NovelToon NovelToon
Jalan Menuju Balas Dendam

Jalan Menuju Balas Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Spiritual / Matabatin / Iblis / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: A.J Roby

Aldi remaja yang masih menyimpan kepedihan atas meninggalnya sang bapak beberapa tahun lalu. Dirinya merasa bapaknya meninggal dengan cara yang janggal.
Kepingan memori saat bapaknya masih hidup menguatkan tekadnya, mengorek kepedihannya semakin dalam. Mimpi-mimpi aneh yang melibatkan bapaknya terus mengganggu pikirannya hingga dirinya memutuskan untuk mendalami hal ghaib untuk mencari tahu kebenarannya.
Dari mimpi itu dirinya yakin bahwa bapaknya telah dibunuh, ia bertekad mencari siapapun yang menjadi dalang pembunuhan bapaknya.
Apakah benar bapaknya dibunuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A.J Roby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pulang Dengan Personil Baru

Tak terasa pembicaraan mereka berlangsung hingga subuh. Riki membuka matanya perlahan-lahan, ia berusaha melepaskan diri dari pelukan Dimas yang mendekapnya erat. Riki langsung mencuci mukanya di kamar mandi. Sekeluarnya ia terkejut melihat sahabatnya sudah sadar. Riki langsung melompat kegirangan tak karuan.

Melati, Maya dan Suro yang berdiam dipojokkan memandang heran kepada Riki, tapi tentu saja tak dapat dilihatnya.

“Rik…sehat?” Tanya Aldi

Senyum Riki langsung sirna mendengar pertanyaan konyol sahabatnya.

“Asu” Balas Riki

Aldi tertawa puas melihat ekspresi Riki, tapi di dalam hatinya Aldi senang bukan main karena para sahabatnya ternyata peduli kepada dirinya. Tak lama datanglah suster bersama dengan dokter. Keduanya nampak mengecek kondisi Aldi, setelah selesai pengecekan masker oksigen yang menempel di wajahnya kini dilepas namun infusnya masih dibiarkan.

“Gimana kondisinya sekarang mas?” Tanya sang dokter

“Alhamdulillah baik dok, cuma agak pegel-pegel dikit” Sahut Aldi

“Kondisinya udah baik, tapi luka ringannya masih belum sepenuhnya sembuh”

“Dok apa saya sudah boleh makan?”

“Silahkan saja, tapi porsinya jangan berlebihan” Sahut sang dokter ramah

Setelah pengecekan selesai sang dokter bersama perawat pun pamit pergi. Riki kembali mengembangkan senyumnya lalu membangunkan Dimas yang masih tidur pulas. Aldi menatap Riki dengan tatapan memohon.

“Rik, aku ngidam nasi padang” Celetuk Aldi

“Baru aja sadar udah minta nasi padang, ndak waras!” Balas Riki kesal

Dimas masih plonga-plongo karena nyawanya belum terkumpul. Namun saat mendengar nasi padang otaknya langsung connect.

“Titip juga Rik” Sahut Dimas

“Asu ikut-ikut juga ini anak”

Akhirnya dengan berat hati Riki menuruti keinginan kedua temannya membeli nasi padang.

“Mas ndak kasihan apa?! Masa anak orang suruh beli nasi ke Padang” Omel Melati

Aldi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya mendengar kalimat yang keluar dari mulut Melati.

“Gini nih kalau hidupnya di zaman Belanda. Nasi padang itu nama makanan Melati, bukan berarti belinya harus ke Padang. Warungnya banyak di sekitar sini”

“Ooooo”

Lumayan lama Riki keluar, sekembalinya Riki ternyata dirinya bersama mbah Wo dan mbah Ti yang mendampingi.

“Gimana kondisinya sekarang le?” Tanya mbah Ti

“Udah enakan mbah”

“Berarti udah boleh pulang hari ini ya?”

“Semoga boleh mbah”

Akhirnya mereka makan bersama di pagi ini. Semuanya kompak merayakan sembuhnya Aldi dari koma dengan sebungkus nasi padang di pagi hari. Aldi nampaknya kesulitan untuk memakannya karena tangan satunya masih tertancap jarum infus.

“Sini mbah suapin aja le” Ujar mbah Ti lembut

Mbah Ti mengambil sendok lalu duduk di kursi di tepi ranjang Aldi, beliau menyuapi Aldi dengan penuh kesabaran.

Tak terasa Aldi meneteskan air matanya, baru kali ini ia merasakan sensasi disuapi dan dimanjakan oleh kakek dan nenek yang sebelumnya tak pernah ia rasakan. Aldi sendiri tak memiliki kakek dan nenek dari keluarga ibunya, dikarenakan sudah meninggal jauh sebelum Nara dan Aldi lahir. Sedangkan kakek dari keluarga bapaknya juga sudah meninggal sisa neneknya saja yang memang tak akur dengan keluarganya hingga sekarang.

“Eh kenapa le?” Tanya mbah Ti heran

“Ndakpapa mbah, kelilipan aja hehe” Balas Aldi sekenanya

Pagi itu dihiasi dengan perasaan bahagia karena dirinya kini merasakan kasih sayang yang diberikan oleh seorang kakek dan nenek kepada cucunya. Sambil menahan tangis, Aldi menyelesaikan sarapannya dengan lahap.

Hari ini Aldi telah diperbolehkan pulang, walaupun badannya masih terasa sedikit sakit. Ia dijemput oleh mobil salah satu warga desa yang telah disewa oleh mbah Wo. Karena rumah sakit tempat Aldi di rawat lumayan jauh dari desa sehingga perjalanan membutuhkan waktu satu jam lamanya.

Saat memasuki gapura desa yang usang, Aldi seperti melihat wajah baru di desa ini. Aura gelap dan negatif kini tak ia rasakan lagi, walaupun ada beberapa makhluk dengan energi negatif tapi relatif kecil dan tak akan membahayakan warga. Aldi membuka jendela untuk menghirup udara segar, suasananya begitu syahdu walaupun matahari sudah membumbung tinggi di atas kepala.

Sesampainya di rumah mbah Wo Aldi langsung duduk di kursi dengan nyaman, seperti biasa ia langsung menyalakan sebatang rokok. Pikirannya kembali dipenuhi dengan berbagai pertanyaan, mulai dari siapa pria yang membawa ular kobra tersebut hingga kenapa ia bisa sampai di rumah Kirana dan kapan dirinya bisa kembali mengunjungi Kirana.

Tiba-tiba Melati muncul di depannya bersama Maya, Aldi kaget bukan kepalang hingga dirinya terjungkal bersama kursi kayu yang ia duduki.

“Sialan” Umpat Aldi

Punggungnya yang masih sakit harus kembali keseleo gara-gara Melati. Dimas dan Riki yang melihat Aldi tak bisa berhenti menertawakan sahabatnya yang konyol.

“Maaf mas ndak sengaja” Ujar Melati polos

“Diem anjing!” Umpatnya kepada Riki dan Dimas

Tentunya duo kampret tersebut tidak akan berhenti, malah tertawanya jauh lebih kencang.

“Ngapain kamu bawa Maya astaga” Ujar Aldi yang kepalanya pening melihat tingkah Melati

“Habisnya kasihan mas dia ndak ada temen, makannya aku ajak kesini” Balas Melati polos

“Maya siapa Al?” Tanya Dimas kebingungan

“Itu setan yang dibawa temenku. Emang setan temenku semua” Umpat Aldi

Sontak bulu kuduk Dimas dan Riki meremang, mengetahui Aldi memiliki teman ghaib saja sudah membuatnya merinding. Dimas sendiri tak mengetahui bahwa yang menghantuinya tempo hari adalah Melati, dirinya semakin was-was karena akan lebih banyak makhluk ghaib yang dibawa Aldi

“Kalau kamu tidak berkenan ndakpapa Al aku akan kembali ke rumah sakit” Ujar Maya

Suasan menjadi sedikit canggung, Aldi jadi tidak enak hati melihat Maya yang terlihat sedih. Akhirnya dirinya memperbolehkan Maya ikut dengannya dengan syarat tidak mengacau. Aldi melihat Maya juga bukan makhluk yang kuat, hanya makhluk tersesat yang kesepian dan pastinya energinya jauh di bawah Melati ataupun Suro.

Malam harinya Aldi mencoba mengintip ke teras rumah, terlihat malam ini sangat berbeda dengan malam-malam sebelumnya, bulan dan bintang seakan tersenyum padanya. Suasana ramai dengan bapak-bapak yang mengobrol di teras rumah masing-masing. Anak-anak ada yang bermain di samping jalan, amat berbeda dengan malam sebelumnya yang sangat mencekam.

Aldi berjalan menuju warung untuk sekedar membeli rokok, warung itu kini buka hingga malam.

“Bu, beli rokok”

Ibu penjaga warung langsung memberikan rokok yang ditunjuk oleh Aldi.

“Ini uangnya bu”

“Ndak usah mas, ini sebagai bentuk terimakasih”

“Terimakasih buat apa bu?” Tanya Aldi heran

“Warga sudah tau mas kalau masnya yang ngusir terror pocong di desa” Ujar ibu penjaga warung

Akhirnya Aldi berterimakasih kepada ibu penjaga warung, ia tidak menyangka bahwa respon masyarakat akan segembira ini. Lebih kagetnya lagi warga di sini sangat ramah kepada dirinya. Walaupun pahlawan sebenarnya adalah Roni, besok ia ingin mengunjungi Roni untuk sekedar berbicara ringan dengannya.

Ia kembali duduk di teras dengan membawa secangkir kopi yang baru dibuat, asapnya mengepul menghangatkan dirinya di tengah malam yang dingin. Suara tonggeret melantunkan nada khasnya, suasana malam khas pedesaan yang amat menyejukkan hati, Aldi betah berlama-lama di teras.

Tak lama Dimas, Riki dan mbah Wo menyusul ke teras, mereka ngobrol ngalor ngidul ngetan ngulon sambil menikmati malam.

“Mbah besok aku mau ke rumah mas Roni ya, mau nanyain kejadian kemarin” Ujar Aldi

Mbah Wo menoleh lalu menatapnya lekat-lekat.

“Roni sudah meninggal, dia gantung diri di bukit”

Degh

Baru saja ia mengenal sosok Roni yang amat sangat sabar dengan segala cobaannya, kini ia harus mendengar Roni telah meninggal bunuh diri. Ternyata di balik kesabaran Roni, ternyata setiap orang memiliki batas beban yang dapat ditampung.

Suasana menjadi hening, Aldi tenggelam dalam lamunannya. Ternyata banyak kejutan yang ia lewatkan saat berada di rumah Kirana, tapi jika ia memposisikan dirinya sebagai Roni, ia akan melakukannya mungkin lebih awal, beban yang ditanggung Roni tidak main-main ditambah fakta ayahnya adalah seorang pembawa terror.

Tak lama ada beberapa bapak-bapak yang sedang berjalan-jalan. Mereka melihat mbah Wo berada di teras lalu menghampirinya.

“Mau kemana ini?” Tanya mbah Wo

“Biasa mbah jalan-jalan aja, akhirnya kita bisa keluar malam” Sahut salah satu bapak-bapak

“Sini ae wes ngopi-ngopi”

Akhirnya tiga orang bapak-bapak itu ikut nimbrung. Karena Aldi ekstrovert jika sudah bersama bapak-bapak akhirnya mereka berbincang ringan membahas banyak hal random.

Melati yang memang dasarnya suka kepo, ia berusaha duduk di samping Aldi. Gerakan Melati tak sengaja menimbulkan hembusan angin kecil yang meniup tengkuk bapak-bapak yang diketahui bernama Parmin.

“Aduh kok merinding ya? Katanya udah ndak ada pocong” Ujar Parmin sedikit was-was

Aldi langsung bombastic side eye ke Melati yang seringkali ceroboh.

“Hehehe maaf ya mas”

Aldi menenangkan mereka seraya berbohong mengatakan bahwa itu hanya angin biasa, karena jika Aldi jujur maka tau sendiri jawabannya.

1
Ham
semoga bisa update terus
Marss256
Banyakin aksi Melati thor
Was pray
lah isi suratnya apaan? para pembaca disuruh mengira Ira sendiri kah?
A.J. Roby: Seperti biasa, jawabannya kita cari tahu di bab selanjutnya😁
total 1 replies
Venaaaaa
Keren
A.J. Roby
Haloo para readers, semoga novel ini dapat dinikmati bersama. Pengalaman horor yang pernah author alami juga dituangkan di dalam novel ini. Semoga para readers suka


Kritik, saran dan masukan dari para readers sekalian sangat berarti bagi author, mengingat ini adalah karya pertama dari author. Happy reading😁
Was pray
suro dan melati gak mengawal Aldi ke balai desa kah? sehingga kemunculan pocong tengkorak gak terdeteksi
A.J. Roby: Mari kita cari tahu jawabannya di bab berikutnya😁
total 1 replies
Yudha Sukma
ditunggu updateannya thor
Tsumugi Kotobuki
Kapan ni thor? Seperti sudah lama sekali gak ada updatenya, rindu aksi si tokoh utama!
A.J. Roby: Haloo kak, terimakasih telah membaca cerita author yaa. InsyaAllah author akan udpate setiap hari kalau ga ada urusan mendadak. Tunggu terus update selanjutnya yaa
total 1 replies
Mưa buồn
Penulis luar biasa.
A.J. Roby: Terimakasih kak, semoga suka dan terhibur yaa
total 1 replies
LOLA SANCHEZ
Ngakak sampai sakit perut 😂
A.J. Roby: Terimakasih kak, semoga selalu terhibur dan tunggu update selanjutnya yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!