NovelToon NovelToon
The Big Families 2

The Big Families 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO
Popularitas:101.9k
Nilai: 5
Nama Author: Maya Melinda Damayanty

Sekuel ke empat Terra The Best Mother, sekuel ke tiga Sang Pewaris, dan sekuel ke dua The Big Families.

Bagaimana kisah kelanjutan keluarga Dougher Young, Triatmodjo, Hovert Pratama, Sanz dan Dewangga.
Saksikan keseruan kisah pasukan berpopok dari new generasi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GERAKAN CEPAT 2

Seroja menekan kepolisian, ia menutup dua jalur agar kasus segera diusut.

"Buka ponsel secara umum!" Parkoso menelan saliva kasar begitu juga istrinya.

Tentu mereka tau apa saja yang ada di ponsel putranya. Kepala polisi mulai mengkonfortir pihak terduga korban.

Mediasi berlangsung alot, pengacara pihak Joni tersudut.

"Anda tau Bapak Parkoso. Apa yang anda lakukan pada ponsel anak anda dapat pasal berlapis?" kecam kepala polisi.

"Itu .... Itu saya tidak tau!" kilah pria itu.

"Bohong!" sentak kepala polisi marah.

"Tidak mungkin Joni mengakses situs ini sendiri! Baca saja ia tidak bisa!" lanjutnya lagi.

"Dia ... Dia hanya asal ... Iya, asal!' ucap Firda masih menyangkal.

"Anda bilang asal?" kepala polisi menggeleng tak percaya.

"Link ini hanya bisa diakses pada akun tertentu dan akun dalam ponsel ini tidak mungkin akun Nanda Joni yang baru usia enam tahun!' Parkoso dan Firda saling tatap.

'Eum ... Sebenarnya kami hanya mengakses hal itu untuk keperluan pribadi ...," ujar Firda masih berkelit.

Seroja menyandarkan tubuhnya, suaranya tenang tapi menusuk.

“Bu Firda, Bapak Parkoso, saya ingatkan, dalam KUHP dan UU ITE jelas: memberikan akses konten dewasa pada anak di bawah umur termasuk kelalaian orang tua, dan bisa dituntut dengan pasal berlapis. Anda sebut itu ‘asal’? Maka asal anda bisa menghancurkan masa depan anak anda sendiri.”

Ruangan sunyi. Hanya terdengar bunyi kipas angin tua di sudut ruang penyidik.

Kepala polisi menatap mereka tajam.

“Saudara berdua paham, ini bukan sekadar masalah pribadi. Ini soal perlindungan anak. Kalau tidak mau ikut aturan main, kami naikkan kasusnya ke tingkat pengadilan!”

Parkoso menunduk. Firda menggenggam tasnya erat. Untuk pertama kali, mereka sadar kalau posisi sudah benar-benar terjepit.

Seroja berdiri, lalu menutup berkas dengan tegas.

“Saya tidak datang untuk mempermalukan, tapi untuk menuntut tanggung jawab. Kalau bapak ibu masih menyangkal, maka bukti akan bicara. Dan bukti itu ada di tangan kami!"

Parkoso akhirnya menunduk, wajahnya pucat. Firda menyeka keringat di pelipisnya.

“Kami … kami mengaku salah. Kami tidak bermaksud, hanya … lalai. Tolong beri kami kesempatan.”

Suara lirih itu terdengar nyaris putus asa. Kepala polisi mencatat, lalu menatap ke arah Seroja.

“Karena mengakui kelalaian, kasus ini bisa dihentikan di tingkat mediasi. Tapi ada sanksi administratif. Denda dua juta rupiah harus segera dibayar sebagai bentuk tanggung jawab.”

Firda menutup wajah dengan kedua tangan, sementara Parkoso mengangguk lemah.

“Baik, kami terima.”

Seroja menahan tatapan tajamnya, lalu menarik napas dalam. Sesungguhnya, ia ingin membawa kasus ini lebih jauh. Ia ingin memberi pelajaran yang keras. Namun, ketika terbayang wajah Joni—anak polos enam tahun yang tak mengerti apa-apa—hatinya luluh.

“Baik. Demi Joni, saya setuju,” ucap Seroja akhirnya.

“Tapi ingat, Bapak dan Ibu. Sekali lagi kalian lalai, saya yang pertama membawa kasus ini langsung ke pengadilan. Dan saya pastikan tak ada belas kasihan lagi.”

Suasana hening. Kepala polisi menutup berkas mediasi.

“Dengan ini perkara dinyatakan selesai. Semua pihak kembali fokus ke anak-anak.”

Seroja berdiri, merapikan kerudungnya. Wajahnya tetap tegas, tapi sorot matanya penuh iba. Ia memilih jalan tengah: menegakkan hukum tanpa menghancurkan seorang anak yang tidak bersalah.

Seroja langsung pulang ke kediaman Terra. Dua puluh menit ia sampai di sana dengan sepuluh pengawal wanita. Keamanan gadis itu tentu sangat rawan. Kinerjanya sebagai pengacara handal, banyak kasus besar yang ia tangani. Tentu jadi sasaran orang-orang jahat.

"Assalamualaikum!" ucapnya memberi salam ketika masuk.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh!" balas semua orang.

Rupanya mereka menunggu Seroja. Gadis itu duduk di sofa single, ia meletakkan semua berkas di atas meja. Bart langsung mengambil dan membacanya.

"Jalur damai?" tanyanya tak suka.

"Daddy!" tegur Leon.

"Roja tau keputusan ini pasti Papa nggak suka," sahut Seroja lembut.

Gadis bernama asli Wu Mingyue itu sangat kenal karakter ayah angkatnya. Ia melirik Virgou yang santai, Seroja bernafas lega.

'Maksud Roja hanya biar cepat selesai dan tak berlarut-larut. Kasihan Baby Sabila dan juga Joni. Mereka terlalu kecil untuk masuk dewan penyidik walau nanti kami pakai pakaian bebas," ujarnya beralasan.

"Aku setuju tindakan Baby Seroja Dad!' sahut Herman membungkam Bart.

"Iya, Baby benar. Dengan begitu, kasus selesai dan anak-anak tak terseret. Kita juga bisa kasih konfirmasi pada pers jika ada kesalahpahaman dan berakhir damai!" timpal Bram.

"Boy?" Bart menatap Virgou.

'Aku setuju! Tapi jangan halangi Daddy. Karena Daddy punya jalan sendiri untuk memantau dua cecunguk itu!' putusnya dan Seroja hanus menghormati cara Virgou bertindak.

'Selama Joni baik-baik saja, Dad!" ujar Seroja.

"Dia akan baik-baik saja di tangan orang tua yang baik, Baby!' tandas Virgou dan Seroja pun diam tak bisa membantah.

Dua batita keluar dari persembunyiannya,. Exel kembali kecolongan, padahal ia sudah memindai pot bunga besar dekat sofa. Tapi dua batita itu keluar dari tempat lain.

'Rupanya mereka punya jalur tersendiri!' gumamnya tak percaya.

"Days ... Lada peulita beuntin!' seru Umar dan diangguki Yusuf.

"Beumana peulita pa'a?" tanya Naka lalu meletakkan mainannya.

Mereka.semua berkumpul, mimik muka Umar dan Yusuf begitu serius. Exel, Handayani dan Sista ikut menguping. Sementara Sinta dan Andromeda juga Armada menjaga Ali, Issa dan Dirga yang bermain ketangkasan.

"Imih peuntan tasus Ata' Pila!" jawab Umar diangguki Yusuf.

"Tasus? Pa'a ipu?" tanya Jamila.

'Ipu woh yan teubalin!' jawab Yusuf lagi.

"Oh yan Ata' pisiyum mama Zoni?" sahut Vendra.

'Beumana pa'a yan teulsadhi?" tanya Naka.

Yusuf hendak membuka mulut, Cici datang membawa nampan lalu meletakkan kwietaw goreng di piring kecil dan dibagikan pada anak-anak.

Percakapan pun berhenti, semua lupa dengan percakapan sebelumnya.

Semua anak pulang sekolah, usai makan siang dan sholat berjamaah. Sebagian tidur siang sebagian kembali ke perusahaan.

Exel jongkok, mengelus dagunya. Matanya menyapu lantai, tembok, bahkan kolong sofa. Tidak ada celah mencurigakan. Pot besar yang tadi ia curigai pun kosong.

"Astaghfirullah, mereka tadi lewat mana sih?" tanyanya frustrasi sambil menggaruk kepala.

Ia menatap kamera pengawas, lalu menanyakan di mana titik buta pada pengawas panel.

"Cek titik buta kamera, ganti!"

"Monitor .... Semua area tersapu kamera pengawas kecuali sudut timur dekat jendela dan pot juga ada di ....."

"Di mana?' tanya Exel penasaran.

'Tidak terdeteksi karena semua jalur terlihat!' jawab Indra pengawas panel.

Exel menghela nafas panjang, rupanya jalan kucing para bayi harus ia pecahkan sendiri.

Bersambung.

ah .. Alhamdulillah selesai.

Next?

1
Lia Fitria
Wah kali ini ga perlu nguping & laporan sama onty Za ya baby😄😄
Lia Fitria
Bukan lagi di suapin makanan baby 🤭🤭
Eni Istiarsi
wah Paklek kok ragu gitu
Zay Zay
patlet mimas janan beunyelah pulu don,atuh beundutung muh.💪💪💪💪💪
nurry
lanjutkan menjodohkan mereka kakak, kan ata' Seroja juga ada rasa pada paklek Dimas pliiisss 🙏👍💪❤️
nurry
lanjut terus kak Maya 🙏💪❤️
nurry
aah paklek Dimas kenapa ragu, ayolah maju terus mdh2an ata' Seroja akan tetap bersinar👍💪❤️
nurry
hmmm yg lagi kasmaran🤭🤭🤭
nurry
😄😄😄😄😄
nurry
para kurcaci ikutan kepo 🤭🤭🤭
nurry
hahahaha ata' Kean, polos amat sih 😄
nurry
hadeuuhh papa Idal,kenapa nge gas terus🤦🤦🤦
Atik Marwati
kalo ditempatku namanya jalan tikus thor🤭
nurry
nah ketangkep kan 😄😄😄
Atik Marwati
🤣🤣🤣ga jadi kaburkan...
nurry
nekat bener, salah cari lawan pak Nanda
nurry
wah mau nyuap rupanya si Nanda 🤦🤦🤦
Diah
semangat dong paklek Dimas
nurry
kafe ata' Sean 🤭
Diah
papa Haidar cemburu karena kangen ma kakaknya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!