NovelToon NovelToon
Rise Of The Rejected

Rise Of The Rejected

Status: sedang berlangsung
Genre:Akademi Sihir / Epik Petualangan / Fantasi / Balas Dendam
Popularitas:861
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nuraida

Ardan Kael tumbuh di Akademi Aetherion — sekolah elit bagi para pengguna kekuatan elemental.
Tapi di usia 16 tahun, hasil ujiannya menunjukkan “nol energi.” Ia dicap Reject, dibuang dari akademi, dan diusir dari keluarganya sendiri.

Namun, pada malam ia hendak bunuh diri di tebing Aetherion, ia mendengar suara aneh dari bayangannya sendiri:

“Kau gagal bukan karena lemah... tapi karena kekuatanmu terlalu kuat untuk dunia ini.”

Suara itu membangkitkan sesuatu yang telah lama tersegel dalam dirinya — Void Energy, kekuatan kegelapan yang bisa menelan seluruh elemen.

Dari situ, Ardan bersumpah untuk kembali ke akademi, bukan sebagai murid...
Tapi sebagai mimpi buruk bagi semua orang yang pernah merendahkannya.

“Kalian menyebutku gagal? Baiklah. Aku akan menunjukkan arti kegagalan yang sebenarnya.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nuraida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 – Ritual Bayangan

Ritual Bayangan diadakan di ruang terdalam Markas The Eclipse Order, sebuah ruang batu kuno yang disinari oleh satu kristal hitam yang berdenyut pelan. Kristal ini, disebut The Echoing Core, bertindak sebagai jangkar mental dan katalis untuk memasuki alam bawah sadar yang dipengaruhi Void.

Ravel, Serena, dan beberapa anggota senior Order berdiri melingkar, menyaksikan Ardan yang kini berbaring di altar batu. Ravel memegang belati obsidian dan menorehkan rune kompleks di dada Ardan.

"Ritual Bayangan adalah ujian mental tertinggi, Umbra," suara Ravel bergema di ruangan itu, didistorsi oleh topengnya. "Kekuatan Void berakar pada emosi. Jika kebencianmu lebih besar dari tekadmu, kau akan dihancurkan oleh bayangan dirimu sendiri."

Serena berdiri di dekat Ardan, menggunakan Illusioncraft-nya untuk memperkuat tautan mental. "Aku akan menjagamu dari luar. Jangan takut, tapi jangan juga berjuang untuk bangun. Biarkan jiwamu yang bertarung."

Ardan mengangguk. Ia memejamkan mata. Begitu Ravel menusukkan belati obsidian ke Kristal Echoing Core, Ardan merasakan gelombang kejut dingin yang luar biasa. Pikirannya terlepas dari raganya, dilemparkan ke dalam dimensi yang sama sekali berbeda: dunia mimpi Void.

Dimensi Void: Kehampaan yang Berbicara

Ardan membuka matanya. Ia tidak berada di gua. Ia berada di kehampaan total. Langit-langit, lantai, cakrawala—semuanya hitam pekat, tidak ada bintang, tidak ada cahaya, hanya kegelapan abadi yang menindas.

Namun, kegelapan itu tidak diam. Kegelapan itu adalah Void Energy murni, dan ia berbisik.

“Kau datang sendirian, Ardan. Di sini, kau tidak perlu berpura-pura menjadi pahlawan yang dibingungkan oleh moralitas.”

Di depannya, bayangan mulai berkumpul. Bukan bayangan The Whisper, melainkan bayangan yang berbentuk persis seperti dirinya. Seorang pemuda setinggi Ardan, mengenakan jubah duel Void, tetapi matanya bersinar dengan intensitas ungu yang menakutkan, tanpa sedikit pun keraguan.

Ini adalah Bayangan Jahat Ardan—versi dirinya yang sepenuhnya dikendalikan oleh The Great Devourer dan The Whisper.

"Lihat diriku, Ardan," kata Bayangan itu, suaranya adalah gema yang meniru Ardan, tetapi lebih dingin. "Aku adalah yang seharusnya kau menjadi. Aku tidak peduli dengan Lyra, Rion, atau kebenaran. Aku hanya peduli pada Kekuasaan."

"Kau bukan aku," jawab Ardan. "Aku menolak menjadi monster."

Bayangan itu tertawa, tawa yang menggema menyakitkan di telinga Ardan. "Monster? Aku adalah evolusi! Kau gagal karena moral bodohmu. Aku menahan diri di Arena. Aku membiarkan Rion hidup. Itu adalah kelemahan, Ardan. Lihat apa yang bisa kulakukan!"

Bayangan itu mengangkat tangan, dan Void Energy yang tak terbayangkan liar berkumpul. Ia tidak membentuk bola yang terkendali seperti yang diajarkan Elandra. Ia membentuk pedang raksasa dari kegelapan murni, membelah kehampaan.

"Void: Tebasan Entropi!"

Bayangan itu menyerang. Tebasan itu tidak mengenai tubuh, tetapi menyerang inti mental Ardan.

Ardan terhuyung. Ia merasakan Void Energy dalam dirinya bergejolak, ingin bergabung dengan Bayangan itu. Ia merasakan daya tarik untuk melepaskan semua kendali, untuk membiarkan The Great Devourer melenyapkan semua yang menghalanginya.

“Bergabunglah denganku, Ardan! Kita akan menjadi Dewa. Kita akan menjadi Kael the Abyssal yang baru, tetapi lebih kuat. Lenyapkan semua Dewan Elemen, lenyapkan Solan, lenyapkan Aetherion!” Bayangan itu berteriak, suaranya seperti bisikan The Whisper yang dimuliakan.

Ardan jatuh berlutut. Gambar-gambar kehancuran membanjiri pikirannya: Aetherion meledak, Valenforge tenggelam dalam bayangan, dan wajah Lyra yang ketakutan saat ia menelan Rion sepenuhnya.

"Aku bisa melakukannya," gumam Ardan. "Aku bisa menghancurkan mereka semua. Itu lebih mudah."

Bayangan itu mendekat, pedangnya siap untuk menghabisi Ardan. "Ya, itu lebih mudah. Ambil saja kekuasaan! Lupakan penderitaanmu. Hilangkan semua yang menyakitimu!"

Tiba-tiba, saat pedang Void hampir menyentuh kepala Ardan, sebuah suara yang lembut tapi tegas menembus kehampaan di benaknya. Itu bukan suara Elandra, bukan pula Lyra. Itu adalah suara Ravel, yang ia dengar saat ritual dimulai: “Kekuatan bukan untuk menghancurkan, tapi untuk menolak dikendalikan.”

Kalimat itu, yang dia dengar saat ia menerima identitas Umbra, menusuk ke inti kesadarannya.

Ardan mengangkat kepalanya. Matanya yang ungu menyala dengan tekad baru.

"Tidak," jawab Ardan, suaranya tenang, meskipun ia gemetar. "Kekuatan yang kau tawarkan adalah penjara, bukan kebebasan."

Bayangan itu mengayunkan pedangnya lagi, kali ini dengan marah. "Kau bodoh! Kau lemah!"

"Aku tidak lemah!" teriak Ardan. "Aku menolak dikendalikan oleh kebencianku sendiri!"

Ardan bangkit. Ia tidak memanggil Devourer. Ia ingat ajaran Elandra, ia ingat The Eternal Architect. Ia memfokuskan Void Energy, tidak untuk menyerang, tetapi untuk mengisi.

Bayangan itu adalah kehampaan murni. Ia adalah kebencian.

Ardan melangkah maju, langsung menuju pedang Void yang mengancam. Ia tidak membentuk perisai. Sebaliknya, ia menyalurkan Void Energy-nya, tetapi dengan tujuan untuk mengasimilasi.

"Aku tidak akan menghancurkanmu," kata Ardan, meraih pedang Bayangan itu dengan tangan kosong. "Aku akan menyerapmu. Aku akan mengambil kekuatanmu, tetapi menolak jiwamu yang korup."

Saat tangan Ardan menyentuh pedang Void Bayangan itu, bukannya kehancuran, terjadi penggabungan yang dahsyat. Energi gelap itu mengalir ke dalam tubuh Ardan, bukan sebagai makanan liar, tetapi sebagai pemahaman baru. Ardan merasakan kekuatan Bayangan itu—kekuatan murni yang tidak terbebani oleh moral—mengalir ke dalam inti Eternal Architect-nya.

Bayangan itu menjerit, suaranya dipenuhi kepanikan. "Tidak! Kau curang! Kekuatan itu milikku!"

"Kekuatan ini adalah warisanku," balas Ardan.

Dalam sekejap, Bayangan Jahat Ardan tidak hancur. Ia diserap sepenuhnya oleh Ardan.

Ardan berdiri tegak. Ia merasakan peningkatan kekuatan yang luar biasa. Ia tidak hanya mengendalikan Devourer dan Architect, ia sekarang mengerti cara menggabungkan keduanya. Ia bisa menghancurkan dengan kontrol, dan mengisi kekosongan dengan kekuatan penuh.

The Whisper menjadi sunyi. Untuk pertama kalinya, ia tunduk pada tuannya.

Ardan mengambang di kehampaan. Ia telah lulus ujian. Ia telah menyerap bayangan tergelapnya, menjadikannya bagian dari kekuatannya, bukan kelemahannya.

Kembali ke Realitas

Di Markas The Eclipse Order, Ardan tiba-tiba membuka matanya. Kristal Echoing Core di depannya pecah, memancarkan cahaya ungu yang menyilaukan.

Ravel tersentak. Serena, yang memegang dahi Ardan, mundur selangkah, matanya terbelalak karena shock.

"Mustahil," bisik Ravel. "The Echoing Core tidak pernah pecah. Energi mentalnya terlalu kuat."

Ardan duduk, tubuhnya tidak lagi kelelahan. Ia merasa segar, tetapi aura di sekelilingnya kini lebih tenang, lebih terkendali, dan sepuluh kali lebih berbahaya.

"Ritual telah selesai," kata Ardan. Suaranya kini terdengar seperti miliknya, tetapi dengan lapisan nada rendah yang asing dan berwibawa.

Serena mendekat, wajahnya penuh kekaguman. "Kau tidak hanya lulus, Umbra. Kau menyerap ujian itu. Kekuatanmu... itu kini murni."

Ravel, meskipun topengnya menutupi wajahnya, tampak terkejut. Ia telah tertarik pada kekuatan Ardan, tetapi ia tidak menyangka kekuatan itu akan berkembang begitu pesat. Ardan kini terlalu kuat, bahkan mungkin terlalu kuat untuk dikendalikan oleh The Eclipse Order.

Ravel dengan cepat memulihkan diri. "Selamat, Umbra. Kau telah membuktikan dirimu. Identitas lamamu telah mati. Kau adalah yang kami butuhkan untuk mengguncang Valenforge."

"Bagus," kata Ardan. Ia bangkit, pandangannya dingin dan fokus. Ia melihat sekeliling ruangan, ke wajah-wajah para Reject yang kini memandangnya dengan penghormatan baru.

"Aku sudah lulus. Sekarang, tunjukkan padaku bagaimana kita akan menjatuhkan Solan Caelum dan Dewan Elemen."

Ardan Kael telah mati di Desa Tersisih. Umbra telah lahir dari abu kebenciannya, seorang arsitek kehancuran yang memiliki kendali penuh.

1
azizan zizan
nah ini Nih sering kali kebanyakkan para pemula ingin membuat novel melakukan kesalahan yang boleh mencacatkan sesebuah karya perkataan2 di bab yang lepas di ulang kembali di bab baru.. jika para pemerhati yang menyinak tahu apa yang mereka cakap... novel sampah.. maaf Thor komentar aku ini kasar... kau perlu perhatiin yang itu.. jangan terlalu abal2 membuat sesebuah novel.. jika ingin orang menghargai sebuah karya yang kita buat kita perlu menghargai para pembaca juga itu baru adil...
azizan zizan
ku mampir Thor di novel mu... semoga mc meluluhlantahkan kekaisarannya sama rata dengan tanah usah pedulikan bai atau jahat di pukul rata...🤭🤭🤭🤭
maulida
mampir bentar biar GK lupa baca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!