NovelToon NovelToon
Istri Rahasia Sang CEO

Istri Rahasia Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Cinta Seiring Waktu / Romansa / CEO
Popularitas:25.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rienss

“Sah!”
Di hadapan pemuka agama dan sekumpulan warga desa, Alan dan Tara terdiam kaku. Tak ada sedikitpun senyum di wajah meraka, hanya kesunyian yang terasa menyesakkan di antara bisik-bisik warga.
Tara menunduk dalam, jemarinya menggenggam ujung selendang putih yang menjuntai panjang dari kepalanya erat-erat. Ia bahkan belum benar-benar memahami apa yang barusaja terjadi, bahwa dalam hitungan menit hidupnya berubah. Dari Tara yang tak sampai satu jam lalu masih berstatus single, kini telah berubah menjadi istri seseorang yang bahkan baru ia ketahui namanya kemarin hari.
Sementara di sampingnya, Alan yang barusaja mengucapkan kalimat penerimaan atas pernikahan itu tampak memejamkan mata. Baginya ini terlalu cepat, terlalu mendadak. Ia tak pernah membayangkan akan terikat dalam pernikahan seperti ini, apalagi dengan gadis yang bahkan belum genap ia kenal dalam sehari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rienss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terjebak Pada Perasaan Yang Tidak Perlu

Tara menutup pintu ruang CEO dengan gerakan perlahan, berusaha untuk tidak menimbulkan suara. Dan begitu pintu itu tertutup rapat, gadis itu menghela napas panjang, seolah melepaskan beban berat yang sempat menghimpit dadanya.

“Itu tadi... pasti istrinya,” batinnya berucap pelan.

Tara bahkan tak perlu bertanya tentang siapa wanita cantik yang baru saja berpapasan dengannya beberapa saat lalu di ruangan Alan. Dari caranya datang, dari caranya memanggil Alan, sudah cukup menjelaskan semuanya tanpa kata.

Pantas saja dia sangat mencintainya, pikir Tara.

Ia lalu menunduk, menatap lantai sejenak. Entah kenapa ada rasa getir yang tiba-tiba tumbuh di benaknya. Dadanya, seperti ada sesuatu yang menekan, membuatnya merasa sedikit sesak.

Bukan cemburu, Tara sangat yakin itu. Ia terlalu realistis untuk merasa demikian. Dari awal, ia sudah tahu bahwa Alan sangat mencintai istrinya, seolah tidak akan ada tempat untuk wanita lain di hati pria itu.

Dirinya sendiri pun sama, tidak ada cinta untuk pria itu. Pernikahannya dengan Alan waktu itu hanya berlandaskan keterpaksaan. Tidak lebih.

Tara kembali menghembuskan napasnya, mencoba mengurai segala hal yang mengganjal di pikirannya, sebelum akhirnya tersenyum hambar.

“Ayolah, Tara... jangan pernah berfikir macam-macam,” bisiknya pada diri sendiri, seolah mengingatkan hati yang mungkin saja mulai goyah. “Fokus saja pada pekerjaanmu.”

Ia lalu melangkah pergi kembali ke ruangannya. Seperti biasa, dia harus menanggalkan segala yang ada di kepalanya dan kembali fokus pada pekerjaan yang menunggu.

Sementara itu di ruangannya, Alan masih duduk  membeku di kursinya. Tatapannya masih tertuju ke arah pintu, tempat di mana bayangan Tara barusaja menghilang dan kini digantikan oleh kedatangan Lira yang melangkah dengan wajah ceria menghampiri dirinya.

“Apa Tara tahu bahwa wanita yang baru saja berpapasan dengannya itu adalah istrinya?” batinnya bertanya. Ia bahkan tidak memikirkan bagaimana konsekuensi dan bagaimana jika Lira mengetahui siapa Tara, apa yang akan terjadi nanti jika rahasianya itu terbongkar.

Tatapan pria itu kini telah beralih pada Lira, namun pikirannya masih terjebak  pada Tara yang barusaja meninggalkan ruangannya.

Apa yang dilakukan Tara saat ini dan bagaimana reaksinya setelah bertemu Lira? Apakah gadis itu akan marah? cemburu? Pikiran-pikiran seperti itu yang kini justru membanjiri kepalanya.

Alan menundukkan kepala, matanya memejam sejenak. Ia tengah mati-matian menenangkan dirinya sebelum menghadapi istrinya.

Di sisi lain, Lira sendiri tidak merasakan ketegangan itu. Ia menatap Alan dengan senyum manis.

“Mas, aku sengaja datang agar kita bisa makan siang bersama,” ujarnya sembari menaruh paperbag di atas meja.

Alan menatap wanita itu sebentar, lalu matanya beralih ke paperbag yang dibawa Lira kemudian berpindah lagi ke kantung plastik berisi makanan yang tadi dibawakan oleh Tara.

“Mas, ini apa?” tanya Lira begitu sadar dengan keberadaan kantung plastik itu.

Alan menelan ludah, ia sempat menatap ke arah Rico yang pura-pura sibuk dengan tabletnya karena canggung.

“Itu... tadi... Mas sedang malas keluar, jadi Mas suruh Rico membelikannya di cafetaria bawah.”

Seketika Rico mengangkat pandangan, menatap Alan penuh tanya. Apa maksud bossnya berkata seperti itu? kenapa pakai acara berbohong segala pada istrinya?

Lira iseng membuka isi plastik itu, dan seketika matanya memicing pada Rico. “Co, bukankah kau sudah tahu kalau Mas tidak suka makanan seperti ini?”

Rico tak segera menjawab, tatapannya kembali pada Alan seolah mencari petunjuk apa yang harus ia katakan.

Saat itu Alan hanya diam, dan diamnya bosnya itu seolah sudah memberikan Rico petunjuk tentang apa yang harus ia lakukan selanjutnya.

“Maaf, Nyonya. Saya benar-benar lupa. Kebetulan menu di cafetaria hanya tinggal itu dan nasi goreng saja, dan setahu saya Tuan kurang suka dengan nasi goreng,” jawab Rico akhirnya, mengikuti alur kemauan Alan. Ia berusaha sebisa mungkin agar tidak terlihat kalau dirinya sedang berbohong.

Lira mendesah pelan, seikit kecewa. ia lalu meraih kantung itu dan memberikannya pada Rico. “Kalau begitu kamu saja yang makan, Co. Aku sudah membawakan steak kesukaan Mas.”

Rico tampak bingung, ia menatap Alan sekali lagi. Lalu, saat dirinya hendak kembali berbicara, Lira justru berucap lagi, “Kalau kamu juga tidak suka, kamu bisa memberikannya pada OB atau di buang saja. Mas tidak suka makanan seperti itu. Ingat itu, Co.”

Rico terdiam. Sedangkan Alan tanpa sadar memejamkan mata, tangannya mengepal di atas meja.

Beberapa detik kemudian ia kembali membuka matanya dan menatap Lira. “Sayang, makanan itu sudah susah-susah dibelikan Rico untuk Mas. Lagipula Mas juga sedang ingin makan yang segar-segar. Jadi... biarkan Mas memakannya, ya.”

Lira masih terlihat ragu. “Tapi Mas...“ ia masih ingin membantah, merasa suaminya tak perlu memaksakan sesuatu yang tidak ia suka. Ia tahu persisi Alan tidak terbiasa dengan makanan seperti itu.

“Lira...” tegur Alan dengan naa lebih tegas, namun tetap tidak kasar. Hanya sebuah peringatan bahwa ia ingin ini berakhir dengan cara yang ia inginkan.

Lira menghela napas panjang, menyerah. “Baiklah kalau itu maunya Mas,” ujarnya pelan, tapi suaranya menyimpan nada kekecewaan.

Sedangkan Alan, pria itu sedikit lega mendengarnya.

Rico yang sejak tadi menyimak interaksi mereka, akhirnya beranjak dan undur diri dari ruangan itu, memberi ruang pada pasangan suami istri itu untuk  makan siang bersama. Meski jujur ia masih sedikit bingung dengan situasi yang barusaja terjadi.

Saat melangkah menuju ke arah pintu, Rico sempat berfikir, kenapa Alan harus berbohong tentang asal muasal makanan tadi, bukankah setahunya Lira bukan tipe istri pencemburu? Pertanyaan itu mengusik pikirannya.

Dan satu hal lagi, kenapa juga Alan bersikeras memakan makanan yang dibelikan Tara, padahal ia tahu bossnya itu memang tidak suka makanan seperti itu. Sejak kapan selera seorang Alan Hardinata mulai berubah?

Rico menggelengkan kepala, berusaha tidak terlalu ambil pusing akan hal itu.

Tidak perlu ikut campur. Begitu pikirnya sembari melangkah cepat meninggalkan ruangan itu.

Seperginya Rico, Alan sempat berdiam untuk beberapa saat lamanya. Ia kembali menatap kantung plastik berisi makanan yang dibawa Tara untuknya. Bungkusan itu masih berada di mejanya, Lira bahkan seolah tidak perduli sama sekali dengan makanan itu. Istrinya itu saat ini tengah sibuk menata makanan yang dibawanya di atas meja.

Tara, apa yang kiranya gadis itu lakukan sekarang? Apa gadis itu juga merasa gelisah seperti dirinya? Pikiran itu masih saja mengusik benak Alan seolah tak mau pergi. Ia benar-benar dibuat penasaran.

Alan hanya bisa menunduk sembari memejamkan mata, sebelum akhirnya suara Lira yang memanggilnya untuk segera datang mengalihkan perhatiannya.

Sementara itu di ruangannya, Tara berusaha fokus dengan laporan yang terpampang di layar komputer di hadapannya. Ia berusaha mengusir jauh-jauh bayangan pertemuannya dengan wanita yang ia duga kuat sebagai istri Alan tadi.

“Fokus, Tara. Jangan sampai kamu terjebak pada perasaan yang tidak perlu.” Gumam gadis itu berbisik.

*

Sore harinya, ketika semua pekerjaannya telah selesai dan beberapa staff seniornya juga sudah pulang, Tara melangkah keluar dari ruang kerjanya.

“Ra, sudah mau pulang?” tanya Rico tersenyum. Meski baru beberapa hari saling kenal tapi keduanya sudah tampak cukup akrab. Menurut Tara, Rico orang yang menyenangkan, mudah diajak bicara dan tidak terlalu formal.

Tara mengangguk, “Iya, pak Rico,” jawabnya singkat

Mereka lalu berjalan berdampingan menuju lift. Perbincangan ringan seputar pekerjaan menemani langkah keduanya.

“Mau aku antar?” tanya Rico begitu mereka berhenti di depan lift.

“Tidak usah, Pak. Saya naik bus saja,” jawab Tara menolak dengan sopan. “Lagipula arah rumah kita sepertinya berbeda, kan?”

Meski sedikit kecewa, Rico tetap mengangguk. Jujur saja, ia sudah tertarik dengan Tara sejak perjumpaan pertama mereka di desa waktu itu.

Ia sempat kecewa saat tahu bahwa Tara sudah menikah. Tapi begitu tahu seperti apa pria yang menjadi suaminya, niat Rico untuk mendekati Tara kembali muncul. Ia tidak perduli meski harus bersaing dengan sahabatnya sendiri, Dirga, yang jelas-jelas telah mengambil start duluan mendekati gadis itu.

Baginya, Tidak masalah jika harus menikahi seorang janda, jika jandanya itu adalah Tara.

Tiba-tiba terdengar suara berat dari arah belakang mereka.

“Rico!”

Tara dan Rico menoleh hampir bersamaan. Alan muncul dari koridor dengan jas tersampir di lengan.

Begitu pria itu berhenti di hadapan mereka, tatapan pertama Alan langsung jatuh pada Tara. Gadis itu terlihat tenang seperti biasanya, tidak ada raut kesal, marah atau apapun yang bisa Alan tangkap dari wajah cantik itu.

Seharusnya itu membuatnya lega, tapi entah kenapa justru ia tidak menyukainya.

Tatapannya kemudian beralih pada Rico. “Co, periksa lagi kontrak kerjasama dengan PT. Andika. Berkas itu ada di brankasku. Aku tidak ingin ada kesalahan sekecil apapun dala pertemuan besok,” perintah Alan tegas.

Rico sempat ragu sesaat, namun akhirnya ia mengangguk dan melangkah mundur. “Baik, Tuan.”

Begitu Rico berbalik dan melangkah kembali ke ruangan CEO, Tara menatap Alan sejenak sebelum ia mundur selangkah dan menunduk hormat. “Permisi, Pak.”

Tara hendak menekan tombol lift, namun tiba-tiba tangannya disambar oleh Alan dengan kuat, membuatnya terkejut.

Tanpa ragu, pria itu menariknya ke arah lift khusus CEO.

“Ikut aku. Aku ingin bicara.”

1
Yani Cuhayanih
nyonya anggi kabur dari suami nya dan anak anaknya demi menikah dengan llaki kaya..jika benar begitu ooh sungguh klise..alan poigami dengan dua orang wanita bersaudara tiri..wiiih pusiing/Smug/
Dewizulfa Yulius
selalu menunggu up nya..
Thor ...up nya jangan 1 bab perhari
Yani Cuhayanih
gk mungkin kan tara adalah anaknya nyonya anggi..🤭
Yani Cuhayanih
kayak anak kecil yg mo piknik ke Dufan tp gk di ijinin soal nya minggu ini lagi ada ulangan semester 1 ,De jd gk usah ngeyel mo naik roller coster..ya nanti bisa demam tinggi seperti pak Alan yg ketakutan ditinggal istri muda...ya salam🤭
Yani Cuhayanih
sadarlah tara kamu masih jd cadangan jangan terlena dengan mulut manis alan yg haus akan belaian..ceritanya pengusaha hebat ko masih bisa ditipu istri pertama..🤭
Rienss: betul
total 1 replies
Ma Em
Dirga langsung patah hati setelah tau bahwa wanita yg menjadi incarannya ternyata sdh menikah dgn kakaknya , semoga Dirga segera dpt pengganti Tara wanita yg baik pula , serta semoga kelakuan Lira yg sdh selingkuh dgn Alex musuh bebuyutan Alan segera terbongkar agar Alan bisa langsung lepas dari Lira .
Yani Cuhayanih
tara situasi semakin rumit ku kira kehadiran mu hanyalah di manfaatkan utk kebahagiaan alan atau dirga..tara kamu akan hancur jika memilih salah satunya lebih baik kabuur yg jauh ..ok thor 😄
sarinah najwa
gak ikhlas kalau tara jadi cadangan . thor apa lira dan alan ada affair. jangan bikin tara yg di salahkn dan d hujat🙏🙏
sutiasih kasih
Tara slmanya jdi serep si-Alan....
kabur gih Tara.... krna si Lira istri smpurnanya pasti bkalan ketauan selingkuh...
jdi mnding Tara prgi jauh.... biar Si-Alan brjuang jungkir balik mncarimu😄😄
Yani Cuhayanih
enak saja kamu alan ,istri mu pergi eeh masih ada cadangan istri muda..tara kabuuur aja nanti kalo ketahuan istri sah yg asli nya wewe gombel itu pura2 sok cantik dan baik..tetap aja di mata masyarakat tara yg salah..kabur yaah
Yani Cuhayanih
Tara lebih baik kabuurr aja ..gk enak lho jd simpana. jangan percaya mulut manis alan
Ika Yeni
weh double up ini tor,, semangat up torr💪
Rohana Omar: betul tu
total 1 replies
Yani Cuhayanih
mulut lemes mu dirga memang awal bencana utk tara...dasar playboy cap kadal ..🤭
Rohana Omar
1 bab je ke setiap ari....
Yani Cuhayanih
bagus mulai lah dari dirga ..kalo berani alan silahkan bicara jujur dengan dirga..ngomong tara itu adalah istri abang /Smug/
sutiasih kasih
Alan mati"an mnjaga hati lira.... smpe" sulit mngungkapkn poligaminya.....
eeee g taunya si lira yg anggun.... lmbut... manis sikapnya... yg di kira setia.... trnyata jalang n rubah betina😂😂😂
Rahmat
kapan terbongkar perselingkuhan lira biar alan langsung cerai kan dan tara pemenangx
Yani Cuhayanih
alan oh alan jangan asal asalan jd suami..dech yg bener dong tanggung jawab na ..poligami bisa adil oh omdo bro/Smug/
Ma Em
Ternyata Lira selingkuh dgn Alex , semoga perselingkuhan Lira segera terungkap dan Alan mengetahui semuanya agar Tara bisa menjadi istrinya Alan satu2 nya.
sutiasih kasih
hmmmm.... gmn ya hncurnya hati Alan... saat tau klo lira trnyata jalang murahan😄😄😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!