bunda tidak mengeraskan suara pasti cucu bunda tidak menangis histeris dan Dhini bisa menjelaskan”. Niko tetap tenang dan perlahan mengingatkan sang bunda akan kesalahan yang dilakukan hingga suasana jadi tidak menyenangkan.
“Abang jangan coba-coba menjadi pahlawan kesiangan. Bunda gak terima adikmu menikah tanpa bercerai. Apa kata keluarga besar kita dan masyarakat jika adikmu melakukan poliandri. Mau ditaruh dimana muka bunda. Bunda malu bang !!” Suara bunda Riana kembali menggelegar. Untungnya halaman rumah mereka luas pun dengan rumah tetangga sehingga suara bunda tidak terdengar oleh tetangga.
“Astaga, bunda kebiasaan deh ,,,” Lama-lama Niko juga mulai merasa kesal namun ia masih berusaha sabar. Pantas saja Andhini memilih keluar dan menenangkan putrinya daripada menghadapi bunda yang selalu mengambil kesimpulan sendiri.
Andhini memang tipe manusia yang malas berdebat dan memilih menghindar. Andhini terlalu malas buang-buang tenaga hanya untuk menghadapi seseorang yang mengedepankan emosi dan pikiran sendiri.
“Sabar bund, biarkan abang menjelaskan agar bunda gak semakin salah paham,” Zelena akhirnya ikut nimbrung. Sementara Niko menatap dalam Zelena yang memanggilnya abang, terdengar sangat indah dan manis ditelinga.
Akhirnya bunda Riana diam dan fokus pada apa yang akan disampaikan oleh Niko. Pun sama halnya dengan Satria, meskipun pria itu tetap pada posisinya namun fokus telinganya terpasang dengan baik.
“Lagian juga bahasa anak-anak di dengar tanpa bertanya. Seharusnya kita bersyukur ada seseorang yang dengan sukarela dipanggil papa oleh anak yang bukan darah dagingnya. Panggilan papa bukan berarti Andhini menikahi pria itu. Dan asal bunda tau, pria itu sudah memiliki istri dan anak yang sudah dewasa. Andhini gak mungkin menjadi posisi yang sama untuk kedua kalinya.” Niko hanya menceritakan intinya saja agar kesalahpahaman bunda segera berakhir.
Bukannya Niko tak menepati janjinya pada Andhini sehingga ia menceritakan semuanya di depan Satria. Sebagai seorang anak yang sangat menyayangi bundanya. Ia tak tega melihat air mata sang bunda menetes Karena sedih.
Niko hanya bisa berharap Andhini memaklumi tindakannya. Lagipula cepat atau lambat Satria harus tau anak kandungnya. Dan Niko yakin jika Satria tak mungkin merebut Disha dari Andhini. Satria terlalu mencintai Andhini.
Jangan ditanya perasaan Satria mendengar cerita sahabatnya. Bahagia, lega dan semangatnya kembali bahkan semangatnya itu terasa berkali-kali lipat.
“Sat, tolong untuk saat ini jangan mendesak Andhini agar berterus terang. Biarkan dia tenang dulu agar merasa nyaman tinggal dirumah, lagipula dia baru datang. Kamu bebas kok datang kesini dengan alasan menemui bunda atau menemuiku,” Niko mengalihkan tatapannya pada Satria. Kali ini Niko benar-benar sangat mengharapkan pengertian Satria.
“Baiklah tapi boleh gak aku menggendong putriku ,,,” Wajah Satria sangat memelas membuat Niko tak tega. Sebagai sesama pria dan sahabat tentu saja Niko sangat memahami perasaan Satria.
“Kamu disini aja, biar aku coba membujuk Andhini dan putrinya,” Niko lalu berdiri dan hendak melangkah namun seketika langkahnya tertahan dan mencebikkan bibirnya.
“Putriku juga, Nik.” Ralat Satria tak terima.
Niko hanya menatap datar pria yang selama ini menjadi sahabatnya namun selalu saja membuatnya kesal. Niko melanjutkan langkahnya yang sempat tertahan beberapa saat.
Dari teras Niko menatap adiknya yang menatap lurus tanpa ekspresi. Terlihat jika adiknya itu sedang banyak pikiran. Niko tak tega melihat sang adik yang tampak tenggelam dengan pikirannya.
Perlahan Niko menghampiri sang adik. Keceriaan Andhini yang dulu kini berganti dengan wajah tanpa ekspresi.
“Jangan terlalu banyak pikiran, dek, hadapi semuanya dengan tenang dan yang paling penting ada abang yang selalu ada untukmu,” Ucap Niko pelan sambil mendudukkan bokongnya di samping kiri Andhini.
“Gimana dengan bunda, bang ?!” Andhini tak menanggapi ucapan Niko, ia lebih tertarik dengan tanggapan sang bunda. Andhini sungguh tak tega melihat bunda Riana menangis namun iapun tak mungkin menjelaskan yang sebenarnya karena Disha yang menangis. Andhini tak bisa melihat putrinya menangis.
“Aman terkendali, tenang aja. Dek, mungkin sebaiknya kamu membiarkan Satria menggendong Disha, dia juga berhak dek. Jangan karena kemarahan mu sehingga mengorbankan anakmu sendiri,” Niko mengelus bahu Andhini dengan kasih sayang. Ia paham betul perasaan adiknya dan sebenarnya kemarahannya pada Satria masih membekas hingga saat ini. Namun semua sudah terjadi marah pun tak mengembalikan keadaan seperti semula.
🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓
Assalamualaikum readers ,,,
Semangat berkarya thooorrr💪🏻💪🏻
apapun keputusan Andhini jujurlah atas apa yg terjadi di masa lalu