NovelToon NovelToon
Tangis Dan Doa Dalam Kegelapan

Tangis Dan Doa Dalam Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Pihak Ketiga / Ibu Tiri / Selingkuh / Janda / Cinta Terlarang / Romansa
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Queen_Fisya08

Setelah bertahun-tahun hidup sendiri membesarkan putrinya, Raisa Andriana seorang janda beranak satu, akhirnya menemukan kembali arti cinta pada Kevin Mahendra duda beranak dua yang terlihat bijaksana dan penuh kasih. Pernikahan mereka seharusnya menjadi awal kebahagiaan baru tapi ternyata justru membuka pintu menuju badai yang tak pernah Raisa sangka

Kedua anak sambung Raisa, menolak kehadirannya mentah-mentah, mereka melihatnya sebagai perebut kasih sayang ayah nya dan ancaman bagi ibu kandung mereka, di sisi lain, Amanda Putri kandung Raisa, juga tidak setuju ibunya menikah lagi, karena Amanda yakin bahwa Kevin hanya akan melukai hati ibunya saja

Ketegangan rumah tangga makin memuncak ketika desi mantan istri Kevin yang manipulatif, selalu muncul, menciptakan intrik, fitnah, dan permainan halus yang perlahan menghancurkan kepercayaan.

Di tengah konflik batin, kebencian anak-anak, dan godaan masa lalu, Raisa harus memilih: bertahan demi cinta yang diyakininya, atau melepa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen_Fisya08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35 Laras dan Dewi Tinggal Bersama Kevin

Setelah memberikan kesaksian di kantor polisi, Kevin berniat langsung pulang untuk bertemu Raisa, ia lelah, pikirannya penuh dengan kasus Maya, baru saja ia menghela napas, ponselnya berdering.. Nama yang muncul: Laras

Kevin tersenyum kecil senang karena putrinya menelepon, tapi begitu sambungan tersambung…

“Ayah… kapan jemput kami?” suara Laras terdengar bergetar, bercampur isak tangis.

“Laras? Kenapa sayang? Ayah masih ada urusan" jawab ku

Laras memotong dengan suara keras, penuh luka..

"Kami sudah menunggu dari tadi! Kami nggak mau sekolah lagi ayah!” ucap Laras

Kevin mengerutkan kening.

“Kenapa? Ada apa di sekolah?”

Namun justru pertanyaannya membuat tangisan Laras semakin pecah..

"Kami dibully, Yah… karena VIDEO VIRAL MAMA!!!” Isak Laras

Kevin membeku, jantungnya serasa berhenti berdetak..

"Video? Viral? Mama?" Ucap Kevin mengulangi ucapan Laras, karena ia belum tahu apa pun tentang video viral Desi

“Video apa maksud kamu, Laras?” suara Kevin melemah, turun nyaris jadi bisikan..

"Sudah lah Yah… ayah selalu sibuk, dari kemarin ayah janji mau jemput kami, tapi nggak datang-datang.” suara Laras pecah lagi.

“Kami malu… semua teman-teman nonton video mama, semua orang ngomongin kami…”

Kevin menatap kosong ke depan, tangannya gemetar, ia tidak tahu video apa yang dimaksud Laras?

"Laras, sayang… ayah janji nanti ayah jemput" ucap Kevin

Namun Laras memotong lagi, kali ini lebih keras..

"Kapan yah, ayah selalu alasan terus, ayah kan yang bilang kalau kami harus tinggal bersama ayah"

“Laras…” Kevin hampir tidak sanggup bicara.

“Ayah bohong terus… Mama juga nggak bisa dihubungi, aku benci sama kalian semua!”

.... Tut… tut… tut…

Sambungan terputus.

Kevin Terdiam, Runtuh Secara Perlahan, ponsel di tangannya terasa berat seperti batu, ia berdiri di parkiran kantor polisi, merasakan kepalanya berputar...

Video? Viral? Desi?

Anak-anak dibully?

Dewi pasti menangis juga..

Emosi Kevin Meledak, Kevin memukul setir mobilnya keras-keras setelah masuk ke dalam mobil..

“Mr X… Desi… apa lagi yang sudah kalian lakukan…?”

Ia merasa marah, bersalah, dan takut bercampur jadi satu, tapi satu hal jelas, Kevin harus menjemput anak-anaknya, sekarang juga...

Ia segera menyalakan mobil dan memacu ke arah rumah orang tua nya, namun perjalanan itu terasa seperti mimpi buruk..

Ia tidak akan membiarkan kedua putrinya menangis apalagi karena ulah Desi...!!

Sesampainya di rumah ibu nya Bu Arum, Kevin hampir berlari masuk, namun sebelum ia mencapai kamar anak-anak, Bu Arum berdiri menghadang, wajahnya lelah nya terlihat sangat lelah..

“Jangan masuk dulu, Kevin.” suara Bu Arum pelan tapi tegas.

Kevin berhenti.

“Bu, saya harus ketemu Laras dan Dewi, mereka telpon saya… mereka menangis.”

Bu Arum menatap Kevin dengan mata berkaca-kaca..

“Laras dan Dewi di bully Vin!… dibully parah.” suara Bu Arum pecah

Kevin terdiam.

“Di sekolah mereka dipanggil anak tidak bermoral, diejek sebagai anak perempuan murahan.” air mata Bu Arum jatuh.

.

“Di lingkungan sini pun sama, tetangga membicarakan Desi, menyebutnya hina… dan kedua putri mu di ejek dan di jauhkan" lanjut Bu Arum

Kevin mengepalkan tangan, rahangnya mengeras menahan emosi.

Lalu Bu Arum menarik napas panjang dan mengulurkan ponselnya..

"Ini… tonton sendiri videonya.”

Dengan tangan gemetar Kevin mengambil ponsel itu… dan ketika video itu diputar, Kevin sangat terkejut, pandangannya kabur, ia merasa dadanya sesak, ia tidak percaya yang ia lihat.

“Itu… itu Desi?” tanyanya lirih, hampir tidak bersuara.

Bu Arum mengangguk pelan.

“Ya. Itu dia."

Kevin memejamkan mata, meremas ponsel itu..

“Astaga, Desi… apa yang sudah kamu lakukan… kamu mempermalukan anak-anak dan juga keluarga ku" rasa marah, kecewa, jijik, dan kasihan bercampur jadi satu, tapi hanya satu pikiran yang paling kuat, Laras dan Dewi tidak boleh terluka lagi karena ulah Desi

. Tanpa menunggu lagi, Kevin membuka pintu kamar, Laras dan Dewi sedang meringkuk di pojokan ranjang, memeluk bantal sambil menangis..

Begitu melihat ayahnya, Laras langsung bangun dan berlari menghampiri.

“Ayah!”

Dewi menyusul sambil terisak.

Kevin menjatuhkan diri berlutut dan merangkul keduanya dengan kedua tangannya yang bergetar.

“Ayah di sini… ayah ada di sini,” bisiknya, suara pecah karena menahan tangis.

Laras menangis makin kencang dalam pelukan ayahnya..

“Ayah… aku malu… semua orang nonton video mama… mereka bilang mama perempuan nakal… aku nggak mau sekolah lagi, Ayah…” Isak Laras dan Dewi juga sambil memegangi baju ayahnya..

“Ayah… itu bukan mama kan? Mama nggak gitu kan? Mama dijebak kan, Yah?” tanya Laras

Kalimat itu menusuk Kevin seperti pisau.

Ia menutup mata sejenak, menahan rasa pedih yang ingin meledak..

Lalu ia memegang kepala kedua putrinya yang sudah beranjak dewasa itu

“Dengar Ayah ya… siapapun yang buat video itu, kamu tidak usah memikirkan nya, kamu masih punya ayah dan mama Raisa yang sangat menyayangi kalian" jawab Kevin

"Tidak ayah, aku yakin itu bukan Mama ku, mama pasti dijebak, Raisa sampai kapan tidak akan pernah bisa menggantikan posisi mama di hati kami" Laras dan Dewi menangis semakin keras, melepaskan beban yang mereka pikul sendirian..

Kevin memeluk mereka erat, seakan ingin menutup tubuh mereka dari dunia luar yang kejam..!!

Setelah beberapa menit, Kevin berdiri sambil menggenggam tangan keduanya..

“Kita pulang ke rumah Ayah, kalian tinggal sama Ayah dan mama Raisa, di sana aman.” ucap Kevin

Laras mengangguk lemah.

Dewi memeluk ayahnya tanpa melepaskan.

Bu Arum dan pak anwar muncul di pintu, wajah sedih..

"Tolong jaga Laras dan Dewi Vin, jangan sampai mereka terluka lagi karena ulah mama nya" ucap Bu Arum

"Ya Vin, jaga mereka baik-baik dan didik mereka dengan sebaik mungkin, bapak dan ibu percaya sama kamu dan Raisa" ucap pak Anwar

Kevin membungkuk hormat.

“Saya janji, Bu, saya akan lindungi mereka… apapun yang terjadi.” ucap Kevin

Lalu Kevin mengajak Laras dan Dewi untuk bersiap-siap, setelah mereka ingin keluar, ponsel Laras berdering...

Nomor tidak dikenal, Laras sempat malas mengangkatnya, tapi akhirnya ia geser layar dan menempelkannya ke telinga.

(“Hallo?”) suara Laras datar.

( “Laras… ini mama, nak, kamu lagi sendirian kan? Kalau ada orang di sana, tolong menjauh dulu, mama mau ngomong penting.”) ucap Desi dari sambungan telepon

Mendengar suara itu, Laras langsung tersentak, ia menoleh ke Kevin dan Dewi lalu cepat-cepat melangkah pergi.

(“Laras kamu mau ke mana, nak?”) tanya Kevin bingung.

("Sebentar yah, aku angkat telpon dulu,”) jawab Laras sambil berlari kecil ke belakang

Begitu dirasa cukup jauh, Laras langsung bertubi-tubi bertanya, suaranya bergetar.

("Ya mah, ada apa? Mama sekarang di mana? Tolong jelaskan tentang video itu… itu bukan mama kan? Itu bukan mama kan?!”) tanya Laras

Dari seberang, terdengar suara Desi yang berusaha menahan isak, ia menarik napas panjang, berat.

("Ya sayang… itu bukan mama, mama dijebak… sama Raisa dan orang-orangnya, lihat ini…”) Desi mengirimkan foto.

(“Ini gambar yang mama temukan di ponsel salah satu orang yang menjebak mama…”) lanjut nya

Laras menatap foto itu, wajahnya memanas, tangan kirinya mengepal begitu kuat sampai buku jarinya memutih..

("Raisa brengsek…” gumamnya dalam hati, penuh amarah, lihat saja, aku pastikan hidupmu hancur dan aku pastikan ayah akan membenci dan meninggalkanmu") gumam nya dalam hati

("Tenang ya, mah… Laras pasti akan balas semuanya, sekarang aku sama Dewi mau tinggal di rumah ayah, mulai hari ini, biar aku yang menghancurkan hidup Raisa.”) ucap Laras menahan nafas, suaranya pelan tapi dingin

Desi terdiam sejenak, lalu terdengar isaknya berubah menjadi senyum lega yang samar.

(“Yang penting kamu jangan percaya omongan siapa pun tentang mama, ya nak. Mama sayang kalian… Ini nomor telepon mama, jangan kasih siapa pun, jangan sampai ada yang tahu.”) lanjut Desi lalu telepon terputus...

Laras tetap berdiri mematung, memegang ponsel erat-erat, dadanya naik turun oleh amarah yang menolak padam.

Laras menatap layar ponselnya beberapa detik setelah sambungan terputus, tangannya gemetar, bukan karena takut tapi karena, amarah yang merayap naik ke seluruh tubuhnya..

Video yang menghancurkan nama mama nya, ejekan orang-orang, fitnah yang terus menyebar… kini semuanya punya satu wajah yaitu Raisa...

Napas Laras memburu, ia menggenggam ponselnya kuat-kuat, rahangnya mengeras.

"Raisa… lihat saja, kamu sudah hancurkan hidup mama ku, sekarang giliran aku yang hancurkan hidup kamu, aku pastikan kamu akan menyesal Raisa!" gumam Laras

Dari kejauhan, Kevin masih memperhatikan. Ia sempat mencoba mendekat, tapi Laras menunduk sambil pura-pura merapikan rambut, menyembunyikan ekspresinya.

"Laras? Kamu nggak apa-apa?” tanya Kevin dari ambang pintu.

Laras tersentak kecil, lalu memaksa senyum...

“Aku nggak apa-apa, Ayah, aku sudah selesai teleponnya kok!"

Kevin menatap lebih lama, seakan mencoba membaca hati Laras, tapi Laras sudah kembali menampilkan wajah lembutnya yang biasa, membuat Kevin akhirnya mengangguk.

"Kalau gitu, ayo kita berangkat, Dewi sudah siap. menunggu kamu, apakah kamu sudah siap sekarang?" Tanya Kevin

“Siap, Ayah.” tapi dalam hati, Laras menyisipkan satu kalimat:

“Sangat siap untuk membalaskan sakit hati mama.”

Ia berjalan kembali ke arah mereka dengan langkah ringan, seolah tidak terjadi apa-apa. Dewi menatapnya penasaran.

“Siapa yang nelpon? Kok lama?” tanya Dewi

"Teman, nggak penting kok” jawab Laras sambil memeluk bahu Dewi..

Namun Dewi merasakan sesuatu yang aneh, senyum Laras bukan senyum biasanya, ada dingin yang samar..

"Ayo kita berangkat,” ucap Laras sambil tersenyum kecil, senyum yang tidak bisa dibaca Kevin.

Kevin mengangguk.

“Oke. Pastikan kalian tidak meninggalkan apa pun.”

Mereka berpamitan kepada Bu Arum dan Pak Anwar. Dewi sempat memeluk Bu Arum, sementara Laras hanya menunduk sopan, di balik sikap tenangnya, dadanya bergemuruh hebat.

Begitu mereka keluar rumah, Laras menatap langit mendung, dalam hati, ia berjanji..

"Raisa aku datang hanya untuk menghancurkan mu" gumam Laras sambil tersenyum miring

Mobil melaju pelan meninggalkan halaman rumah. Kevin fokus menyetir, Dewi sibuk dengan ponselnya, dan Laras menatap keluar jendela, memikirkan setiap kata yang tadi ibunya ucapkan..

Nomor itu masih tersimpan di ponselnya, nomor yang Desi minta untuk disembunyikan, nomor rahasia ibu tersayang, ibu yang ia yakini telah dijebak..

Kevin melirik lewat spion..

"Laras, ada apa nak kenapa kamu melamun saja?" Tanya Kevin

"Tidak apa-apa yah" jawab nya singkat

Kevin tahu Laras berbohong, ia bisa membaca bahasa tubuh siapa pun tapi ia memilih diam, banyak hal yang sedang terjadi. Ia butuh fokus.

Perjalanan menuju rumah Kevin terasa panjang, sesekali Kevin menghela napas berat, memikirkan ancaman, sabotase, dan misteri pembunuhan Maya..

Tapi Laras… hanya memikirkan satu nama Raisa.

"ku pastikan kamu akan menyesal karena telah menikah dengan ayah ku... Tunggu saja permainan ku Raisa"

1
Setsuna F. Seiei
Tidak hanya cerita, tetapi juga pengalaman hidup. 🤗
•°ꫀꪜꪖ°•
Gak nyangka bakal se-menggila ini sama cerita. Top markotop penulisnya!
kappa-UwU
Seru abis 🤩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!