NovelToon NovelToon
Di Ujung Asa

Di Ujung Asa

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Penyesalan Suami
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Baim

Amira wanita cantik itu, menatap suaminya dengan perasaan yang sulit di artikan. bagaimana tidak, dua tahun yang lalu, dia melepaskan kepergian Andika untuk bekerja ke kota, dengan harapan perekonomian rumah tangga mereka akan lebih mapan, keluar dari kemiskinan. tapi harapan itu hanyalah angan-angan kosong. suami yang begitu di cintanya, suami yang setiap malam selalu di ucapkan dalam sujudnya, telah mengkhianatinya, menusuknya tanpa berdarah. bagaimana Amira menghadapi pengkhianatan suaminya dengan seorang wanita yang tak lain adalah anak dari bos dimana tempat Andika bekerja? ikuti yuk lika-liku kehidupan Amira beserta buah hatinya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Baim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4

      Di temani sang anak, Amira membersihkan dapur yang berantakan. Sisa-sisa nasi yang berserakan di atas meja di bersihan menggunakan lap. Lantai dapur di sapu hingga bersih. Piring kotor sisa makan Ibu mertuanya, di bawah ke belakang untuk di cuci. Walaupun masih terasa lelah, Amira melakukan semuanya dengan sabar. Untuk pekerjaan seperti ini, bukan hal baru baginya. Sewaktu masih tinggal dengan keluarga Ayahnya, dia di perlakukan layaknya pembantu rumah tangga. Yang di bayar dengan sesuap nasi. Semua dia lakukan untuk bertahan hidup.

    "Alif jangan main air sayang, badan kamu nanti dingin."Tegur Amira pada bocah itu, yang sedang menepuk-nepuk air di dalam baskom, dengan tertawa ceria.

    "Bu..Bu..Bu.."

    "Iya sayang..jangan main air ya nak..nanti Alif kedinginan..ayo sini sayang, anak pintar, anak sholeh nya Ibu."

    Amira meninggalkan pekerjaannya, meraih tubuh kecil itu, yang sudah basah kena cipratan air, karena ulahnya sendiri.

   "Duduk di sini ya..dekat Ibu."

   Amira mendudukkan anaknya di sampingnya, setelah membungkus tubuh kecil itu dengan kain kering yang tergantung di samping rumah. Seperti mengerti ucapan sang Ibu, bocah itu duduk diam. Amira kembali melanjutkan pekerjaannya mencuci piring kotor hingga selesai.

   "Ayo sekarang Alif mandi."

   Amira mengangkat tubuh anaknya membawa ke kamar mandi.

................

     Selsai menunaikan Sholat magrib, sambil menuntun tangan anaknya, Amira pergi ke dapur. Menyiapkan makan malam untuk mereka. Ibu mertuanya tidak terlihat baik di ruang tamu, maupun di dapur. Dia sangat yakin kalau Ibu mertuanya sudah melaporkan keributan tadi sore pada anaknya. Dan pasti Andika akan menelponnya setelah selesai sholat Isya nanti.

   "Apa Ibu masih di dalam kamar?"Pertanyaan untuk dirinya sendiri.

     Amira memang sering mendapat perlakuan kurang baik oleh Ibu mertuanya selama dia menikah dengan Andika. Di bentak, di caci, bahkan sering kena jambak adalah makan sehari-harinya. Walaupun begitu, dia bisa menerima semuanya dengan lapang dada. Setidaknya Ibu mertuanya tidak pernah mengusirnya dari rumah. Dia juga sering di bela oleh suaminya. Itu sudah lebih dari cukup bagi Amira. Kadang Amira juga menyembunyikan perlakuan itu dari suaminya. Dia hanya ingin Ibu dan anak itu, tidak bertengkar karena dirinya.

     Se benci-bencinya Ibu Susi pada Amira, perempuan itu tidak pernah menyuruh anaknya untuk menceraikan Amira. Tapi ucapan Ibu mertuanya sore tadi, bagai palu godam menghantam dadanya. Sakitnya luar biasa. Dan itu, masih terasa di hati Amira hingga saat ini.

     "Alif duduk diam di sini ya sayang, Ibu mau masak dulu sebentar."

    Amira mengangkat tubuh anaknya, duduk di kursi makan. "Awas jangan banyak gerak, nanti Alif jatuh!"

   Setelah itu, Amira menyiapkan makan malam mereka dengan menu sederhana. Di buatnya dadar jagung yang di kasi Bu lek Tati, tumis kangkung yang di petik dari kolam dekat ladang jagung, setelah mendapat ijin dari Bu lek Tati. Dua papan tempe masih tersisa di dalam kulkas di goreng juga. Tak lupa sambal terasi dan kerupuk. Dia juga membuat telur dadar buat anaknya. Sebelum mandi sore tadi Amira sudah memasak nasi terlebih dahulu. Dan sekarang nasi di dalam rice cooker, sudah matang. Di sela-sela masaknya, sesekali dia mengajak anaknya ngobrol agar sang anak tidak cepat bosan dan berakhir rewel.

    Semua masakannya sudah siap. Dan Amira menyajikan di atas meja. Menunggu selesai Sholat Isya baru mengajak mertuanya makan.

    "Bu..am."

    "Iya sayang..tunggu Ibu siapin dulu." Amira mengambil seperempat centong nasi, di taruh nya di atas piring. Tumisan kangkung yang di beri kuah, diambilnya sedikit. Telur dadar di taruh di atas nasi.

    "Ayo sayang..baca do'a dulu sebelum makan."

    Alif langsung mengangkat kedua telapak tangannya, menadah ke atas.

     "Bismillahirrahmanirrahim..Allahumma barik lana fi ma razaqtana wa qina adzaban nar..Aamiin." Amira mengakhiri do'a makannya. Sementara Alif mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan kecilnya. Tak lupa mengamini do'a Ibunya, dengan bahasanya sendiri.

     "Aaa..buka mulutnya."

     Alif membuka mulutnya, menerima suapan nasi dari tangan Ibunya.

    "Pintar nya anak Ibu. Makan yang banyak ya nak, biar cepat gede."

    Alif cuma tersenyum mendengar ucapan Ibunya. Kepalanya di goyang-goyang, menandakan kalau dia merasa bahagia.

    Tak lama kemudian terdengar adzan Isya berkumandang, seiring dengan suapan terakhir Amira ke dalam mulut anaknya.

    "Alhamdulillah..habis juga makannya..ayo, minum dulu..minumnya sendiri aja ya, jangan bergerak dari duduknya. Ibu mau beres-beres dulu!" Titah Amira. Alif cuma mengangguk kepalaku sekali.

    Selesai beres-beres dapur, Amira kembali membawa anaknya ke dalam kamar, setelah mengambil wudhu di belakang.

    "Alif mainnya di tempat tidur saja ya..Ibu mau sholat dulu."

    "Iya."

    Amira mengenakan mukenanya. Membentangkan sajadah di atas langit. Detik berikutnya, dia telah khusuk menjalankan sholat wajib empat raka'at nya.

  Selesai dengan sholatnya, Amira menengok ke atas tempat tidur. Dia tersenyum melihat anaknya yang sudah terlelap. Amira bergegas melepaskan mukenanya, melipat sajadah, lalu menaruhnya ke tempat semula. Sebelum keluar kamar, Amira menyelimuti tubuh anaknya dengan selimut.

   "Kamulah kekuatan Ibu sekarang nak."Dikecupnya dahi anaknya perlahan."Tidur yang nyenyak ya sayang, mimpi yang indah."

Amira lalu melangkah keluar dari dalam kamarnya.

 Tok..tok...tok

     Amira mengetuk pintu kamar Ibu mertuanya.

  .  "Bu..ayo kita makan!" Seru Amira di depan pintu kamar.

     Tidak ada sahutan balasan dari dalam kamar. Perlahan tangan Amira memutar handle pintu. Pintu yang tidak di kunci itu, dibuka nya perlahan. Suara derit pintu, memecah kesunyian suasana kamar. Amira bisa melihat Ibu mertuanya sedang berbaring di atas tempat tidur, membelakangi pintu. Langkah kakinya di ayunkan perlahan mendekati tempat tidur. Amira meletakan bokongnya di sisi tempat tidur. Sebelum membangunkan, Amira menatap punggung renta itu, dengan perasaan iba.

    Sebenarnya Amira sangat sayang pada Ibu mertuanya itu. Tapi entah kenapa Ibu mertuanya tidak pernah menyukai dirinya. Walau dia sudah menikah dengan Andika selama dua tahun lebih dan memberikan seorang cucu.

     Sebagai menantu, ia ingin di sayang, di perhatikan layaknya anak kandung sendiri. Tapi itu semua tidak pernah dia dapatnya dari Ibu suaminya itu. Mengingat dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang Ibu, semenjak kedua orang tuanya meninggal bertahun-tahun lalu.

    "Bu.." tangannya menyentuh pundak mertuanya, lalu di goyang perlahan.

    "Ayo bangun, makan dulu!"

    Bu Susi menggeliat perlahan. Lalu dia menoleh menatap Amira.

    "Ada apa?"Tanyanya ketus.

   "Makan dulu Bu!"

   "Kamu masih peduli sama Ibu. Ibu pikir kamu sudah tidak mau ngurus Ibu semenjak anakku pergi."

  Amira menahan semuanya, demi ketenangan hatinya.

  "Maaf...ayo kita makan!"Ucapnya. Kemudian dia bangkit dari sisi tempat tidur. Berdiri diam menatap Ibu mertuanya, yang beringsut dari atas kasur.

   "Duluan sana, nanti Ibu nyusul!"Titah Bu Susi, masih dengan nada ketus.

   "Ya sudah..kalau gitu aku keluar dulu."

   "Iya sana, mengganggu saja."

   Untuk tidak memperpanjang masalah, Amira pamit keluar dari kamar terlebih dahulu.

Bersambung.....

1
tanpa nama
Dsni perannya amira trlalu bodoh, trllu lemah. Udah bener d belain suami, mlah bersikap bodoh.
Jd gmes bcanya bkin emosi

Thor jgn bkin amira jd org bego. Toh itu cm mertua bkn ibu kndungnya
tanpa nama
Smngt nulis kryanya thor😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!