NovelToon NovelToon
Takdir Kedua

Takdir Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Murid Genius / Teen School/College / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Putri asli/palsu
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: INeeTha

Shinta Bagaskara terbangun kembali di masa lalu. Kali ini, ia tak lagi takut. Ia kembali untuk menuntut keadilan dan merebut semua yang pernah dirampas darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon INeeTha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di Balik Layar

Wajah Haryo Bagaskara tampak kaku dan canggung.

“Dira, asisten Presiden Direktur bilang kamu yang bikin masalah. Coba pikir baik-baik, akhir-akhir ini kamu ada melakukan hal aneh nggak?”

Wajah Dira Bagaskara langsung menegang. Namun sebelum sempat ia membuka mulut, Laraswati Bagaskara sudah berdiri membela dengan nada tinggi,

“Pa! Kamu mau bilang Dira salah, Dira itu nggak tahu apa-apa!”

Haryo menekan pelipisnya dengan wajah gusar.

“Masalahnya, yang kamu buat bukan masalah kecil. Kamu menyinggung Presiden Direktur FP Group! Rumah dan perusahaan kita bisa kena dampaknya. Mereka bahkan sampai menarik kepemilikan tanah kita! Tanah itu penting sekali untuk ekspansi Bagaskara Group!”

Laraswati mendengus kesal.

“Jadi perusahaan lebih penting dari anakmu sendiri, Pa?” katanya getir.

Bagi Laraswati, Dira adalah segalanya, ia anak yang manis, lembut, dan selalu membanggakan. Tak mungkin putrinya itu mampu menyinggung orang sekuat itu.

Ia pun berbalik dan melayangkan tatapan tajam pada Shinta. “Shinta! Ini pasti kamu, kan?!”

Shinta menaruh sendok dan garpunya perlahan, menatap ibunya dengan ekspresi datar tapi tajam.

“Sudah jelas yang dimaksud suamimu itu Dira. Dia anakmu, aku bukan. Jadi kenapa urusannya ditimpakan ke aku?”

Wajah Laraswati menegang, pandangannya seketika menghindar. Ia memang tahu Shinta adalah anak kandungnya juga, tapi setelah kebenaran itu terbongkar, hatinya tak pernah benar-benar menerima.

Bagi Laraswati, Dira adalah segalanya, dan Shinta hanyalah seorang pengganggu yang datang diantara mereka.

Haryo menarik napas panjang, wajahnya semakin kelam. Meski ia juga lebih berpihak pada Dira, kali ini ia tahu, tuduhan Laraswati sudah tidak masuk akal. Presiden Direktur FP Group bukan orang yang bisa salah sasaran.

“Urusan ini nggak ada hubungannya sama Shinta,” ujarnya tegas. “Jadi, hentikan perdebatan ini.”

Laraswati sadar dirinya kebablasan. Ia diam, menunduk, tak berani membalas.

Haryo menoleh ke Dira.

“Sekarang jelaskan, Dira. Apa yang sebenarnya terjadi?”

Sejak mendengar kabar bahwa dirinya menyinggung Presiden FP Group, pikiran Dira benar-benar kosong.

Selama ini, satu-satunya hal yang ia lakukan hanyalah mengerjai Shinta.

Dialah yang menyebarkan gosip bahwa Shinta sedang dekat dengan pria tua kaya raya, tapi apa hubungannya gosip itu dengan Presiden Direktur FP Group?

Ketika Haryo menatapnya lekat, Dira berusaha tampak polos dan gugup.

“Papa… aku bener-bener nggak tahu. Ini pasti kesalahpahaman.”

Haryo mendesah berat.

“Sudahlah. Yang sudah terjadi, nggak bisa diperbaiki. Sekarang kita harus hadapi akibatnya.”

Ia benar-benar pusing. Bahkan untuk sekadar menemui Direktur FP Group, saja tidak bisa. Perusahaan mereka, Bagaskara Group memang berada di posisi lemah.

Namun tetap saja, Dira telah menyebabkan masalah besar, hingga kehilangan sebidang tanah strategis.

Kalau cuma tanah biasa, Haryo mungkin tak akan semarah ini.

Tapi tanah itu adalah proyek masa depan Bagaskara Group.

Amarah dan kekecewaannya pada Dira tak bisa disembunyikan lagi.

“Dira,” katanya dengan nada tegas dan berat. “Mulai sekarang, kamu harus hati-hati. Jangan bertindak gegabah.”

Dira hanya mengangguk kaku. Tapi saat menoleh ke arah Shinta, ia melihat tatapan dingin dan sinis yang seperti menghujam dadanya.

Ia menggenggam sendoknya erat-erat sampai buku jarinya memutih.

Dalam diam, ia sudah menyiapkan rencana.

“Pa,” katanya dengan nada lembut tapi berisi. “Presiden FP Group pasti punya kesukaan tertentu. Kita bisa cari tahu dan menyesuaikan diri. Aku cuma ingin menebus kesalahan.”

Mata Haryo sempat berbinar mendengar ide itu — tapi sorot itu cepat memudar.

“Banyak yang sudah coba cara itu. Semuanya gagal. Dua tahun ini, nggak ada satu pun yang berhasil mendekatinya.”

Ia sendiri sudah pernah mencoba menjalin kerja sama dengan FP Group, tapi semua jalan buntu.

Dira tersenyum tipis, tatapannya licin.

“Bukankah semua pria suka wanita, Pa?”

Kata-kata itu meluncur halus tapi sarat makna.

Shinta menatapnya dingin, tahu ke mana arah pikiran adiknya itu.

Haryo menarik napas panjang.

“Sudah banyak wanita yang dikirim untuk mendekati Presiden Direktur FP Group,” katanya dengan nada berat. “Puluhan, mungkin ratusan. Tapi tak satu pun berhasil. Dia bukan tipe yang mudah tergoda.”

“Mungkin karena mereka tidak cukup cantik,” bisik Dira pelan.

Dalam benaknya, sosok Presiden FP Group pasti pria matang, mapan, berkuasa — dan tentu saja sudah menikah.

Kalau Shinta sampai terlibat dengan pria seperti itu, statusnya hanya akan menjadi perempuan simpanan.

Dan baginya, itu adalah hukuman yang setimpal.

Haryo sempat melirik Shinta.

Putrinya itu memang cantik—dan kalau saja ia bukan ayahnya, mungkin ia pun akan terpikat. Tapi cepat-cepat ia mengusir pikiran itu.

Meski tak pernah benar-benar menyayangi Shinta, Haryo masih punya harga diri.

Ia tidak akan menukar anak kandungnya dengan kehormatan keluarga.

Namun… benih ide itu sudah terlanjur tertanam.

Dira menunduk lagi, menggenggam garpu erat.

Suara dentingan logam terdengar pelan di antara keheningan meja makan.

Makan malam itu berakhir dingin dan kaku.

Tak ada yang berselera, tak ada percakapan lagi. Semua bubar dalam hening.

Shinta tetap tenang. Ia sudah tahu ke mana arah semua ini.

Dalam hatinya, ia bertekad: ia harus segera pergi dari rumah Bagaskara.

---

Di kamarnya, Shinta menyalakan laptop.

Perusahaan gamenya sedang mencari programmer baru.

Ia tahu, ada satu orang yang kemampuannya luar biasa — sombong, keras kepala, dan sudah menolak tawaran dari hampir semua perusahaan besar.

Shinta tersenyum samar. Di kehidupan sebelumnya ia sudah pernah berurusan dengan hacker ini, seorang hacker dengan nama panggung "Double A".

Tanpa ragu, ia membuka jalur koneksi dan meretas sistem komputer orang itu.

Tak lama kemudian, di layar komputer Aryanto Ardi (Double A), muncul sebuah pesan:

“Perusahaan kami sedang mengembangkan game dengan sistem kecerdasan penuh. Tertarik bergabung?”

Aryanto yang sedang minum air hampir tersedak.

Ia melotot ke layar — seseorang berhasil meretas sistem komputernya tanpa ia sadari. Itu belum pernah terjadi sebelumnya!

Dengan nada sinis, ia membalas cepat:

“Kita lihat dulu, kamu benar-benar sekuat itu atau cuma omong besar.”

Selama ini, banyak perusahaan mencoba mendekatinya. Karena bosan dan terganggu, ia membuat aturan: hanya mereka yang bisa mengalahkannya dalam pertarungan kemampuan komputer yang pantas bekerja bersamanya.

“Game dengan kecerdasan penuh, ya?” gumamnya sambil tertawa pendek. “Kita lihat seberapa jauh kau bisa.”

Shinta mengetik balasan singkat:

“Baik. Kita bertemu di Kompetisi Hacker sebentar lagi.”

Kompetisi itu dikenal di kalangan elit dunia teknologi internasional, tempat dimana para hacker top unjuk kemampuan.

Rekor tertinggi saat ini dipegang seorang hacker asal negeri beruang merah yang menembus 80 level.

Aryanto menyipitkan mata, selain marah, ia juga merasa terpancing. “Mulutmu besar juga.”

Shinta hanya tersenyum. Ia tidak pernah bicara tanpa bukti.

Malam ini, akan ada pertempuran besar, dan dunia hacker akan jadi saksi.

---

Jari-jari Shinta menari cepat di atas keyboard, seperti melodi berirama. Awalnya, Aryanto menonton dengan wajah datar, tapi perlahan ekspresinya berubah. Setiap kali Shinta menembus satu level, sorot matanya makin tajam.

Dalam hitungan menit, mereka berdua sudah melesat melewati puluhan level. Forum hacker internasional langsung meledak.

“Siapa dua orang ini? Gila, kecepatannya kayak mesin!”

“Mereka dari Indonesia? Astaga, negara itu masih punya talenta kayak begini?”

“Mereka bisa pecahkan rekor, ini jelas bukan pertarungan biasa!”

Dua jam berlalu, tapi tak satu pun dari mereka melambat.

Kecepatan mereka seperti kilat, tanpa jeda, tanpa kesalahan.

Para penonton terpaku — bukan hanya kagum, tapi benar-benar takjub.

1
Na_dhyra
jadi lumut aku thor nungguin kamu update hehehe
INeeTha: Sudah update ya kaka🙏🙏🙏
total 1 replies
Narina Chan
ayo lanjutkan kaka
Robiirta
ayo lanjut update yg banyak kaka
Robiirta
lanjutkan kaka
Na_dhyra
2 bab gak cukup beb...hihihi
Awkarina
update yang banyak kaka
Awkarina
mam to the pus🤣🤣🤣
Awkarina
jurusnya teh hijau nih👍👍👍
Awkarina
dia jijik woy😄😄😄
Awkarina
bisa gitu🤭
Awkarina
antagonis pro nih👍
Awkarina
ini dia yang marah🤣🤣🤣
Awkarina
mati aja lo😄😄😄
Awkarina
lah dia mupeng😄😄😄
Awkarina
ko saya pengen nabok y🤣🤣🤣
Awkarina
lanjutkan 👍👍👍👍
Awkarina
lanjutkan 😍😍😍😍
Awkarina
Mantap ceritanya lanjutkan sampai tamat ya thor, aku menunggu
Robiirta
👍👍👍👍👍 LAnjutkan💪💪💪💪
Robiirta
lanjutkan💪💪💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!