NovelToon NovelToon
SISTEM MEMINDAH JIWAKU KE TUBUH GADIS BODOH

SISTEM MEMINDAH JIWAKU KE TUBUH GADIS BODOH

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Transmigrasi / Permainan Kematian / Sistem
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: chiisan kasih

Kinara, seorang pejuang akademis yang jiwanya direnggut oleh ambisi, mendapati kematiannya bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah misi mustahil. Terjebak dalam "Sistem Koreksi Generasi: Jalur Fana", ia ditransmigrasikan ke dalam raga Aira Nadine, seorang mahasiswi primadona Universitas Cendekia Nusantara (UCN) yang karier akademis dan reputasinya hancur lebur akibat skandal digital. Dengan ancaman penghapusan jiwa secara permanen, Kinara—kini Aira—dipaksa memainkan peran antagonis yang harus ia tebus. Misinya: meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna dan "menaklukkan" lima pria yang menjadi pilar kekuasaan di UCN.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chiisan kasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KUIS SURVIVAL DAN DEBIT KEDUA

Udara di ruang kelas menjadi padat, beraroma kertas fotokopi yang baru dicetak. Semua mahasiswa merunduk, mengeluh pelan, mengeluarkan pulpen mereka. Bagi mereka, ini adalah kejutan yang tidak adil. Bagiku, ini adalah ujian integritas sistem dan keampuhan Fokus Absolut.

Pak Arka berjalan pelan di depan, tangannya memegang tumpukan lembar kuis. “Waktu kalian 20 menit. Tidak ada yang bisa membantu Anda kecuali pemikiran Anda sendiri,” ujarnya, nada suaranya kering dan tajam. “Kuis ini bukan tentang hafalan, Nasywa, atau siapa pun. Ini tentang melihat sistem, bukan sekadar melihat isinya.”

Ketika selembar kertas itu diletakkan di mejaku, aku tidak berani menoleh. Aku tahu Rendra, si Ketua BEM otoriter (Target 2), sedang mengawasiku dari barisan belakang, menunggu Amara Nasywa gagal dengan spektakuler. Kegagalan adalah mata uang Amara. Keberhasilan adalah sebuah anomali.

Kuis itu berisi tiga pertanyaan esai terbuka. Pertanyaan-pertanyaan itu dirancang untuk menghancurkan, bukan menguji. Aku membacanya.

Analisis bagaimana sistem ranking universitas menciptakan hegemoni intelektual yang meniadakan kritik akar rumput. Berikan contoh spesifik dari lingkungan kampus kita.

Jelaskan korelasi antara utang generasi muda (pinjaman pendidikan, utang konsumtif) dan penurunan agensi politik mahasiswa, menggunakan kerangka pikir Marxisme baru.

Jika Anda diberikan kewenangan, reformasi struktural apa yang akan Anda lakukan untuk mendemokratisasi akses pengetahuan di fakultas ini, dan apa risiko politik dari tindakan Anda?

Dua puluh menit untuk menjawab tiga pertanyaan filosofis yang menuntut analisis struktural mendalam? Kinara yang asli mungkin bisa menjawabnya, tetapi Kinara yang asli adalah seorang jenius yang kelelahan dan gagal menembus sistem. Amara yang sekarang, berkat 60 menit itu, memiliki gudang senjata yang tepat.

Aku menarik napas. Tangan Amara terasa gemetar, mungkin karena kebiasaan. Tetapi pikiranku dingin. Aku tidak menghafal jawaban; aku menyerap cara Pak Arka berpikir. Aku tahu dia tidak menginginkan teori buku teks, dia menginginkan darah di atas kertas—kritik yang menyakitkan.

Pulpen menari di atas kertas. Aku menulis dengan kecepatan tinggi, mengutip Foucault untuk mendefinisikan ranking sebagai mekanisme pengawasan, dan merujuk pada Bourdieu untuk menjelaskan bagaimana "budaya elit" kampus ini menciptakan modal simbolik yang tidak dapat diakses oleh mahasiswa biasa.

Pada pertanyaan kedua, tentang utang dan agensi politik, aku merasakan sengatan pribadi. Aku menulis tentang bagaimana utang judi Amara, utang pinjaman pendidikan, dan utang sosial, semua ini berfungsi sebagai belenggu yang membuat mahasiswa takut untuk bersuara, takut pada konsekuensi finansial jika mereka dikeluarkan atau IPK mereka anjlok. Utang bukan hanya beban, itu adalah alat kontrol. Aku menyalurkan keputusasaan Amara dan kelelahan Kinara ke dalam esai itu.

Ketika bel berbunyi, aku meletakkan pulpenku, selesai tepat waktu. Di sekitarku, banyak mahasiswa yang baru menjawab satu atau dua poin.

Pak Arka mengumpulkan kuis itu. Matanya menyapu deretan bangku, dan ia berhenti tepat di depanku. Ia mengambil lembar kuis milik Amara, dan untuk sesaat, tatapannya bertemu denganku. Ada sedikit rasa ingin tahu di sana, dicampur dengan sinisme yang belum hilang.

Dia kembali ke meja, menyortir tumpukan kertas itu, dan mengambil satu lembar. Tentu saja, itu milik Amara. Aku merasakan panas di pipiku.

“Baiklah, kita lihat salah satu hasil kuis pendahuluan yang baru saja kita kerjakan,” katanya, suaranya memenuhi ruangan. “Kebanyakan dari Anda hanya mengulang definisi, seolah sosiologi adalah kamus. Itu mengecewakan. Tetapi ada satu jawaban yang menarik.”

Jantungku berdebar. Jika ini gagal, citra Amara akan hancur lebih dalam, dan misi pertamaku akan gagal.

Pak Arka mulai membacakan jawabanku untuk pertanyaan ketiga, tentang reformasi struktural.

“Mahasiswa ini menulis: ‘Reformasi harus dimulai dengan menghapus sistem ranking berbasis IPK yang dipublikasikan secara terbuka. IPK seharusnya menjadi alat diagnostik, bukan alat hukuman atau pemeringkat sosial. Ranking yang dipublikasikan menciptakan persaingan toksik, mendorong mahasiswa untuk menjadi budak data, dan menghilangkan ruang aman untuk pemikiran kritis yang gagal. Risiko politiknya? Kami akan kehilangan dana dari korporat yang mencari tenaga kerja patuh dan mudah dikendalikan. Tapi bukankah itu tujuan kritik struktural? Untuk mengusir dana kotor dari pendidikan?’”

Kelas hening total. Bahkan Rendra, yang biasanya selalu siap untuk berdebat, terlihat membeku. Itu bukan kritik yang dangkal. Itu adalah serangan frontal terhadap struktur kampus.

Pak Arka perlahan meletakkan kertas itu. Dia tidak menyebut nama Amara, tetapi semua orang tahu. “Jawaban yang berani,” komentarnya. “Dan cukup sinis. Kritik yang baik seharusnya menyakitkan, bukan hanya retoris.”

Dia menatapku lama. “Nasywa, saya tidak tahu apakah Anda menyalin esai sosiolog ternama, atau Anda baru saja menemukan kemampuan menulis Anda di malam hari setelah pesta. Tapi untuk jawaban itu, Anda mendapatkan 10 poin bonus. Mari kita lihat apakah kualitas ini bertahan di kelas saya.”

10 poin bonus! Itu sudah melampaui ‘Pujian Verbal’ yang diminta Sistem. Aku merasakan kelegaan yang luar biasa. Itu adalah kemenangan kecil, sebuah retakan pertama di benteng reputasi Amara yang buruk.

Sistem memancarkan notifikasi yang hampir tidak terlihat di sudut pandangku.

[PEMBERITAHUAN SISTEM]

MISI AKADEMIS: KUIS SURVIVAL (100%) – BERHASIL.

MISI AKADEMIS: AKSI NYATA (2 PUJIAN) – BERHASIL (10 poin bonus dari Pak Arka dihitung sebagai pujian berganda).

REPUTASI: -90 (Peningkatan 8 Poin. Aksi positif di ruang akademis tercatat.)

Aku meninggalkan kelas dengan kepala tegak. Beberapa mahasiswa, termasuk Rendra, masih menatapku dengan mata curiga, seolah aku baru saja melakukan sihir. Rendra mengikutiku keluar, ekspresinya kaku.

“Amara,” panggilnya. Suaranya dingin, khas pemimpin BEM yang terorganisir. “Apa yang kau rencanakan? Mengubah citra? Kau pikir hanya dengan menjawab kuis Pak Arka kau bisa menghapus semua utang dan skandalmu?”

Aku berbalik. Kinara menyadari Rendra adalah Target 2, yang perlu didekati secara hati-hati sesuai Misi Sosial. “Aku tidak berencana, Rendra. Aku bekerja. Jika aku harus mengubah citra, aku akan memulainya dari tempat yang paling kotor: pikiranku sendiri.”

Rendra hanya mendengus, tetapi dia tidak mengejarku lebih jauh. Keberhasilan akademisku telah membuat mereka bingung.

Aku berjalan menuju gerbang kampus, merasa euforia karena telah menyelesaikan dua misi akademis sekaligus. Tetapi euforia itu hancur berkeping-keping begitu ponsel Amara bergetar, menampilkan pesan dari nomor tak dikenal.

Pesan itu tidak menggunakan bahasa formal sindikat judi online. Pesan itu vulgar, marah, dan langsung.

[NOMOR TAK DIKENAL – SINDIDAT J.O.]

Hei Nasywa! Kau pikir kau cerdik menjual barang antik itu sebagai deposit, padahal itu barang warisan? Kau pikir kami bodoh? Kau melanggar kesepakatan 7 hari. Malam ini, kami ingin 20 juta. TUNAI. Atau kami akan mengirim semua ‘teman baik’ kami ke alamat kampusmu. Kami akan tunjukkan IPK 0.9 milikmu itu pantas di mana.

Tanganku dingin. Ancaman fisik ditangguhkan hanya 7 hari, tetapi kini ancaman sosial dan akademis telah muncul. Mereka tidak hanya mengancam tubuh Amara; mereka mengancam Kinara/Amara, tepat di jantung misinya untuk memperbaiki citra.

“Sistem! Kenapa mereka menyerang secepat ini? Cicilanku sudah kubayar!” seruku, berbisik panik.

“Anda salah memperhitungkan mentalitas kreditur ilegal, Kinara. Mereka melihat Anda menjual aset berharga (jam tangan) dan menganggapnya sebagai tanda kepanikan ekstrem. Mereka menaikkan taruhan, menggunakan reputasi Anda sebagai alat pemerasan,” jelas Sistem, tanpa emosi.

20 juta malam ini. Mustahil. Aku baru saja mendapatkan tiga juta, dan sudah habis. Aku tidak bisa menjual barang Amara lagi tanpa menguras semua asetnya.

Aku harus segera mencari pekerjaan yang sah, pekerjaan yang bisa memberikan penghasilan besar, tetapi tidak mengorbankan citra Amara yang mulai membaik sedikit demi sedikit.

“Misi Finansial: Pekerjaan Sah. Aktifkan mode pencarian,” perintahku.

Sistem merespons cepat. “Status: Identifikasi. Profesi yang tersedia yang dapat Anda akses dalam 24 jam dan tidak merusak citra Amara: Guru Privat Bahasa Asing Daring, Penulis Konten Akademik, Asisten Riset Paruh Waktu. Guru Privat Mandarin memiliki potensi pendapatan tertinggi (Rp 5.000.000,- per bulan) dengan waktu kerja fleksibel.”

Mandarin. Kinara yang lama pernah belajar Mandarin. Itu bisa dilakukan.

“Aku harus mulai mengajar malam ini juga. Cari klien darurat,” kataku, mempercepat langkahku. Ancaman 20 juta itu membuatku merasa seperti dikejar anjing gila. Kemenangan akademisku di kelas Pak Arka terasa begitu rapuh, hanya sehelai daun di tengah badai utang.

Aku berhenti di luar kampus, di bawah pohon rindang. Aku harus menggunakan sisa waktu ini untuk mendapatkan uang, bukan belajar. Aku perlu strategi yang lebih agresif. Strategi yang memanfaatkan kecerdasan Kinara, tanpa mengorbankan integritas Amara.

Saat aku membuka aplikasi pencarian pekerjaan paruh waktu, Sistem memberikan notifikasi terakhir, sebuah peringatan yang dingin.

[PEMBERITAHUAN DARURAT SISTEM]

ANCAMAN UTANG: SINDIKAT JUDI ONLINE TELAH MELACAK LOKASI ANDA DI KAMPUS. MEREKA MUNGKIN MENGIRIM AGEN PADA 24 JAM KE DEPAN JIKA TUNTUTAN TIDAK DIPENUHI.

SOLUSI: ANDA HARUS MENDAPATKAN PENGHASILAN SEGERA. SARAN: AKTIFKAN MISI FINANSIAL. JIKA GAGAL, KREDIBILITAS REPUTASI AKAN KEMBALI KE -99.

Aku menatap gerbang megah kampus yang baru saja kuraih sedikit pengakuan di dalamnya. Di satu sisi, ada janji reformasi intelektual di bawah bimbingan Pak Arka. Di sisi lain, ada lumpur utang yang siap menelanku kembali. Aku harus segera mendapatkan pekerjaan paruh waktu itu, sebelum citra Amara yang baru lahir dihancurkan oleh bayangan masa lalunya yang gelap.

1
Tara
ini system kok kaga bantuin. kasih solusi kek bukan cuman ngancam aja🤭😱🫣
Tara: betul betul betul...baru kali ini ada system absurd😱😅🤔🫣
total 2 replies
Deto Opya
keren sekali
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!