NovelToon NovelToon
Biar Aku Yang Pergi

Biar Aku Yang Pergi

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Konflik etika / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Penyesalan Suami
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Biru_Muda

Jangan menikah saat hati kita belum bisa move on dan berdamai dari masa lalu, karena yang akan dirugikan tak hanya diri sendiri, namun juga pasangan baru kita. Hal itu yang pada akhirnya menjadi konflik pada hubungan Rania dan juga Andreas. Pernikahan mereka di ambang pada perpisahan karena masa lalu Andreas tiba-tiba datang ditengah-tengah mereka, terlebih sikap Andreas yang dingin dan cuek membuat Rania lelah untuk terus bertahan pada pernikahannya, karena seolah hanya dia yang selama ini memperjuangkan hubungannya. Ia pun akhirnya memilih untuk pergi. Tapi, bisakah ia pergi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biru_Muda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perasaan Serba Salah

Pada akhirnya Andreas pun ikut makan malam bersama, bergabung dengan oma dan Rania yang sudah ada di meja makan. Oma melihat keheningan yang melanda Rania dan Andreas, membuatnya sejenak berhenti makan dan mulai bertanya kepada mereka.

"Kalian kenapa? lagi bertengkar?" Tegur oma pada keheningan mereka.

"Kenapa oma menanyakan itu?" Balas Andreas cuek.

"Karena kalian seperti sedang marahan"

Oma tampak curiga melihat ekspresi keduanya yang terlihat canggung dan sedikit berjarak.

"Tidak ada apa-apa diantara kita berdua."

Andreas kembali menegaskan jawabannya, sedangkan Rania hanya diam mendengarkan, walau sebenarnya Rania juga sedikit merasa kebingungan untuk menjawab.

"Apa itu benar Rania?"

Namun, oma memilih mengonfirmasikan sendiri pada Rania. Yang tentu saja membuat Rania sedikit ragu untuk menjawab.

"Kenapa oma jadi banyak tanya hari ini?" Protes Andreas yang terlihat tak suka omanya menginterogasi Rania.

"Apa salahnya orang bertanya? Oma kan hanya ingin tahu." Oma tak mau kalah.

"Oma tidak perlu tahu, kalau ada masalah pun biar kami selesaikan sendiri, jadi oma tidak perlu ikut campur."

Andreas kembali menegaskan bahwa biar mereka yang akan mengurus masalah mereka sendiri dan meminta omanya untuk tak banyak bertanya dan ikut campur pada urusan mereka.

"Jadi benar, kalian lagi ada masalah?"

Oma terlihat tak perduli dengan yang dikatakan oleh Andreas dan lebih penasaran pada masalah mereka.

"Sebenarnya..."

Rania hendak bicara, namun belum sempat melanjutkan kalimatnya, Andreas memotong ucapannya.

"Tidak ada, aku kan sudah bilang kalau kita tidak ada masalah."

Andreas memotong kalimat Rania yang hendak menjelaskan pada oma dan menatap omanya untuk berhenti bertanya.

"Kalau tidak ada yasudah, tidak usah marah-marah, oma kan hanya bertanya."

Oma terlihat kesal mendengar jawaban Andreas. Matanya pun tak kalah galaknya menatap wajah sang cucu, yang tentu hanya ditanggapi oleh Andreas dengan cuek dan malah meneruskan makannya. Hal itu semakin membuat Rania serba salah ditengah-tengah mereka.

"Mungkin kalian tidak bisa menceritakan pada oma, tapi oma tahu kalau kalian pasti lagi menyembunyikan sesuatu dari oma"

Mendengar itu, membuat Rania semakin bersalah, karena merasa tak enak pada oma. Sedangkan Andreas terlihat tenang dan tak terpengaruh oleh ucapan oma.

"Kalian tidak lagi memutuskan untuk berpisah, kan?"

Deg, Rania begitu terkejut mendengar kalimat oma yang tiba-tiba bicara soal berpisah. Tubuhnya seketika membeku mendengar pertanyaan oma. Terlihat jelas ia sekarang tak bisa mengendalikan ekspresinya yang sedang gugup. Hal itu dilihat oleh Andreas yang duduk di depannya.

"Kita tidak akan berpisah. Apa oma puas dengan itu?" Jawab Andreas kemudian, dengan penuh keyakinan.

"Baguslah, oma merasa lega mendengarnya." Senyum oma mulai merekah, setelah sejak tadi sedikit tak nyaman melihat kedua cucunya mendadak diam dan memperlihatkan gesture seperti sedang marahan di meja makan, terlebih pada Rania yang jadi lebih pendiam dari awal pertama ia datang kerumahnya.

Rania ikut tersenyum, namun sedikit canggung dan malu-malu karena perasaanya memang sedang tidak baik. Ekspresinya terlihat tak nyaman karena harus berbohong di depan oma. Namun, beruntungnya Andreas peka dan melihatnya yang sedang gugup, dan dengan cepat menjawab semua pertanyaan dari oma.

Acara makan malam pun kembali mengalir dengan sendirinya tanpa ada perdebatan. Selesai makan, Rania memilih berbincang santai dengan oma diruangan yang sama seperti saat pertama kali ia datang. Sedangkan Andreas memilih masuk kedalam kamar.

Sebenarnya Rania cukup canggung setelah acara makan malam, mengingat soal pembahasan sebelumnya yang tak bisa ia jelaskan dengan baik.

"Bagaimana keadaan oma? Apa oma sudah lebih baik?" Tanyanya pada oma yang duduk disampingnya.

"Iya, tubuh oma sudah lebih baik setelah istirahat."

Rania tersenyum melihat keadaan oma yang sudah baik-baik saja setelah sempat mengeluh sakit kepala.

"Rania ikut senang melihat oma yang baik-baik saja." Ujarnya lagi.

"Begitupun dengan oma, ikut senang kalau kamu juga baik-baik saja." Tutur oma dengan tulus.

"Saya baik-baik saja kok, oma. Jadi, oma tidak perlu khawatir soal Rania" Ia pun menjelaskan pada oma bahwa dirinya baik-baik saja.

"Oma merasa lega mendengarnya.Tapi, kalau ada masalah jangan dipendam sendirian, ceritakan pada oma, siapa tahu oma bisa bantu."

Senyum Rania sedikit canggung mendengar permintaan oma.

"Baiklah oma, nanti Rania akan ceritakan pada oma jika ada masalah, tapi sekarang Rania tidak lagi ada masalah."

Wajahnya sedikit kikuk karena tidak bisa jujur di depan oma, namun ia tak ingin memberitahu kebenarannya pada oma, mengingat kondisi beliau pasti akan sangat berpengaruh jika mendengar semuanya.

"Syukurlah kalau begitu. Oma takut kamu tidak merasa bahagia setelah menikah dan tinggal dengan Andreas."

Rania kembali diam, senyumya menipis mendengar kekhawatiran oma yang sebetulnya sudah terjadi padanya, namun tidak bisa ia ceritakan pada beliau.

"Saya bahagia kok."

Lagi-lagi ia harus bohong, sembari memasang senyumannya yang sedikit canggung.

"Oma ikut bahagia mendengarnya, karena kalau kamu tidak bahagia, oma merasa bersalah sama ibu kamu dan juga pada kamu sendiri." Tutur oma.

Mendengar oma membahas soal ibunya, membuat Rania tak bisa berkata-kata. Karena ia jadi teringat pada harapan ibunya sebelum beliau meninggal, yaitu ingin dirinya hidup bahagia bersama Andreas yang notabenya adalah suaminya.

"Semua ingin aku bahagia, tapi... apa aku sendiri bahagia?" Batinnya.

Perasaanya kembali diliputi rasa dilema dan hatinya pun dilanda rasa bersalah. Karena hampir saja membuat kecewa semua orang. Terlebih pada ibunya yang sudah tiada.

"Haruskah aku memaafkan dan memulainya kembali dari awal?"

1
Novansyah
terlalu mutar2 kalau mau d kenang masa kalau nya kenapa gak dari awal ceritanya biar gak mutar2 buat bingung terlalu bajang cerita d masa lalu sama masa kecil nya
Biru_Muda: Thanks masukannya tp emang alurnya maju mundur
total 1 replies
Novansyah
bagus kk tapi kalau bisa update nya jangan cuma 1 bab kalau bisa sekali update 4 sampai 5 bab kk biar enak bacanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!