NovelToon NovelToon
Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Penyesalan Suami
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: ANGGUR

Hans dan Lily telah menikah selama 2 tahun. Mereka tinggal bersama ibu Meti dan Mawar. Ibu Meti adalah ibu dari Hans, dan Mawar adalah adik perempuan Hans yang cantik dan pintar. Mawar dan ibunya menumpang di rumah Lily yang besar, Lily adalah wanita mandiri, kaya, cerdas, pebisnis yang handal. Sedangkan Mawar mendapat beasiswa, dan kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota Bandung, jurusan kedokteran. Mawar mempunyai sahabat sejak SMP yang bernama Dewi, mereka sama-sama kuliah di bagian kedokteran. Dewi anak orang terpandang dan kaya. Namun Dewi tidak sepandai Mawar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANGGUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17 Pertemuan Lily Dan Toni

Hari berganti hari, Hans dan Dewi semakin akrab bagaikan sepasang suami istri. Beberapa pakaian dan celana kerja Hans bahkan tersimpan di dalam lemari Dewi, karena Hans sering menginap di rumah sahabat dari adiknya itu. Dewi dan Hans sadar jika hubungan mereka terlarang, namun kedua insan yang sedang dimabuk cinta itu tidak memperdulikan semua aturan yang ada. Hans dan Dewi merencanakan akan menikah secara siri dan liburan ke beberapa kota, bahkan akan ke luar negri secara diam-diam. Sore itu Lily turun dari pesawat, Lily tidak memberitahukan kepulangannya kepada suami dan ibu mertuanya. Lily berniat akan memberi kejutan kepada Hans maupun tante Meti.

Lily: "Akhirnya aku sampai di Bandung. Tunggu aku di rumah, ya ,mas. Aku akan memberimu kejutan." gumannya dengan hati yang bahagia. Lily berjalan santai di antara kerumunan orang banyak, dia memegang tas dan beberapa barang. Lily berdiri di depan bandara, dia menoleh ke kiri dan ke kanan untuk mencari taksi. Seorang pria menatap Lily dari kejauhan, pria itu melangkah pelan menghampiri Lily yang masih berdiri, dan pria itu adalah teman Lily yang bernama Toni, teman kuliah Lily saat di Sidney.

Toni: "Hai, Li." sapanya dengan lembut. "Sebuah kejutan bertemu kamu di sini." ucapnya sambil tersenyum lebar. Lily menatap dalam pada Toni, dia ingat pernah bertemu pria itu di apotik dekat rumahnya.

Lily: "Apa kabar, Toni? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya dengan rasa penasaran.

Toni: "Aku baru mengantar mamaku. Mama akan ke kota Nias." sahutnya.

Lily: "Oh, begitu, ya." ucapnya.

Toni: "Kamu sedang menunggu seseorang, ya?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.

Lily: "Aku sedang menunggu taksi. Aku baru pulang dari kota Batam." sahutnya.

Toni: "Kamu bareng aku aja, Li. Rumah kita searah, kok." ucapnya dengan antusias.

Lily: "Maksudnya, Ton? Kamu mau antar aku?" tanyanya dengan penuh keraguan.

Toni: "Iya, Li. Aku antar kamu." sahutnya. Awalnya Lily menolak ajakan Toni, namun Toni terus membujuk Lily dan Lily tahu jika Toni yang dia kenal adalah pria yang suka menolong teman dan sesamanya. Akhirnya Lily menerima ajakan Toni untuk pulang bersama, dengan senang hati Toni membantu mengangkat barang dan koper Lily ke bagasi mobilnya. Toni membuka pintu mobilnya, lalu menyuruh Lily masuk ke dalam mobil terlebih dahulu. Toni adalah seorang pria keturunan cina dan Nias, kulitnya putih mewarisi kulit ibunya yang merupakan keturunan cina, hidungnya mancung, bertubuh tinggi dan ramping. Toni pernah menikah dengan seorang wanita yang bernama Bella, namun pernikahan itu hanya bertahan selama 2 tahun karena Bella telah meninggal dunia akibat penyakit leukimia.

Lily: "Maaf, Ton. Aku merepotkanmu." ucapnya dengan rasa tidak nyaman di dalam mobil.

Toni: "Santai aja, Li. Aku senang bertemu denganmu lagi." ucapnya dengan wajah yang ceria sambil tetap menyetir mobilnya dengan pelan.

Lily: "Berapa anak kamu, Ton?" tanyanya dengan rasa penasaran.

Toni: "Haha." Toni tertawa kecil mendengar pernyataan Lily. "Kenapa kamu tertawa?" tanyanya dengan terheran-heran.

Toni: "Istri saja aku tidak punya, apalagi anak." ucapnya.

Lily: "Maksud kamu? Apakah kamu belum menikah?" tanyanya lagi dengan rasa penasaran.

Toni: "Istriku meninggal 8 bulan yang lalu, Li. Dia menderita penyakit leukimia." sahutnya dengan wajah sedih. Lily tersentak kaget mendengar pernyataan Toni.

Lily: "Maafkan aku, Ton. Aku tidak tahu." sahutnya dengan pelan. "Aku turut berduka cita, ya." ucapnya lagi dengan wajah sedih.

Toni: "Iya, Li. Terima kasih ucapannya." sahutnya dengan wajah yang tenang. "Apa pekerjaanmu, Li?" tanyanya dengan rasa penasaran.

Lily: "Aku membuka toko perhiasan, Ton." sahutnya. Lily mengatakan alamat tokonya kepada Toni.

Toni: "Hebat kamu, Li. Aku bangga padamu." ucapnya dengan rasa kagum. "Kamu wanita yang mandiri. Tidak semua wanita sepertimu." ucapnya lagi dengan penuh kekaguman.

Lily: "Biasa saja, Ton." sahutnya dengan tenang. "Apa pekerjaanmu sekarang?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.

Toni: "Aku mempunyai perusahaan kosmetik." sahutnya. Toni terus melaju dengan mobilnya sambi berbincang-bincang dengan Lily. Keduanya saling berbagi pengalaman tentang kehidupan, pernikahan, sampai pekerjaan mereka. Terkadang mereka bercanda dan tertawa lepas di dalam mobil, hingga akhirnya Lily meminta Toni memberhentikan mobilnya di depan apotik.

Lily: "Berhenti di depan apotik saja, Ton." pintanya dengan buru-buru. Lily hanya tidak ingin suaminya, Hans melihat Toni dan menjadi salah paham dengan Toni.

 Toni: "Kenapa berhenti di depan apotik, sih?" tanyanya dengan rasa penasaran. "Rumahmu masih beberapa langkah dari apotik." ucapnya lagi.

Lily: "Aku hanya berjalan beberapa langkah saja, kok." ucapnya lagi.

Toni: "Kamu punya banyak barang bawaan, loh. Aku akan mengantarmu sampai di depan rumahmu." ucapnya dengan tegas. "Di bagian mana rumahmu, Li?" tanyanya dengan rasa ingin tahu. Lily tidak bisa membantah perkataan Toni, akhirnya Lily memberitahu letak rumahnya kepada Toni. 5 menit kemudian, Toni memberhentikan mobilnya tepat di depan rumah Lily.

Toni: "Apakah kamu perlu bantuanku, Li?" tanyanya. Toni menawarkan diri untuk membantu mengangkat barang dan koper Lily masuk ke dalam rumahnya, namun Lily menolaknya dengan alasan ada satpam yang akan membantunya.

Lily: "Terima kasih, ton. Ada satpamku yang akan membantu, kok." ucapnya sambil tersenyum tipis. Lily melambaikan tangannya ke arah satpamnya yaitu, pak Benti. Pak Benti berlari kecil mendekat ke arah Lily, lalu mengangkat koper dan barang bawaan nyonyanya itu.

Lily: "Maaf, Ton. Aku telah merepotkanmu." ucapnya dengan rasa tidak enak.

Toni: "Sudahlah, Li. Aku bosan mendengarnya, ya." candanya. Lily dan Toni sama-sama tertawa.

Lily: "Aku masuk dulu, ya." ucapnya.

Toni: "Aku akan menelponmu lain waktu." sahutnya. Lily tersenyum manis dan melambaikan tangannya ke arah Toni, lalu melangkah masuk ke dalam pekarangan rumahnya. Lily membuka pintu rumahnya, lalu melangkah dengan pelan masuk ke dalam rumahnya. Tante Meti yang sedang duduk di ruang keluarga kaget melihat kedatangan Lily.

Tante Meti: "Haa? Lily?" ucapnya dengan wajah kaget. Lily menghampiri tante Meti, lalu memeluk ibu mertuanya dengan erat.

Lily: "Hai, bu." sapanya.

Tante Meti: "Kenapa kamu tidak mengabari ibu, sih?" tanyanya dengan rasa menyesal.

Lily: "haha. Kejutanku berhasil." ucapnya sambil tertawa kecil. "Apakah mas Hans sudah pulang, bu?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.

Tante Meti: "Hans belum pulang, nak." ucapnya. Lily melirik ke arah jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 19.45 malam.

Lily: "Ini sudah malam, bu. Biasanya mas Hans pulang sore." ucapnya dengan penuh keheranan. Tante Meti terdiam, dia menjadi serba salah. Dia tahu semenjak Lily pergi, Hans selalu pulang tengah malam bahkan sampai tidak pulang ke rumah.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!