NovelToon NovelToon
Kodasih, Nyi Ratu Kelam 2

Kodasih, Nyi Ratu Kelam 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Mata Batin / Iblis
Popularitas:20.7k
Nilai: 5
Nama Author: Arias Binerkah

Dulu, Kodasih adalah perempuan cantik yang hidup dalam kemewahan dan cinta. Namun segalanya telah lenyap. Kekasih meninggal, wajahnya hancur, dan seluruh harta peninggalan diambil alih oleh negara.

Dengan iklas hati Kodasih menerima kenyataan dan terus berusaha menjadi orang baik..
Namun waktu terus berjalan. Zaman berubah, dan orang orang yang dulu mengasihinya, setia menemani dalam suka dan duka, telah pergi.

Kini ia hidup dalam bayang bayang penderitaan, yang dipenuhi kenangan masa silam.
Kodasih menua dan terlupakan..

Sampai suatu malam...
“Mbah Ranti... aku akan ke rumah Mbah Ranti...” bisik lirih Kodasih dengan bibir gemetar..

Mbah Ranti adalah dukun tua dari masa silam, penjaga ilmu hitam yang mampu membangkitkan apa pun yang telah hilang: kecantikan, harta, cinta... bahkan kehidupan abadi.

Namun setiap keajaiban menuntut tumbal..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 34.

“Watu Peteng ora isa ditentang karo cahya.”

(Batu Gelap tidak bisa dihadapi dengan cahaya.)

Damar menelan ludah. “Lalu… apa bisa dilawan?”

Arjo menjawab lirih:

“Bisa… paling ora, nganti Ratu Peteng kuwi ngerti yen iseh ana wong sing wani.”

(Bisa… setidaknya sampai Ratu Gelap itu tahu bahwa masih ada yang berani.)

Mereka akhirnya memutuskan untuk melakukan hal paling berbahaya: Menghentikan arus perekrutan Watu Peteng. Memecahkan Rantai Bayangan. Sesuai arahan dari Arjo.

Menurut Arjo. Selama Kodasih terus menyerap rasa gelap dari warga, pasukan nya akan terus bertambah tanpa batas.

Arjo tahu titik paling lemah dalam ritual Kodasih adalah “bayangan pengikat”.. bayangan tipis yang muncul di belakang setiap Watu Peteng baru.

Jika bayangan itu diputus saat proses nya… maka orang itu bisa diselamatkan.

Atau… mati seketika.

Tidak ada pilihan aman.

Dan di malam itu, mereka langsung bergerak. Bowo sudah tidak sabar, untuk menghentikan pasukan watu peteng.

Sarinah membawa garam dan kain merah. Damar membawa keris kecil berisi mantra. Arjo membawa kaca pangilon. Dan.. Bowo membawa keberanian yang setengah nya lahir dari putus asa.

Mereka menunggu di gang sempit dekat sungai kecil, yang mengalir di tengah kota. Tempat warga sering melaporkan adanya sosok berjalan sendirian di malam hari.

Dan tak lama…

Sebuah sosok muncul. Seorang pemuda berjalan lambat, matanya kosong, kepalanya menunduk. Bayangan tipis mengikuti di belakangnya.

Arjo berbisik tajam:

“Cepet! Bayangane isih enom! Iki wektu sing pas!”

(Cepat! Bayangan nya masih muda! Ini saat yang tepat!)

Pemuda itu berhenti tiba tiba, seolah mendengar mereka. Kepala nya mengangkat perlahan. Mata nya putih total.

Sarinah menjerit tertahan.

Watu Peteng itu menatap mereka.. atau lebih tepatnya, merasakan kehadiran mereka. Tubuh nya bergerak patah patah, seperti boneka rusak.

Damar maju.

Ia memegang keris kecil berisi mantra dengan dua tangan.

Arjo mengangkat kaca pangilon. Sambil berteriak

“Ojo ndelok matane!”

(Jangan lihat matanya!)

Tapi terlambat...

Bowo sudah terlanjur bertatapan.Tubuhnya langsung membeku, dan napas nya tercekat.

Bayangan pemuda itu memanjang menuju kaki Bowo seperti tangan hitam yang ingin meraih nya.

Arjo berteriak:

“Uyah e! Sarinah! Tindakake saiki!”

(Garamnya! Sarinah! Lakukan sekarang!)

Sarinah melempar garam tepat ke bayangan di tanah.

Bayangan itu berdenyut, menjerit tanpa suara, lalu meringkuk.

Damar menancapkan keris nya ke tanah tepat di tengah bayangan itu.

Cahaya merah tua meledak pelan.

Watu Peteng itu menjerit... jeritan pertama yang keluar dari makhluk tanpa suara itu.

Ia terjatuh ke tanah. Tubuhnya bergetar hebat.

Bayangannya retak seperti kaca yang pecah.

Dan tiba-tiba…

pemuda itu menarik napas keras.. napas manusia. Mata nya yang putih memudar, berganti menjadi hitam seperti orang normal.

Ia menangis.

Dan runtuh.

Arjo menghembuskan napas lega.

“Kasus siji… kasil.”

(Satu kasus… berhasil.)

Tapi senyum kemenangan itu hanya berlangsung beberapa detik saja ..

Karena dari kejauhan… dari sudut gelap gang itu… Muncul tiga Watu Peteng lainnya. Mereka berjalan pelan, kepala menoleh serempak. Mata putih mereka bersinar.

Dan salah satu dari mereka berbisik lirih:

“…Ratu ngerti kowe…”

(Ratu tahu kalian…)

Sarinah pucat.

Damar mundur dua langkah.

Bowo semakin menggigil ketakutan

Arjo berbisik:

“Kabeeeeeh! Mlayu!”

(Cepaaaaat! Lari!)

Malam itu, mereka kabur untuk menyelamatkan nyawa. Damar menyeret tubuh Bowo yang kesulitan berlari...

Namun satu hal jelas: Perlawanan kecil itu telah membakar api pertama. Dan Kodasih sudah merasakan kehadiran mereka.

🌑🌑🌑🌑

Kegelapan pun mulai bergerak…Mencari siapa yang berani melawan sang Ratu Bayangan.

Malam itu, ketika tiga Watu Peteng menyaksikan upaya penyelamatan seorang korban, mereka tidak mengejar terlalu jauh.

Perintah tak tertulis sudah mengikat mereka: sampaikan kepada Ratu.

Mereka kembali ke rumah tua Kodasih.. tempat bayangan tidak pernah diam.

Kodasih duduk di kursi kayu jati tua, dikelilingi kabut hitam yang terus bergerak seperti makhluk lapar.

Matanya terpejam, namun ia tahu sesuatu telah terjadi. Ada getaran kecil di jaringan bayangannya.. seperti serat halus yang putus.

Saat para Watu Peteng tiba dan berlutut, salah satu dari mereka berbisik:

“Ratu… ana sing ngganggu ritualmu.”

(Ratu… ada yang mengganggu ritualmu.)

Kodasih membuka matanya. Mata hitam itu berkilat seperti sumur tanpa dasar. Ia tidak bicara.

Namun bayangan nya bergerak naik dari lantai, membentuk sosok-sosok hitam kecil yang berputar mengelilingi tubuhnya.

“Sapa sing wani?”

(Siapa yang berani?)

Watu Peteng kedua menjawab:

“Sekelompok wong… padha nggawa garam… pangilon… lan pusaka cahya.”

(Sekelompok orang… membawa garam… cermin… dan pusaka cahaya.)

Mulut Kodasih melengkung pelan. Senyum. Namun senyum itu tidak indah. Itu senyum seseorang yang menemukan permainan baru.

Kodasih lalu berdiri. Lantai berderak halus, bukan oleh berat tubuhnya, tapi oleh bayangan yang mekar di bawah kakinya.

Ia mengangkat kedua tangan. Bayangan di dinding bergerak cepat, menempel seperti tinta yang menetes.

Kabut hitam mengalir ke tubuh Kodasih, membuat kulitnya bersinar pucat seperti lilin basah.

“Ana sing wani ngganggu pasukanku…”

(Ada yang berani mengganggu pasukanku…)

“Ana sing wani ngrewangi nyembeleh bayanganku…”

(Ada yang berani membantu memotong bayanganku…)

“Iki tegese ana sing isih mikir awake luwih gedhe tinimbang peteng.”

(Ini berarti ada yang masih mengira dirinya lebih besar dari gelap.)

Ia menutup mata. Bayangan memanjang dari punggungnya, kini membentuk sesuatu yang mirip tangan-tangan hitam tak berbentuk.

“Wong wong iku…”

(Orang orang itu…)

“…kudu diwenehi piwulang.”

(…harus diberi pelajaran.)

Kodasih mengangkat dagu, menatap langit langit rumah tua itu. Dan pada saat itu, seluruh Watu Peteng di kota.. di mana pun mereka berada.. berhenti bergerak.

Semua menoleh ke arah rumah tua Kodasih. Mereka merasakan panggilan. Panggilan Ratu... Mereka pun segera berdatangan menuju ke rumah Kodasih..

Suryo berdiri paling depan, tubuh nya kaku namun aura gelap di belakangnya berdenyut.

Kodasih mendekatinya.

Ia menyentuh dada Suryo , dan dari sentuhan itu, bayangan melingkar di tubuh sang mantan pejabat, menguatkan ikatan mereka.

“Mas Suryo …”

Suara Kodasih rendah dan bergema dua lapis.. suara manusia dan suara bayangannya.

“Temokake wong wong sing nentang aku.”

(Temukan orang orang yang menentangku.)

“Tindakake kabeh jejaké…”

(Ikuti semua jejak mereka…)

“…lan jar no ngerti yen ora ana cahya sing iso ngalahake aku.”

(…dan biarkan mereka tahu bahwa tak ada cahaya yang bisa mengalahkanku.)

Suryo menunduk patuh..

“Kula manut, Ratu…”

(Aku patuh, Ratu…)

Lalu Kodasih mengangkat kedua tangan.

Dari jari jarinya, bayangan hitam meluncur keluar seperti benang panjang.. melayang ke udara, menyebar ke seluruh penjuru kota.

Beberapa bayangan menyusup melalui retakan rumah. Beberapa merayap di bawah pintu. Beberapa melayang melewati kabel listrik dan merasuk lampu jalan yang berkedip tak karuan.

Dalam hitungan menit…

Seluruh kota diselimuti kabut tipis hitam.

Dan semua warga yang tidur… bermimpi tentang Kodasih.

Tentang wanita bersayap hitam. Tentang tangan dingin yang menyentuh kepala mereka. Tentang bisikan:

“Sapa wae sing nentang aku… bakal ilang.”

(Siapa pun yang menentangku… akan hilang.)

1
🍒⃞⃟🦅𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅
nah kan beno kenapa h bentol aja sekalian kan kmu mata ktmranjang 🤣🤣
🍒⃞⃟🦅𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅
makane jgm mata kranjang biar g jd tumbal
🍒⃞⃟🦅𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅
wahh kau beno jd lah tumbal pertama nya dasih 🤣🤣🤣
Teruknya hidup Arjo di susahkan oleh kakak seguru 😌
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Dasar Beno, padahal tadi dah dikasih tahu jangan ngomong sama siapa², lha ini kok malah ember🤣🤣 jadi tumb4l tahu rasa kamu😒
🍒⃞⃟🦅𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅
oalah piye kibdasih wis dudu penyembuh tp pembunuh
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ⍣⃝🦉andiniandana☆⃝𝗧ꋬꋊ
tumbal nya sebulan satu, bisa abis perjaka disitu 🙄🙄
🍒⃞⃟🦅𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅: masok sih 🤔
total 3 replies
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ⍣⃝🦉andiniandana☆⃝𝗧ꋬꋊ
tuuh kan emang gak tau diri Kodasih, berkali2 ditolong sama Arjo, tetep aja dia mau bunuh Arjo, dan ini untuk yg kesekian kalinya 😒😏 ini niih yg disebut nolongin anjing kejepit, udh ditolong malah gigit
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Dasar mata keranjang, gak boleh lihat yg bening dikit😒
Nur Bahagia
di sini arjo mati2 an ngelawan kodasih.. tp pas nanti di sono, arjo kok jadi anak buah kodasih ya.. yg waktu itu nganterin bu erte dan saudaranya buat lahiran bayi om wowo.. hemmm 🤔
Aifa 2 Jeddah
kodasih telah menjadi abdi iblis
Cindy
lanjut
Nur Bahagia
iya ih.. kalo dipikir2 watu peteng nih kayak Pelahap maut anak buah nya Voldemort 😁
Nur Bahagia
aku ngebayangin suasananya kayak waktu Voldemort masih berkuasa di dunia sihir _ Harry Potter 😁
🍒⃞⃟🦅𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅
lha wong gono wae iseh kalah karo bocah bayi kok bangga mensih dasih ish2 ora isin wis tuek elek gari genteni matek wae mlh kakean polah pegen nom pegem ayu padah wis tuek wuuelek wis tuyuk2 hiss ora patut tenan🤣🤣🤣
Ai Emy Ningrum: yooo mboh lah 😹😂
total 3 replies
🍒⃞⃟🦅𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅
oalah iku awal mula dadi nyembah bendoro gusti trus numbal bual peleir hadehh dasih2
Ai Emy Ningrum: haaiiish ..ojo ngono toh 😽
total 3 replies
🍒⃞⃟🦅𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅
hahh goleki arjo arep di apakne arep di gae tumbal yoo hidih dasih2
Cindy
lanjut
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Benarkan dia itu Bendoro Gusti, lalu apa yg dia mau dari Arjo🤔
🍒⃞⃟🦅𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅: mgkin mau di jadiiin tumbal teh
total 1 replies
🍒⃞⃟🦅𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅
dasar dasih gemblung
🍒⃞⃟🦅𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶᴳᴿ🐅: yoo mkne angel matine 🤭
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!