Pacaran Setelah Menikah

Desi baru saja keluar dari gedung besok akan menjadi tempatnya mengadu nasib.

Allahu Akbar Allahu Akbar.....

Lantunan suara adzan, aku seperti sangat mengenalnya.

"Mba, kita shalat dulu ya.... baru makan".Suara wulan terdengar sangat ceria. Gadis itu memang terlihat ceria, ada yang berbeda kali ini. Tapi, ya sudahlah. Kalau dia mau, pasti dia akan cerita kepada Desi.

'Yuk, Lan. Mau shalat di mana? "

"Di masjid depan aja, mba, sepertinya masih keburu untuk shalat berjamaah"

"Ya udah. Ayo, Lan".

Nadu saja Desi selesai dan hendak beranjak dari masjid, suara yang sangat familiar terdengar.

" Assalamualaikum, Desi ".

Rasanya aku ingin berlari menjauh dari tempat ini.

"Waalaikumsalam", jawab Desi dengan tetap menundukkan kepala. Dia sangat tidak ingin menatap wajah itu.

" Kenapa kamu tidak menatapku, Desi? "

"Bukankah tak baik seorang wanita menatap laki-laki yang bukan mahram nya? Kuharap kamu juga tidak menatapku karena aku bukan mahrammu. Permisi'.

Desi melangkah keluar dari halaman masjid. Entah di mana wulan sekarang.

" Desi, tunggu! Ada yang ingin kutanyakan padamu".Bobby berlari mendekat.

Mau apa lagi makhluk ini? Ya Allah, kuatkan hatiku. Jangan sampai ada air mata yang menetes di hadapan dia. "Apa? "

"Setelah ini, kamu mau pergi ke mana? "

"Hanya itu? "

"Tidak, aku ingin mengajakmu jalan jalan".

" Aku tidak punya waktu ", jawab Desi singkat, lalu meninggalkan Bobby sendirian. Entah ke mana Desi akan pergi karena dia lupa jalan pulang

Wulan, di mana kamu?

Desi duduk di bangku taman sambil mengetikkan balasan pada wulan. Angin meniup jilbab lebarnya. Udara sejuk di hidupnya dalam dalam.

Kenapa dia malah hadir lagi? Aku sedang berusaha melupakannya, dia malah bersikap manis begitu.

Ya Rabb, apa lagi cobaan ini? Teguhkan hatiku di jalan hijrah ini.

Seseorang menyodorkan es krim kepada Desi. Desi berpikir bahwa wulan mengerti kalau dirinya butuh sesuatu yang menyejukkan.

"Kamu dari mana aja sih, Lan? Mba sendirian... bingung mau kemana".

Desi menikmati es krim stroberi sambil mengedarkan pandangan di rerumputan

" Mba pingin ke akun akun. Temenin yuk, Lan".Desi menggandeng tangan Wulan. Tapi, tunggu dulu! seperti ada yang aneh. Sejak kapan tangan Wulan jadi sebesar ini? Desi melihat ke arah sosok yang dia gandeng

"Astaghfirullah! Maaf, mas, saya tidak sengaja".Desi menghempaskan tangan lelaki itu dengan kasar kembali menundukkan pandangnya.

.. " Hahaha.... kamu lucu sekali, Desi ".

Hah, apa barusan? Dia tahu nama Desi?

" Dari mana mas tahu nama saya? "

"Hahaha, setelah membuat hapeku rusak, bahkan kamu lupa padaku? Tak ada niat mencariku untuk sekedar minta maaf gitu".

Desi mengingat lelaki yang di tabraknya.

" Oh iya.... saya ingat.... mas yang sombong yang waktu itu".

"Sombong? Ya Tuhan! Bahkan kita baru bertemu sekali kamu sudah seperti mengenalku seribu tahun. Aku tidak seperti yang kamu kira. Aku sangat baik, tidak meminta ganti rugi.... justru memberimu es krim, kan? ".

Cerewet sekali lelaki ini, pikir Desi" Iya, terima kasih, mas, dan maaf untuk yang kemarin ", katanya sambil kembali menundukkan pandangan.

" Mba, ngapain di sini? Ayo pergi! "

Entah dari mana datangnya Wulan. Tiba-tiba dia sudah menggandeng Desi menjauh dari Dhika. Aneh sekali. Tidak biasanya dia sejutek itu. Dia melihat lelaki ini seolah akan ada bahaya yang mengancam. Hahaha, ada ada saja Wulan.

"Saya permisi dulu mas. Sekali lagi maaf dan terima kasih. Yuk, Lan".Desi benar benar menjauh dari Dhika