Shafa dan Juna. Dua manusia yang menamai hubungan mereka sebatas kata "teman".
Namun jauh di lubuk hati terdalam mereka, ada rasa lain yang tumbuh seiring berjalannya waktu dan segala macam ujian kehidupan.
cerita pertama aku..semoga kalian suka yah. see yaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bintang Arsyila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 4
Hari kelulusan tiba, Juna terpilih menjadi lulusan terbaik dan berprestasi, sedangkan Shafa dan Maya bersyukur bisa lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Para gadis memakai kebaya untuk acara kelulusan ini, sedangkan para pria memakai jas dan dasi.
Shafa takjub kepada Juna yang dengan gagahnya memakai jas yang sangat pas di tubuhnya. Tubuh Juna memang tidak atletis, cenderung tinggi kurus, namun parasnya yang tampan tidak memudarkan kharismanya. Apalagi dia terpilih menjadi lulusan terbaik, tambah banyaklah adik kelas yang tergila gila sampai terus terusan meneriakkan namanya.
"Juna kok ganteng banget sih hari ini..takjub lho gue" puji Shafa yang hari ini memakai kebaya merah maroon dengan kain songket hitam. Tak lupa rambutnya di sanggul rapi.
"kemana aja Lo Shafa, dari dulu juga dia mah ganteng, gak kalah sama Dewa ketua OSIS kita" timbal Maya yang sekarang memakai kebaya biru dengan selendang kuning, sedangkan rambutnya dibiarkan tergerai.
"Lo juga cantik. Cantik banget Shafa" puji Juna dengan senyum manisnya.
"iyalah, gue gitu lho..hehehe" jawab Shafa sambil bergaya ala model
"hhmmm hmmm.." Maya berdehem
Shafa mengeluarkan handphonenya, mendekat ke Maya sambil bergaya "foto yukk"
Mereka berkumpul bertiga dengan posisi Juna ditengah. Berfoto selfie sambil sesekali memanggil anak yang lain untuk memfoto mereka. Maya mengambil handphone nya dan melangkah ke depan
"Shafa, Juna dekatan. Sini gue fotoin Lo berdua"
Juna dan Shafa berdiri berdampingan dengan berbagai macam gaya. Dan yang terakhir Juna meminta untuk Shafa melihat ke arah kamera, sedangkan dia melihat ka arah Shafa dan mendekatkan kepalanya ke kening Shafa. Orang yang melihat berteriak heboh melihat pose Juna. Shafa yang tidak mengerti hanya acuh dan melanjutkan posenya dengan senyum merekah.
"kirim ke gue yah fotonya May" pinta Juna.
"siap pak bos"
"abis ini mau kemana lagi Shafa?"
"hmmm?pulang aja kayanya.."
"gak mau bareng gua aja?" tanya Juna lagi
"gak ah..malu gue makan bareng keluarga Lo. Gue kan udik..tar malu maluin Lo lagi, hehehe"
"apasih..gak akan!! Ibu juga nanyain Lo terus, katanya udah lama gak ke rumah" ya, Shafa sudah kenal dengan keluarga Juna, namun tetap saja, dia selalu merasa minder jika gabung dengan keluarga Juna.
"ditanyain mama tuh Shaf, Sono gih. mertua Lo kangen tuh..hihihi" ledek Maya. Juna tersenyum kecil mendengarnya, sedangkan Shafa mencebikan bibirnya.
"ngawur Lo.." balasnya "gak usah ya Jun, bapak gue lagi gak enak badan, mau jagain sambil bantu bantu ibu."
"bapak sakit apa Shaf?gue kesana ya.." tawar Juna
"ihh gak usah, gapapa Lo pulang aja. Bapak cuma sakit demam, biasalah namanya juga udah tua. Kecapean kerja juga. Jadi ga usah khawatir ya Juna. Okey"
Maya yang sedang bermain hape, tiba tiba menjerit antusias memanggil nama Shafa. Berlari menunjukan layar hapenya, Maya tampak merapikan tatanan rambutnya. Shafa yang penasaran menengok siapa yang menelpon dan membuat temannya jadi belingsatan seperti itu.
"David? David nya gue May?" Shafa bertanya sekaligus keheranan kenapa David menelpon Maya, bukan dia atau Juna.
"hai David..apa kabar?" Maya melambaikan tangannya ke layar hape yang menunjukan muka David. Shafa yang melihat itu, langsung menyambar hape Maya dan melihat muka David yang sedang tertawa
"heh Lo..kenapa video call Maya? bukan gue atau Juna? Udah belagu ya sekarang..gak mau kenal lagi sama gua? " cerocos Shafa bersungut sungut. Beda halnya dengan David di ujung telpon sana yang sedang tertawa.
"hei hei calmdown..sorry sorry hahaha. Wah gak nyangka gue ternyata Lo bisa dandan jd cantik gini..terpesona gue" sambung David dengan senyum yang tak pernah lenyap dari bibirnya " mana teman gue satu lagi..Juna woyy Lo dimana?"
Juna melongokkan kepalanya ke layar hape sambil melambaikan tangan.
"gagah bener temen gue pake jas gitu..btw congrats ya guys. Sorry gue gak bisa kesana, lagi sibuk banget disini"
"gapapa Dav, thank you udah nyempetin nelpon" Juna menjawab
"Shafa woyy..diem aja, tadi nyerocos mulu Lo kaya bebek" David memanggil Shafa yang hanya diam melihat layar hape.
"kangen gue..." jawab Shafa secara dramatis sambil berpura pura mengelap matanya. kemudian senyum simpul ia berikan untuk David. Tak lupa ia lambaikan tangannya. "baik baik Lo disana, jangan pacaran mulu sampe gak inget sama gue." Maya yang mendengarnya menahan senyum malu. Juna hanya menampilkan senyum simpul melihat Shafa maupun Maya yang bertolak belakang menampilkan ekspresi masing masing.
"iya terimakasih Shafa temanku yang cantik..dah, udah gue puji lagi tuh hahaha. Gua pamit yah, masih ada kerjaan nih. Kasih hapenya ke Maya lagi dong Shaf.."
Shafa mengerutkan kening, Juna yang melihatnya, mencoba mengelus keningnya "cepet tua kalo diginiin terus nih kulit" ucapnya masih mengusap usap kening Shafa. Shafa memegang tangan Juna sambil berbisik "ko mereka kayak deket gitu sih?" menunjuk Maya dengan dagunya, yang terlihat tersipu malu melihat layar hape.
"cemburu?" tanya Juna yang sekarang berbalik memegang tangan Shafa.
"ihh nggak..cuma agak heran aja?"
"udah biarin..jadi pulang sekarang? Gue anterin yah" tawar Juna.
"hmmm boleh.." anggukan Shafa berikan pada Juna.
satu lagi bertarung dengan masa lalu tuh berat karena hampir semua masa lalu pemenang nya