Aku Tak Lagi Mencintaimu

...Aziel....

Aku sedang berada di tengah pesta pertunangan, bersenang-senang dengan Dakota, ketika polisi mengetuk pintu.

Musik berhenti dan semua yang hadir melihat dengan rasa ingin tahu.

Ayah mertuaku mendekati para petugas.

"Bisakah saya membantu?" Tanyanya dengan bingung.

"Selamat sore, apakah ini kediaman Voinescu?" Tanya petugas itu dan ayah mertuaku mengangguk.

"Ya, benar di sini. Apa terjadi sesuatu?" Luke menyela.

Petugas itu mendongak dan menjawab.

"Terjadi kecelakaan." Informasinya.

Entah kenapa, aku merasa tidak nyaman di dalam diriku.

Dakota memelukku, mencium leherku berusaha menarik perhatianku. Dan, dia langsung berhasil.

Aku memusatkan perhatianku pada wanita yang kucintai.

Begitulah sampai petugas itu berbicara lagi.

"Nona Aspen Voinescu, apakah dia putri Anda?"

Mendengar pertanyaan itu, tubuhku menegang, mengembalikanku ke dunia nyata.

Perhatianku dengan cepat kembali tertuju pada para petugas.

"Ya, dia putri saya." Jawab ayah mertuaku. "Kenapa?"

"Tuan Voinescu, putri Anda mengalami kecelakaan mobil."

Mendengar kata-kata ini, aku bisa merasakan semua di sekitarku hancur dalam hitungan detik.

Sekarang aku di sini, di rumah sakit.

Berjalan mondar-mandir menunggu kabar dari ibu anakku.

Dakota bersamaku.

Orang tua dan saudara-saudaranya juga.

Calen ada di rumah orang tuaku, karena begitu Carolina tahu tentang kecelakaan itu, dia segera datang ke sini.

Aku sudah di sini selama berjam-jam dan Aspen belum bangun.

Seharusnya hari ini adalah pesta pertunanganku. Seharusnya aku merayakan dengan Dakota.

Mengapa Aspen selalu harus merusak kebahagiaanku?

Aku mengamati yang lain yang hadir, Dakota sedang bermain ponsel melakukan entah apa.

Ethan dan Kyle secara mengejutkan sangat cemas, menunggu kabar dari Aspen.

Luke, seperti biasa, mempertahankan wajah datarnya. Tapi, aku menyadarinya, matanya merah karena menahan keinginan untuk menangis.

Pandanganku kemudian tertuju pada mertuaku.

Dia tabah, seperti biasa. Dan dia gemetar, berbicara di antara giginya.

Aku tidak mengerti apa yang dia katakan, tapi aku bisa menangkap sesuatu.

<>.

Kurasa ini pertama kalinya aku melihat ibu mertuaku seperti ini, begitu terpukul dan terluka. Terutama untuk Aspen, karena bukan rahasia bahwa keluarganya tidak pernah menyukainya.

Kurasa gagasan kehilangan putrinya membuat hatinya melunak, setidaknya sedikit.

"Aspen!" Aku mendengar Carolina berteriak, dan aku dengan cepat melihat ke arah tempat Aspen dibawa.

Dan di sana dia, memiliki perban di beberapa bagian tubuhnya.

Luka di wajahnya dan juga di kakinya.

Tapi, tampaknya tidak ada yang serius.

Tetap saja, melihat mantan istriku sekarang seperti itu, membuat hatiku sakit.

Karena jika sesuatu yang buruk terjadi pada Aspen, bagaimana aku akan menjelaskannya kepada putraku?.

Aku mendekatinya dan mengulurkan tanganku, mencoba menyentuhnya.

"Aspen, bagaimana perasaanmu...?" Aku terkejut melihat dia melewati aku, mengabaikan kehadiranku.

Aku berbalik dengan tidak percaya, apakah itu kesalahan?

Ya, pasti itu, karena Aspen tidak akan pernah mengabaikanku.

Aku melihat bagaimana Carolina hancur di hadapannya, memeluknya dan mulai menangis.

Aspen membalas pelukannya, menenangkannya agar tidak sedih.

Ya, itulah Aspen, bahkan sekarang dalam keadaan terluka, dia lebih peduli pada orang lain daripada dirinya sendiri.

"Aspen..." Aku meraih pergelangan tangannya dengan lembut. "Bagaimana kabarmu? Apakah kamu merasa baik-baik saja?" Aku berbicara dengan nada yang secara mengejutkan lembut.

Aku percaya bahwa dengan begitu dia akan melihatku seperti yang selalu dia lakukan.

Dengan mata biru itu yang penuh dengan cinta, kerinduan, dan pengabdian.

Tapi, yang kuterima adalah tatapan mematikan dan kosong.

Aku bergidik melihat mata itu.

<>

Dia menjauh dari genggamanku.

"Di mana putraku?" Tanyanya dengan dingin.

Aku terkejut, itu seperti melihat orang yang sama sekali baru.

<>.

<>.

"Dia di rumah orang tuaku." Aku memberitahunya.

Dia mengangguk dan mulai menjauh.

"Aspen, putriku!" Ibunya berbicara sambil berdiri.

Aspen berhenti, menatap semua orang dari balik bahunya.

Bukan hanya aku, semua yang hadir terkejut melihat mata itu.

Dia adalah Aspen, tetapi sekarang dia terlihat berbeda.

Begitu kosong.

Itu seperti melihat cangkang kosong dari apa yang pernah menjadi istriku.

"Mau ke mana? Kamu tidak bisa pergi begitu saja, kamu perlu istirahat." Ibu mertuaku melanjutkan, mendapatkan ejekan dari Aspen.

"Aku akan mencari putraku." Ucapnya tanpa emosi.

Dadaku menciut.

"Aku akan mengantarmu, biarkan aku saja..."

"Tidak." Dia menyela. "Aku tidak ingin apa pun darimu, dari kalian semua. Kalian mati bagiku." Dia memutuskan, dan pergi, diikuti oleh Carolina.

Kami terpaku.

<>

Aku bisa melihat keterkejutan di wajah semua orang, bahkan di wajah Dakota.

<>

<>

...****************...

...Aspen....

Aku membuka mata dan segera menutupnya karena cahaya menyakitkan.

Aku mencoba bergerak tetapi semuanya sakit.

"Aspen... Bisakah kamu mendengarku?" Sebuah suara wanita memanggil namaku.

Itu seorang perawat.

"Ugh..." Aku mengerang. "Apa yang terjadi?"

"Kamu mengalami kecelakaan." Dia memberitahuku.

Kecelakaan...

Tentu, saat itulah aku mengingat semuanya.

Perceraian.

Pesta pertunangan antara saudara perempuanku dan mantan suamiku.

Bajingan itu bertunangan dengan Dakota dan bahkan belum seminggu sejak perceraian kami.

Ejekan dari keluargaku.

Penolakan yang telah aku alami sepanjang hidupku.

Aku mengingat semuanya.

Saat itulah aku memutuskan untuk menyerah pada mereka.

Sudah berakhir, aku tidak mencintai mereka lagi.