Rumah tangga Luna yang sangat hangat secara tiba-tiba hancur tanpa aba-aba. Luna mendapati suaminya, Ares, berkhianat dengan sahabatnya sendiri, Celine. Luka yang sangat menyakitkan itu membuat Luna mencari penyebab suaminya berselingkuh. Namun semakin Luna mencari kebenaran, semakin banyak tanda tanya menghantuinya hingga akhirnya Luna memutuskan mengakhiri pernikahan mereka.
Benarkah Ares sudah tidak lagi mencintai Luna?
Ataukah ada suatu kenyataan yang lebih menyakitkan menunggu untuk terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Far, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PESAN YANG MENGHANCURKAN
Seperti biasa, Luna bangun lebih awal dari jadwal berangkat kerjanya untuk menyiapkan sarapan. Saat ia meletakan makanan di meja makan, tanpa sengaja matanya menangkap sesuatu yang sudah tidak pernah ia lihat lagi, sebuah ponsel tergeletak diatas meja makan. Ponsel tersebut adalah milik Ares.
Layar ponsel Ares tiba-tiba menyala. Terpampang dengan nyata nama Celine pada notifikasi yang masuk dan tentu saja membuat dada Luna berdegup kencang. Entah dorongan apa yang menguasainya, Luna tak dapat menahan diri untuk menyambar ponsel tersebut dan membuka pesan yang masuk.
Seketika dunia Luna runtuh. Celine mengirimkan foto dirinya dan Ares berpose sangat mesra, seakan-akan mereka adalah sepasang kekasih yang tak terpisahkan. Namun senyum Ares bukan senyum yang ia kenal sebelumya. Sangat asing.
Tangan Luna gemetar begitu hebat. Matanya bergetar menahan air mata yang sedari tadi tertahan di kantung matanya. Luna memeluk ponsel Ares dengan erat didadanya.
“Ares… apa ini semuanya nyata?” bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar.
Rasa sesak menekan dadanya. Dengan sisa tenaga, Luna mengirimkan foto tersebut ke nomor nya sendiri dengan tangan yang bergetar. Air matanya jatuh, membasahi pipi yang sudah memerah menahan pedih.
Tangan Luna masih bergetar saat cahaya pada layar ponsel tersebut meredup. Dengan napas tersengal, ia menatap benda yang baru saja merobek hatinya.
Pelan-pelan Luna meletakan kembali ponsel Ares di posisi semula. Luna menatap ponsel itu lama, mencoba menenangkan dirinya.
Tak lama kemudian Ares muncul. Wajahnya tenang, seakan tidak terjadi apa-apa. Namun Luna tidak sanggup untuk menatap Ares. Ia memilih berlari masuk ke kamar, menutup pintu dengan rapat kemudian membiarkan tubuhnya roboh di balik pintu.
Kini Luna sangat yakin, bahwa Celine lah yang dipilih dan dicintai oleh Ares. Bersama dengan keyakinan itu, tumbuh kembali kekuatan Luna untuk bangkit dan lebih kuat dari pada badai yang menghantamnya bertubi-tubi.
***
Sesampai di kantor, Luna langsung menemui Noval. Dengan tangan gemetar, ia menunjukan foto itu. “Noval, lihat ini,” ucapnya lirih.
Noval menatap layar ponsel Luna cukup lama. alisnya mengerut. Ada rasa terkejut yang jelas, namun raut wajahnya tidak serta-merta penunjukan keyakinan.
“Lun… aku mengerti perasaan kamu. tapi, ada baiknya kamu tenangkan diri kamu, jangan langsung menyimpulkan. Mungkin ada hal lain di balik foto ini.” Noval berbicara sangat hati-hati.
Luna tertegun. “Kamu tidak percaya Val? Val kamu lihat ini. Apa ini terlihat wajar untuk seorang pria beristri berpose mesra dengan wanita lain?” suaranya pecah.
Noval mencoba menenangkan Luna. Noval beranjak dari bangkunya dan menghampiri Luna. “Aku tidak bilang bahwa aku tidak percaya Lun. Tapi coba kamu pikir pakai logika dulu. Bisa jadi foto itu sudah ada sebelum kalian menikah. Atau bisa jadi Celine mengirim untuk memprovokasi kamu.”
Luna terdiam lama. Hatinya ingin percaya pada asumsi Noval, namun logikanya menolak.
“Kalau Ares memang bersalah, kita harus punya bukti yang kuat Lun. Tidak cukup dengan satu foto saja. Kita perlu tahu: dimana mereka bertemu, kapan, dan untuk tujuan apa. Kalau kamu berkenan, aku bersedia membantu kamu untuk menyelidiki,” ucap Noval dengan nada rendah dan menenangkan.
Luna menatap Noval dengan ragu. “Menyelidiki? Apa kamu serius?”
Noval mengangguk mantap. “Iya Lun. Aku tidak mau kamu jatuh dengan cara seperti ini. Jika benar Ares mengkhianati kamu, akan aku pastikan kamu mengetahui semua ini tanpa keraguan.”