“Setiap mata menyimpan kisah…
tapi matanya menyimpan jeritan yang tak pernah terdengar.”
Yang Xia memiliki anugerah sekaligus kutukan, ia bisa melihat masa lalu seseorang hanya dengan menatap mata mereka.
Namun kemampuan itu tak pernah memberinya kebahagiaan, hanya luka, ketakutan, dan rahasia yang tak bisa ia bagi pada siapa pun.
Hingga suatu hari, ia bertemu Yu Liang, aktor terkenal yang dicintai jutaan penggemar.
Namun di balik senyum hangat dan sorot matanya yang menenangkan, Yang Xia melihat dunia kelam yang berdarah. Dunia penuh pengkhianatan, pelecehan, dan permainan kotor yang dijaga ketat oleh para elite.
Tapi semakin ia mencoba menyembuhkan masa lalu Yu Liang, semakin banyak rahasia gelap yang bangkit dan mengancam mereka berdua.
Karena ada hal-hal yang seharusnya tidak pernah terlihat, dan Yang Xia baru menyadari, mata bisa menyelamatkan, tapi juga membunuh.
Karena terkadang mata bukan hanya jendela jiwa... tapi penjara dari rahasia yang tak boleh diketahui siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanilla_Matcha23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30 - JARINGAN BESAR
Di ruang perawatan lantai dua belas Hanazawa Hospitals, udara terasa berat dan dingin. Detak alat monitor berdentang lembut, berirama stabil sampai tiba-tiba jarumnya bergoyang cepat, seolah merespons sesuatu yang tak terlihat.
Tubuh Yu Liang yang semula tenang di bawah selimut putih, tiba-tiba menegang. Jari-jarinya bergerak pelan, menggenggam seolah mencari sesuatu di udara. Napasnya berubah cepat, wajahnya tampak sedikit berkerut seakan sedang menahan rasa sakit yang bukan berasal dari luka fisiknya.
Perawat yang berjaga menatap layar monitor dengan panik.
“Tekanan darahnya naik tiba-tiba... tidak ada pemicu eksternal!”
Namun, jika seseorang memperhatikan lebih dekat, ekspresi Yu Liang bukan semata kesakitan, ada jejak keresahan, seperti seseorang yang merasakan kehilangan.
Di balik kelopak matanya yang tertutup, sebuah bayangan samar melintas. Wajah Yang Xia, berdiri di bawah cahaya remang, dengan tatapan marah dan sedih bersamaan.
Sebuah bisikan pelan lolos dari bibir Yu Liang.
“...Xia...”
Suara itu nyaris tak terdengar, tapi monitor kembali berdenyut cepat, menandakan gelombang emosi yang kuat.
Seolah di balik jarak ratusan kilometer, ada benang halus yang menghubungkan keduanya tidak terlihat, tidak terjelaskan, tapi nyata adanya.
Setiap kali Xia marah atau gelisah, tubuh Yu Liang bereaksi, seakan jiwanya merespons panggilan tak sadar dari seseorang yang menatapnya dengan hati yang terluka.
Dan malam itu, ketika emosi Xia mencapai puncaknya setelah mendengar nama Chen Wei, denyut nadi Yu Liang melonjak tajam.
Sebuah tetes air mata jatuh dari sudut matanya tanpa suara, tanpa kesadaran.
..
“Laporan darurat dari tim bayangan, Nona Xia.”
Suara Feng Xuan terdengar di ruang kendali bawah tanah, dingin dan terukur, tapi ada nada berat yang jarang muncul.
Xia menoleh cepat dari layar holografik. “Bicara.”
“Tim Alpha menemukan sesuatu di Tuen Mun.”
Ia berhenti sejenak, menatap layar lain yang menampilkan gambar kabur dari kamera drone.
“Sebuah alat komunikasi tak dikenal, tersimpan di bawah tanah lama di area pelabuhan. Di dalamnya terdapat chip dengan file audio mentah… berisi percakapan dua orang sebelum insiden Yu Liang terjadi.”
Xia menegang. “Putar.”
Suara bising angin laut terdengar dulu, lalu dua suara muncul samar, Suara pria pertama: “Pastikan dia datang tepat waktu. Tuan Chen tidak suka perubahan rencana.”
Suara kedua, lebih muda tapi sinis: “Tenang saja. Aku sudah atur agar dia tidak akan menolak tawaran itu. Setelah malam ini… semua selesai.”
Xia mengepalkan tangan.
Setiap kata terasa seperti pisau.
“Dan Chen Wei?” tanyanya dengan nada rendah, hampir berbisik.
Feng Xuan menarik napas. “Kami melacak identitasnya melalui arsip lama militer Republik. Nama aslinya, bukan Chen Wei. Dia lahir dengan nama Chen Yuze, putra dari salah satu komandan unit rahasia. Sedangkan asistennya, yang selama ini dikenal sebagai Lin Kai, sebenarnya bernama Lin Zheng, lulusan akademi militer khusus. Keduanya memakai identitas palsu sejak lima tahun lalu.”
“Jadi mereka bukan sekadar manajer dan asisten.”
Nada Xia berubah dingin. “Mereka agen.”
“Ya, Nona. Kami juga menemukan catatan keuangan mereka, ada aliran dana langsung dari seseorang di sektor investasi bawah tanah. Nama pengirim disamarkan, tapi ada kode yang cocok dengan catatan... milik Yu Menglong Group.”
Ruangan berbeda tempat itu seketika membeku.
Feng Xuan bahkan menahan napas.
Xia memalingkan wajahnya ke arah jendela, menatap langit kelabu. “Jadi benar,” ucapnya pelan, bibirnya bergetar menahan amarah.
“Mereka menjebak Yu Liang dari dalam. Semua ini sudah direncanakan.”
Tangannya mengepal, sampai buku-buku jarinya memutih.
“Kirimi aku semua datanya. Aku sendiri yang akan mengurus mereka.”
Suara dingin itu kembali menggema, penuh tekad dan kemarahan yang tertahan.
“Jangan, Nona. Ini terlalu berbahaya. Aku akan selalu memantau mereka,” ucap Feng Xuan dengan nada cemas, mencoba menahan langkah yang sudah nyaris tak bisa dihentikan.
Xia menarik napas perlahan.
Matanya menatap layar di depannya dengan sorot tajam yang tak biasa.
“Bagaimana dengan agensinya?” tanyanya pelan namun tegas. “Bukankah agensi itu di bawah pemerintah? Bagaimana bisa seseorang seperti Chen Wei dan Lin Kai lolos menjadi manajer dan asisten yang menaungi Yu Liang?”
Feng Xuan menelan ludah, jemarinya sedikit gemetar di atas keyboard.
“Itu... memang janggal, Nona,” ucapnya pelan.
“Aku sudah menelusuri latar belakang mereka. Berkasnya bersih, terlalu bersih. Tak ada catatan, tak ada celah. Seolah semuanya disusun dengan sangat rapi, lebih rapi dari data pegawai pemerintah biasa.”
Xia menyandarkan punggungnya ke kursi, pandangannya menatap langit malam di luar jendela.
“Bersih,” gumamnya lirih. “Terlalu bersih justru berarti kotor.”
Feng Xuan terdiam beberapa detik sebelum menjawab, suaranya menegang.
“Benar, Nona. East Nova Agency terdaftar di bawah jaringan kementerian kebudayaan dan industri hiburan nasional. Seharusnya tidak ada celah bagi orang dengan rekam jejak seperti mereka bisa masuk. Tapi... ada sesuatu yang lebih dalam.”
Xia menatap layar di hadapannya, matanya menyipit tajam.
“Apa maksudmu, lebih dalam?”
Feng Xuan menarik napas berat, kemudian menampilkan beberapa berkas rahasia yang sudah diselidikinya.
“Chen Wei dan Lin Kai menggunakan identitas palsu sejak delapan tahun lalu. Mereka tercatat sebagai lulusan akademi manajemen seni, tapi catatan aslinya... dihapus. Identitas mereka diambil alih dari dua orang yang sudah dinyatakan hilang di Chengdu.”
Xia membeku.
“Hil—hilang?”
Feng Xuan mengangguk. “Ya. Dan yang lebih parah, mereka berdua dulunya adalah bagian dari Unit 09, program pelatihan militer rahasia yang dibubarkan setelah kasus penyalahgunaan wewenang. Beberapa anggotanya lenyap begitu saja. Aku menduga Chen Wei dan Lin Kai adalah dua di antaranya.”
Seketika udara di ruang kerja Xia terasa berat.
Dia menatap berkas digital itu, jemarinya mengepal.
“Jadi mereka menyusup... memanfaatkan industri hiburan untuk menyembunyikan kegiatan mereka.”
Feng Xuan menatap layar dengan wajah pucat.
“Aku mendeteksi pola pergerakan yang terhubung ke beberapa nama besar investor, bahkan dokter-dokter riset medis.” Suaranya bergetar pelan, tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Ini… sejenis jaringan besar.” Xia terdiam sesaat.
Tatapannya perlahan mengeras, memantulkan kilau layar biru yang terus menampilkan aliran data.
“Berapa banyak nama yang muncul?” tanyanya datar.
“Belum semuanya terbaca. Tapi beberapa di antaranya... pernah menjadi sponsor penelitian rahasia tiga tahun lalu. Proyek yang katanya sudah ditutup.”
“Proyek ‘Sirius’...”
Xia menutup matanya,menoleh cepat, dan terkejut.
“Jangan bilang... mereka melanjutkannya?”
Feng Xuan, berkata pelan. “Bukan hanya melanjutkan. Mereka menyamarkannya di bawah sistem pemerintah. Dan Yu Liang... mungkin kuncinya, Nona.”
...
Hanazawa Hospitals,
Salah satu perawat hendak pergi untuk memanggil dokter jaga, namun langkahnya terhenti ketika Yu Liang perlahan membuka matanya. Dengan suara nyaris tak terdengar, ia berbisik lemah,
“Tolong... apa aku bisa bertemu Dokter Xia?”
Perawat itu menatapnya ragu, tapi Yu Liang mencoba menahan rasa sakit yang menyerang tubuhnya. Tatapannya memohon, seolah berharap belas kasih dari siapa pun yang masih bisa ia percayai.
Dalam pikirannya, ia sudah pasrah. Ia bahkan tak tahu apakah perawat di hadapannya ini bagian dari orang-orang Chen Wei atau bukan.