NovelToon NovelToon
Tumbal Rahim Ibu

Tumbal Rahim Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Kumpulan Cerita Horror / Rumahhantu / Matabatin / Iblis
Popularitas:549
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

​"Ibu bilang, anak adalah permata. Tapi di rumah ini, anak adalah mata uang."
​Kirana mengira pulang ke rumah Ibu adalah jalan keluar dari kebangkrutan suaminya. Ia membayangkan persalinan tenang di desa yang asri, dibantu oleh ibunya sendiri yang seorang bidan terpandang. Namun, kedamaian itu hanyalah topeng.
​Di balik senyum Ibu yang tak pernah menua, tersembunyi perjanjian gelap yang menuntut bayaran mahal. Setiap malam Jumat Kliwon, Kirana dipaksa meminum jamu berbau anyir. Perutnya kian membesar, namun bukan hanya bayi yang tumbuh di sana, melainkan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lapar.
​Ketika suami Kirana mendadak pergi tanpa kabar dan pintu-pintu rumah mulai terkunci dari luar, Kirana sadar. Ia tidak dipanggil pulang untuk diselamatkan. Ia dipanggil pulang untuk dikorbankan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30: Halaman yang Robek Paksa

Saat Nyi Laras mencapai hitungan 'Dua', Kirana membaca baris terakhir yang tertulis di robekan kertas yang berbau busuk itu. "Rahasia Ritual Mandi Kembang Tujuh Rupa ada di balik cermin retak kamarku. Jika Ibu membawamu ke sana, kau tidak punya banyak waktu. Cari Air..."

Gedebuk!

Pintu kamar Kirana berderit keras. Nyi Laras baru saja mendobrak pintu itu dengan bahunya. Kayu jati tua itu menahan, tetapi engselnya mulai goyah.

"Kirana! Berikan Halaman yang Robek Paksa itu padaku! Sekarang!" Nyi Laras berteriak dari luar, suaranya dipenuhi histeria. Ia pasti sudah menyadari bahwa halaman itu berisi petunjuk krusial.

Kirana menyelesaikan kalimat yang terputus di robekan kertas itu. Laksmi hanya menulis "Cari Air..." setelah instruksi tentang ritual mandi kembang. Air apa? Air suci? Air Sumur Tua?

Kirana menatap cermin retak di sudut lemari, yang ia perhatikan sejak hari pertama. Itu adalah Cermin Retak di Sudut Lemari dari Bab 5. Ia tahu dia harus segera memeriksanya.

Pintu kamar berderak lagi, kali ini lebih parah, dan sebuah lubang kecil muncul di dekat kunci. Mata Nyi Laras yang bersinar merah muncul dari lubang itu.

"Ibu bisa melihatmu! Jangan sentuh cermin itu!"

Kirana mengabaikannya. Ia menghampiri cermin. Cermin berbingkai kayu ukir itu memang retak diagonal dari ujung ke ujung, tetapi retakannya terlihat disengaja.

Kirana meraba retakan itu. Jarinya menemukan serpihan kecil kertas yang terselip di celah retakan paling tengah. Ini adalah potongan ketiga dari pesan Laksmi.

Gedebuk! Pintu berhasil didorong, dan kini terbuka seperempat. Nyi Laras berjuang memaksakan masuk.

Sambil memegangi robekan terakhir, Kirana membaca cepat. Tulisan Laksmi semakin sulit dibaca karena terburu-buru dan noda.

Potongan 3

> ...Cari Air Suci dari Sumur Tua yang Selalu Tertutup sebelum ritual. Itu yang Ibu takutkan. Kembang tujuh rupa itu adalah racun yang membuat janin tenang saat diambil. Air Sumur Tua adalah penawarnya! Itu adalah air mata leluhur.

>

Air mata leluhur. Sumur Tua. Kirana merasakan harapan yang memancar dari hatinya. Sumur Tua di halaman depan yang selalu ditutup dan dikunci oleh Nyi Laras.

"Kau tidak akan ke mana-mana!" raung Nyi Laras, berhasil masuk dan berdiri di ambang pintu, kelelahan, tetapi matanya memancarkan energi mengerikan.

Nyi Laras melihat buku harian itu tergeletak di tempat tidur. Ia mengabaikan Kirana sejenak dan menerjangnya, merobek-robek buku itu menjadi serpihan kecil.

"Tidak ada lagi kata-kata, tidak ada lagi kebohongan! Hanya kebahagiaan Waris!" Nyi Laras terengah-engah, wajahnya kini terlihat sangat tua.

Saat Nyi Laras sibuk menghancurkan buku harian, Kirana melompat ke jendela, berencana kabur.

"Mau kemana kau, calon Ibu yang cantik?" Nyi Laras tiba-tiba menoleh, senyum kembali di wajahnya. Ia tidak terlihat marah, melainkan sangat tenang. "Kau sudah tahu terlalu banyak. Waktunya mandi."

Nyi Laras menjentikkan jarinya.

Tiba-tiba, dari bawah tempat tidur, muncul dua sosok perempuan berpakaian kebaya kuno, wajah mereka tertutup kain mori lusuh. Mereka bukan hantu, tetapi manusia. Mereka adalah dua bidan desa yang selama ini menjadi kaki tangan Nyi Laras.

Kedua bidan itu maju dengan cepat. Satu meraih Kirana di pinggang, satu lagi memegang pergelangan kakinya. Tenaga mereka jauh lebih kuat dari perkiraan Kirana.

"Lepaskan aku!" Kirana memberontak, tetapi tubuhnya yang hamil berat dan Penanda yang sakit membuatnya lemah.

"Jangan melawan, Sayang," bisik Nyi Laras, mendekat. "Kita akan mandi. Ritual harus dimulai. Ini untuk kecantikan Ibu, dan ketenanganmu."

Nyi Laras tersenyum. "Kau akan menjadi yang tercantik. Setelah janinmu diambil, tentu saja."

Kedua bidan itu menyeret Kirana keluar kamar, melewati Nyi Laras yang kini berdiri tegak di ambang pintu, memandangnya dengan kepuasan.

"Siapkan bak mandi. Ritual Mandi Kembang Tujuh Rupa akan dimulai sekarang," perintah Nyi Laras.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!